Manner

32 0 0
                                    

Re Na masih mengaduk Spinach Kiwi Smoothies pesanannya tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Seung Ho. Pikirannya kosong saat ini, tapi seperti ada tali yang menarik kedua sudut bibirnya.

"Bisa tidak aku makan dengan tenang ?" Seung Ho meletakkan alat makannya di atas meja

"Oh ? Tentu saja, silahkan makan."

Re Na berusaha mengembalikan kesadarannya, siang ini dia mendatangi ruang staf keuangan untuk mengajak Seung Ho makan siang, setelah sedikit memaksa pria itu akhirnya mau diajaknya makan bersama.

"Perhatikan saja ponselmu kalau kau tidak ingin memesan makanan."

Belum lama Seung Ho melanjutkan acara makan siangnya, dia sudah kembali menyesal karena menerima ajakan Re Na. Suara lantang Re Na di ruangannya tadi menjadi penyebab mereka bisa makan siang bersama.

"Seung Ho, Seung Ho, Seung Ho, Seung Ho ..."

Ucap Re Na berkali-balik dengan tempo yang sama, suaranya yang pelan tetap terdengar menganggu di telinga Seung Ho.

"Kita kembali saja ke kantor."

Seung Ho hendak beranjak dari tempat duduknya, namun dengan sigap Re Na memegang tangan Seung Ho untuk mencegahnya agar tidak pergi.

"Lepaskan."

"Araseo, mian. Duduklah, kau baru makan beberapa suap."

Seung Ho menghempaskan tangan Re Na secara kasar, dia berjalan meninggalkan meja makan mereka tanpa ragu, namun Re Na berusaha mengejar dan dengan sekuat tenaga menarik Seung Ho agar kembali ke tempat duduk.

"Kenapa kau marah ! Aku hanya mengucapkan namamu agar tidak terdengar asing lagi, selama ini aku salah mengenali nama sahabatku, kau pikir itu tidak aneh ! Lanjutkan makan mu, aku yang akan pergi."

Re Na benar-benar pergi meninggalkan Seung Ho. Gadis itu sangat kesal dengan sikap aneh sahabat kecilnya, diam-diam dia berharap agar Seung Ho juga mencegahnya pergi, namun setelah Re Na keluar dari kafetaria dia justru melihat Seung Ho melanjutkan makan siang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Darimana kau ? Kami mencari mu, ayo makan siang !" Ajak So Ra setelah keluar dari dalam lift yang akan dinaiki Re Na

"Kalian pergi saja, aku tidak ikut."

"Apa aku bilang, dia masih diet." Su Bin menebaknya dengan tepat

"Lama sekali jadwal diet mu." Keluh Yu Ri

"Sudahlah aku mau latihan sekarang, sore ini jadwal siaran ku."

Re Na buru-buru memasuki lift sebelum pintunya tertutup rapat. Ketiga sahabat Re Na lalu pergi ke arah luar gedung untuk makan siang bersama.

"Sugohaesseoyo. Sugohaesseoyo." Re Na membungkuk sopan pada tim di balik layar setelah acara siaran usai, tidak lupa dia juga memuji rekan pria nya

"Mari aku bantu mengganti pakaian." Seorang staf wardrobe yang dikenal Re Na menghampirinya

"Ne."

Saat memasuki ruang wardrobe, Re Na bertemu dengan Ji Ni yang sudah selesai memilih baju untuk acara siaran besok, gadis itu memang sering memilih pakaian yang akan dikenakannya di hari sebelum siaran, lalu memastikan tidak ada pembawa berita lain yang akan mengenakannya juga di hari yang sama, padahal jadwal siaran Ji Ni akan berlangsung di sore hari.

Dugh.

Pinggang Re Na terbentur meja yang berada di dekat pintu. Re Na menyadari Ji Ni menabraknya dengan sengaja, namun kelicikan Ji Ni membuat tidak ada seorang pun yang tahu kecuali Re Na, dia lalu berpura-pura jatuh ke arah belakang sehingga membuat tubuhnya menimpa Ji Ni.

"Aaw, aigoo Ji Ni gwencanha ?" Tanya Re Na sambil berakting mengkhawatirkan Ji Ni

"Apo !" Ji Ni membelalakkan mata pada Re Na

"Sakit ? Mianhae." Dengan terus berakting Re Na berusaha untuk memberikan perhatian pada kondisi Ji Ni, "Sini aku bantu."

Beberapa staf ikut membantu Ji Ni, namun saat gadis itu keluar mereka malah menertawakannya, sedangkan Re Na masih tetap berakting sampai dia meninggalkan ruang wardrobe.

"Apa semua hal buruk tentang dia bukan sekedar rumor ? Kenapa dia berani macam-macam denganku ? Aku tidak pernah mencari masalah dengannya, sekarang badanku jadi sakit." Re Na melewati koridor untuk kembali ke ruangannya sambil memegang bagian pinggang yang dirasa cidera

"Re Na !"

Re Na menoleh ke belakang, ternyata Woo Bin sedang berlari kecil mendekati dirinya.

"Anyeonghaseo PD-nim."

"Aku dengar kau terjatuh di ruang wardrobe. Bagaimana kondisimu ?" Woo Bin terlihat mengkhawatirkan Re Na

"Aish memalukan. Aku baik-baik saja."

"Ya ! Kenapa harus malu ? Semua orang juga bisa jatuh."

"Tetap saja aku yang jatuh. Pinggangku juga masih sakit sekarang."

"Aku ambilkan pereda nyeri untukmu, tunggu saja di ruangan mu."

"Ne."

Selang sepuluh menit Woo Bin sudah kembali lagi, dia memberikan beberapa lembar koyo pereda nyeri untuk Re Na.

"Banyak sekali PD-nim."

"Aku memang menyimpan banyak, minta saja padaku kalau kau membutuhkannya lagi."

"Memangnya kau pikir aku tidak mampu membelinya ? Tapi bagaimana aku menempelkan ini."

"Perlu aku bantu ?"

Re Na melihat Woo Bin dengan tatapan curiga.

"Hahahaha tentu saja bercanda."

"Araseo. Gomawo PD-nim, aku akan memasang ini dulu di toilet."

"Kau pulang jam berapa ?"

"Setelah ini." Re Na mengangkat koyo pemberian Woo Bin

"Aku antar, aku juga mau pulang."

"Jinjja ? Gomawo PD-nim."

"Sudah. Berhenti bilang terima kasih."

"Lalu aku harus bilang apa ? Tentu saja karena aku merasa berterima kasih."

Re Na senang mendapat tumpangan untuk pulang ke rumah, bagaimana pun rasanya memang selalu menyenangkan saat mendapatkan bantuan dari orang lain.

Setibanya di rumah Re Na segera mandi dan mengganti pakaian dengan piyama kuning bergambar telur mata sapi. Dia mengikat gaya rambut Cepol lalu membaca buku jurnalistik dengan serius.

"Apa Ji Ni benar-benar menyukai Woo Bin PD-nim ?" Pikiran Re Na ditarik pada kejadian di ruang wardrobe tadi, "Geudae.. PD-nim memang keren dan sangat baik. Selera Ji Ni bagus juga."

"Berbeda dengan anak itu. Awas saja ! Aku akan terus menghantuinya."

Re Na sedang mengingat sosok Seung Ho yang bersikap tak acuh padanya saat di kafetaria.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang