Good Day

41 2 0
                                    

Seung Ho terlihat tidak nyaman mendengar seseorang memanggilnya Ho lagi. Dia mengangkat topi yang dikenakannya dan menggaruk kepala dengan frustasi.

"Apa benar kau Ho ?"

"Kau siapa ?" Seung Ho bertanya dengan hati-hati

"Jadi benar kau Ho ?" Re Na tersenyum lebar

"Aniyeo." Seung Ho menggeleng dengan wajah panik

"Tapi ini rumah Ho, aku juga yakin suara tadi adalah suara Ahjumma, dia memanggil Ho dan yang keluar adalah kau."

"Ho, kenapa lama sekali ?" Ibu Seung Ho mendatanginya

Mendengar suara Ibunya, Seung Ho segera berbalik badan dan berusaha menutupi Re Na dari pandangan sang Ibu. Dia tersenyum canggung kepada Ibunya sambil sesekali merapihkan topi, namun terlambat, sang Ibu sudah melihat Re Na dari kejauhan.

"Kau bicara dengan siapa ?"

"Anyeonghaseyeo Ahjumma." Re Na mengambil posisi di samping Seung Ho dan membungkuk sopan pada Ibu Seung Ho, "Aku Choi Re Na, teman kecil Ho."

"Re Na yang sering menemani Ho menggambar ?" Ibu Seung Ho berusaha mengingat sosok kecil Re Na, "Tapi bukankah kau tidak bisa melihat ?"

"Majayeo, aku senang Ahjumma masih mengingatku dan mengenai itu, Uhm.. aku sudah mendapatkan donor mata."

Seung Ho menoleh ke arah Re Na lalu memperhatikan mata indah wanita di sampingnya.

"Senang sekali mendengarnya, kau sudah dewasa sekarang. Bagaimana kabar orangtuamu ?"

"Mereka baik, nanti aku akan mengajak mereka ke sini."

"Uhm Eomma, ayo kita masuk, cuacanya semakin dingin."

"Re Na ayo masuk." Ajak Ibu Seung Ho yang disambut uluran tangan Re Na

Seung Ho berusaha menenangkan perasaannya yang tidak nyaman saat melihat kedekatan dua wanita di hadapannya.

"Ahjumma, apa ada yang bisa aku bantu ?"

"Tidak perlu, semuanya sudah rapih."

"Baiklah. Ah Ahjumma, apa kau kembali tinggal disini ?"

"Ne, Ho mendapatkan pekerjaan baru di Seoul, jadi kami memutuskan untuk tinggal di rumah ini lagi."

"Ah begitu." Re Na mencuri pandangan pada pria yang berjalan di belakangnya

"Apa kau sudah sarapan ? Kami baru akan sarapan."

"Ne ? Aku sudah sarapan, kalau begitu aku pulang saja dulu, nanti aku akan kembali lagi Ahjumma."

"Oh baiklah."

Re Na berpamitan tepat di depan pintu rumah yang sangat dia rindukan, wangi cardigan yang dikenakan oleh Ibu Seung Ho juga semakin menambah kerinduannya dan kehangatan yang dia dapat dari Ibu temannya itu sepertinya tidak pernah berubah.

"Eomma ! Appa ! Tebak siapa yang baru aku temui ?"

Re Na berlari mendekati kedua orangtuanya yang sedang bersantai di halaman rumah mereka yang luas.

"Siapa ?" Ayah Re Na masih sibuk dengan koran yang dibacanya

"Ho ! Dan Ahjumma ! Mereka kembali."

Ayah Re Na segera menghentikan aktivitasnya, pandangannya bertemu dengan tatapan Ibu Re Na yang terkejut.

"Kenapa Ibu Kim kembali ?" Ayah Re Na berusaha bertanya pada istrinya dengan suara pelan

"Katanya karena Ho mendapat pekerjaan di Seoul. Anak itu sekarang sudah tidak gendut lagi Appa, tubuhnya tinggi sekali, wah dia sangat berbeda dari yang di foto."

"Siapa yang kau maksud Ho ?" Kedua alis Ibu Re Na nyaris menyatu

"Kim Su Ho gendut, temanku yang jelek itu." Re Na tertawa mengingat sosok Su Ho yang hanya dia lihat melalui foto, "Tapi dia baik, apalagi sekarang sudah tidak jelek."

"Tidak mungkin."

