Di meja makan Seung Ho menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, dengan wajah bengkak akibat makan dan minum yang tidak teratur dia menyiapkan teh hangat. Semalam dibandingkan minum bir lagi, dia lebih memilih minuman bersoda kalengan dan pergi tidur tanpa mengosok gigi.
Seung Ho meminum teh sambil melamun, pikirannya kosong dan dia pun lupa sudah berapa lama kesehariannya menjadi kacau. Setiap sudut rumahnya berantakan dan bahkan meja kerjanya dipenuhi sampah. Dia kehilangan gairah ketika harus bertemu lagi dengan akhir pekan, karena dia tidak bisa melihat Re Na di luar hari kerjanya. Di saat Seung Ho hendak pergi membasuh muka tiba-tiba bel rumah berbunyi dan dia segera membukakan pintu tanpa memikirkan siapa tamunya.
"Seung Ho." Seorang pria tua berkemeja putih yang dibalut sweater rajut berwarna cokelat memeluk Seung Ho usai dia membukakan pintu
"Appa." Seung Ho mengerutkan dahi dan melepas paksa pelukan pria tua itu
Ayah Seung Ho yang masih terlihat bugar dengan tubuh yang lebih tinggi dari anak laki-lakinya itu tidak mudah untuk diatur, meski Seung Ho sudah menolak pelukannya, sang Ayah kembali memeluk Seung Ho dengan dekapan yang lebih erat.
"Lepaskan atau aku tendang tulang kering mu !" Ancam Seung Ho
"Kenapa kau tidak mengangkat telepon Appa ?" Ayah Seung Ho melepaskan pelukannya dengan terpaksa
"Ada perlu apa kau datang ?"
"Appa khawatir padamu. Seung Ho ayo kembali ke Belanda !"
"Kembali ?" Seung Ho tertawa merendahkan, "Apa setelah kematian Josephine kau baru mengingatku ?"
"Seung Ho, dia selalu menanyakan kabarmu bahkan setelah dia sakit, Josephine selalu ingin menemuimu. Dia sudah berusaha untuk menjadi Ibu yang baik untukmu."
"Ibuku hanya satu !"
"Seung Ho, Appa tahu kau kesulitan merawatnya, sekarang Ibumu di rawat intensif, itu sudah lebih baik, jadi hiduplah dengan normal."
"Sepertinya kau berhasil mendorong Do Hyun untuk cerita lagi."
"Kenapa kau selalu menyalahkan anak itu setiap kali Appa datang ?"
"Kalau pun aku ingin hidup normal apa kau pikir aku akan datang padamu. Pergilah aku yang mengurus hidupku sendiri." Seung Ho menutup pintu rumahnya
Ayah Seung Ho hanya bisa terdiam melihat penolakan putranya dan memutuskan untuk pergi ke rumah seberang, tempat kediaman Re Na dan keluarganya.
Keluarga Re Na sedang berada di rumah ketika Ayah Seung Ho datang. Mereka tidak memiliki pemikiran khusus saat Ayah Seung Ho memperkenalkan diri, meski mereka menyambutnya dengan canggung.
"Jadi sekarang Pak Kim yang menemani Seung Ho di rumah ?" Tanya Ibu Re Na
"Tidak, saya tinggal di hotel dan memang selalu begitu setiap kali datang ke Korea. Seung Ho selalu melarang saya mendatangi rumah mereka dan saya bisa mengerti, saat ini karena Ibunya sedang di rawat maka saya ingin mendatanginya langsung. Saya pun mendengar bahwa Choi Re Na tinggal di daerah ini jadi saya ingin bertemu dengan Re Na beserta Bapak dan Ibu Choi. Kedatangan saya ke sini sebenarnya ingin meminta pada kalian untuk mengizinkan putri kalian berhubungan dengan putra saya, Seung Ho. Terlepas dari masa lalu kita, saya berharap kita semua bisa berdamai dengan takdir."
"Uhm, uhm, Pak Kim.." Ayah Re Na berdeham untuk menutupi perasaan gugup dan hendak menghentikan pembahasan dari Ayah Seung Ho
Ayah Seung Ho menatap Ayah Re Na dan menunggunya bicara.
"Saya rasa hubungan mereka tidak terlalu serius, jadi saya kurang menyetujui hubungan mereka terlebih kami pun sudah sejak lama ingin menjodohkan Re Na dengan putra kolega saya."
"Appa." Tegur Re Na
"Oh begitu kah, maaf saya tidak tahu, namun bagaimana kita bisa menolak hubungan mereka jika keduanya masih menjalin hubungan ?" Tatapan Ayah Seung Ho beralih pada Re Na, "Re Na, saya juga Ayah Su Ho,"
Ayah dan Ibu Re Na terkejut mendengar ucapan Pak Kim, mereka hendak menghentikan ucapan pria yang sebaya dengan mereka itu, namun keduanya kebingungan untuk menyela ucapannya.
"Kau pasti bisa menebak bagaimana perasaan saya saat kehilangan Su Ho, saya percaya kau memiliki rasa empati yang luar biasa--"
"Pak Kim !" Ucap Ayah Re Na tegas
"Ne ?"
"Tolong jangan bicara yang bukan-bukan, kami tidak mengerti maksudmu, jadi sebaiknya tutup mulutmu dan pergilah. Re Na tidak akan pernah berjodoh dengan Seung Ho. Jangan harap kami akan merestui mereka." Ayah Re Na beranjak dari tempat duduknya dan mempersilahkan Ayah Seung Ho pergi dengan gesture yang cukup kasar
"Aku mengerti Appa, aku sudah tahu." Ucap Re Na sambil menitikkan air mata
"Maaf Pak Choi, saya tahu penyebab Bapak tidak menyukai putra saya berada di dekat Re Na. Saya pun sudah mendengar bahwa Re Na kini menjauhi Seung Ho karena hal itu, namun saya datang untuk memperjelas hal tersebut dengan harapan agar kedepannya semua itu tidak menjadi masalah lagi."
"Re Na, apa yang kau ketahui ?" Tanya Ibu Re Na dengan hati-hati, di saat bersamaan Ayah Re Na kembali duduk dan berusaha mengantisipasi jawaban sang putri.
"Semua yang kalian sembunyikan selama ini, aku tahu siapa Ho sebenarnya dan alasan aku bisa melihat lagi. Aku tahu Eomma."
Ibu Re Na mendekap mulutnya sedangkan Ayah Re Na tertunduk sambil mengepalkan kedua tangan.
"Aku tahu alasan putraku mengatakan itu pada Re Na. Dia sangat mencintai putri kalian dan tidak ingin hubungan mereka didasari kebohongan. Cepat atau lambat semuanya pun pasti terungkap mengingat kondisi Ibu Seung Ho yang tidak stabil. Aku minta maaf jika kondisi kejiwaan Ibu Seung Ho mempengaruhi hidup kalian. Aku mohon agar kalian bisa memahami perasaannya, namun akan semakin banyak korban jika kita terjebak di masa lalu. Semua orang memiliki kesalahan, jika ingin ditarik garis, maka hal yang Re Na anggap sebagai kesalahannya pun bisa saja tidak terjadi kalau aku dan Ibu Seung Ho tidak berpisah. Maka dari itu, aku mohon agar kita bisa hidup bahagia mulai saat ini."
"Aku tidak yakin apa Seung Ho akan tahan setiap kali melihatku Ahjusshi, dia yang paling menderita selama ini."
"Seung Ho sudah dewasa, pilihannya tidak akan berubah meski berkali-kali semua orang mengatakan bahwa dia hanya akan menyulitkan diri sendiri. Maka dari itu, jika kau menyayanginya tolong dampingi dia, Re Na. Kehadiranmu saat ini adalah kebahagiaan baginya dan hanya jika kau merasakan hal yang sama aku sungguh merestui kalian. Mari kita hadapi masa lalu sambil pikirkan apa yang menjadi kebahagian kita saat ini. Menghukum dirimu sama saja menghukum Seung Ho yang mencintaimu." Suara Ayah Seung Ho mulai bergetar, "Pak Choi, tidak ada yang salah dalam kejadian itu. Sebenarnya aku pun menyesali banyak hal hingga kehilangan kedua putraku dengan cara berbeda, namun aku harap kau bernasib lebih baik. Pada akhirnya kita hanya menginginkan kebahagian untuk anak kita bukan ? Aku sungguh minta maaf jika kehadiranku mengganggu, maka dari itu aku pamit."
Ayah Seung Ho berdiri diikuti oleh seluruh anggota keluarga Pak Choi, namun sebelum Ayah Seung Ho pergi, Ayah Re Na memeluk tubuhnya sambil menahan air mata.
"Pak Kim, aku turut berduka atas kepergian Su Ho. Anak itu sungguh luar biasa, baik Su Ho dan Seung Ho keduanya berhati malaikat, mereka anak yang baik. Kalian beruntung memiliki mereka dan aku berterima kasih kau mau mengikhlaskan kornea mata Su Ho yang sangat berharga untuk putriku, aku tidak bisa membalas banyak, namun aku selalu berdoa untuk kebahagiaan Su Ho dan keluarganya."
"Terima kasih atas doamu." Ayah Seung Ho menepuk-nepuk pundak Ayah Re Na
Usai Ayah Seung Ho pergi, Ayah Re Na juga pergi meninggalkan ruangan usai melihat sang istri memeluk putri mereka. Kedua wanita itu terlihat saling menenangkan dan menghapus air matanya masing-masing.
"Apa aku boleh menemui Seung Ho lagi ?"
"Geurom. Sebaiknya nanti kau temui dia, sekarang Eomma dan Appa tidak akan melarangmu."
"Gomawo Eomma."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
General FictionSeung Ho dan Su Ho, dua saudara kembar yang harus terpisah jarak karena perpisahan orang tua mereka kini terlibat kisah cinta yang rumit dengan Re Na, gadis yang mencintai keduanya namun hanya mengenali mereka sebagai satu orang yang biasa dipanggil...