"Apanya yang tidak mungkin. Appa, Eomma nanti siang ayo kita ke rumah mereka."

Orang tua Re Na masih berusaha mencerna informasi yang disampaikan anaknya, mereka tidak dapat mengatakan apapun di hadapan putri mereka, hanya senyuman dan anggukan yang bisa mereka berikan pada Re Na.

Mengira orangtuanya sudah setuju untuk bertamu ke rumah Ho, Re Na bergegas pergi ke closet penyimpanan baju dan memilih pakaian yang bagus.

"Sial. Semua baju santai ku tidak ada yang keren."

Re Na menatap tumpukan baju sehari-hari miliknya, terpaksa dia harus memilih pakaian dari bagian semi formal.

"Ah sudahlah pakai baju santai saja, jadi diri sendiri yang penting sopan." Re Na menyerah setelah bolak-balik menggeser deretan pakaiannya, "Tapi kesan pertama itu penting."

Pandangan Re Na beralih ke cermin panjang yang memperlihatkan dirinya dari ujung kaki hingga kepala. Dia masih mengenakan jaket tebal kesayangannya dengan rambut yang terlihat dimasukan tidak beraturan. Re Na tertawa penuh penyesalan melihat penampilan.

"Aku sudah menghancurkan kesan pertamaku."

Re Na buru-buru melepas jaketnya dan menaruhnya asal, lalu dia meninggalkan closet pakaian untuk pergi mandi.

"Eomma belum siap ?" Re Na mendatangi Ibunya yang sibuk di dapur

"Kita belum bisa ke sana sekarang, Eomma harus pergi ke supermarket dan Appa harus mengantar Eomma."

"Sebentar saja."

"Bagaimana bisa sebentar, sudah lebih dari 15 tahun kami tidak bertemu, pasti banyak hal yang ingin dibicarakan, apalagi kita tidak memiliki apapun untuk diberikan sebagai hadiah." Ayah Re Na datang mengambil minuman

"Maja. Baiklah aku saja yang ke sana."

"Ya ! Untuk apa ke sana ?"

"Bermain bersama Su Ho, aku ingin ngobrol dengannya. Teman lama tidak butuh hadiah untuk bertemu."

"Hajima ! Kau ikut saja dengan kami." Tangan Ayah Re Na yang kuat mencengkeram pergelangan putrinya, lalu dia menarik Re Na agar mengikuti

Re Na tidak pernah berani berdebat ketika Ayahnya sudah bertindak seperti itu, dia juga mengetahui nada bicara Ayahnya saat sedang serius. Mereka bertiga akhirnya pergi ke supermarket bersama.

Seung Ho melihat sebuah mobil hitam dengan kaca gelap keluar dari garasi rumah Re Na, sepulangnya Re Na dari rumahnya dia terus berdiam diri di luar rumah sambil mencari kesibukan untuk menghindari cerita sang Ibu mengenai Re Na, Seung Ho sama sekali tidak ingin mengenal Re Na.

"Ho, kau belum makan dari pagi, jangan paksakan dirimu untuk memperbaiki Vespa ini."

Seung Ho menoleh ke sumber suara.

"Pintu gerbang kenapa belum di tutup." Ibu Seung Ho berjalan menuju gerbang, namun Seung Ho segera meraih tangan Ibunya

"Apa Eomma sudah minum obat ? dr. Paul berpesan agar Eomma tidak terlambat minum obat lagi."

"Tentu saja sudah." Ibu Seung Ho menepuk lengan putranya untuk menenangkan, "Ho, apa kau sudah mengabari Seung Ho kalau kita tinggal di rumah ini lagi ? Katakan kalau dia ingin mengirimi surat harus ke alamat ini."

"Eomma, sekarang sudah bukan jamannya mengirim surat, tidak mungkin dia melakukan itu lagi, kalau Seung Ho merindukanmu dia akan langsung mengirim pesan ke ponsel atau mungkin menelepon mu."

"Kau benar, Ho." Ibu Seung Ho menatap putranya penuh arti, dia lalu kembali berjalan menuju gerbang, sebelum menutupnya dia memperhatikan rumah Re Na yang berdiri kokoh.

______________________

Hi readers !
Ada Seung Ho dan Su Ho,
Wait, kalian gak salah baca kok, Author juga gak salah ketik.
Ikutin dulu ceritanya ya^^

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang