Jika hati senantiasa selalu berniat baik, Maka Allah pun akan mempertemukan dengan hal-hal yang baik, orang-orang yang baik, tempat yang baik, dan kesempatan untuk berbuat baik._Sayyid Faqih Bin Salim Al-Habsyi_
Siang ini udara terasa sejuk karena gerimis masih membasuh kota. Lalu lalang kendaraan bermotor tak seramai biasanya, kebanyakan orang memilih berdiam diri di balik selimut, menikmati hangatnya balutan kain tebal sembari menunggu rintik-rintik dari langit itu mereda.Di rumah Kirana, Arumi memasak mie kuah rasa kari ayam sebanyak empat porsi. Memasukkan irisan daun sawi dan cabai yang lumayan banyak ke dalam panci rebusan, lalu setelah bumbu mie dan cabai tercampur rata, giliran mie keriting berwarna kuning itu yang ikut melebur. Sembari mengaduk mie dalam panci, Arumi menikmati alunan lagu dari Westlife yang berjudul Nothing Gonna Change My Love For You.
Mendalami setiap lirik dalam lagu tersebut, membuat Arumi tersenyum tipis. Empat butir telur ayam kini sudah Arumi campurkan ke dalam rebusan mie tersebut. Aroma khas kari ayam menyeruak, membuat cacing dalam perut semakin bergendang menari riang.
"Enak banget, Rum. Makin laper gue," ucap Naura yang menyusul Arumi ke dapur, saat sebelumnya berbaring di ruang tengah bersama Kirana dan Fatma.
"Liat yang masak dong," jawab Arumi bangga, kemudian terkekeh.
"Ck kebiasaan."
Naura berdecak kemudian mengambil empat mangkuk cap ayam jago ukuran sedang beserta sendok, dengan kemudian menuangkan mie yang telah matang ke dalam wadah cekung tersebut.
"Airnya gue yang bawa, lo bawa mienya ya, Nau!" ujar Arumi sembari mengambil mug dan meletakkan di atas tatanan.
Masih fokus menuangkan mie yang panas tersebut, Naura mengatupkan ibu jari dan jari telunjuk membentuk simbol 'Ok' tanpa menoleh ke arah Arumi.
Naura dan Arumi sudah menyiapkan makanan diatas meja bundar kecil, mereka duduk berhadap-hadapan. Kirana di samping Fatma, sedangkan di depan keduanya ada Naura dan Arumi.
"Gue mau sambil selonjor. Fat kaki lo minggir, gih!" perintah Naura ke Fatma sembari menyelonjorkan kakinya ke bawah meja bundar yang mengharuskan kaki Fatma menepi.
"Ribet banget ni macan," decak Arumi sebal.
"Diem aja, Rum. Tuan putri mau menikmati hidangan dengan nyaman," kata gadis bermata elang itu dengan santainya.
"Tuan putri dari Jonggol!"
"Iri bilang bosque!"
"Tuan putri Yasmin ga akan iri sama nenek sihir!"
"Nyenyenye."
Fatma dan Kirana hanya menggeleng gelengan kepala melihat tingkah kedua gadis di depannya beradu mulut.
"Yaudah doa dulu yuk, jangan lupa doain saudara muslim kita di luar sana, semoga bisa juga menikmati rezeki yang sama seperti apa yang kita nikmati sekarang."
Fatma tersenyum kepada ketiga sahabatnya, lalu memimpin doa makan dengan khitmat.
"Aamiin," ucap Arumi dan Naura serempak.
Mereka mulai menikmati mie rebus itu, ditemani suara rintikan gerimis di luar jendela. Juga aroma coklat panas yang sepuluh menit lalu Kirana buat.
Cerita demi cerita mengalir dari mulut ke empat perempuan berkerudung tersebut. Sembari menikmati mie panas juga menyeduh coklat itu, ke empatnya saling bercengkrama, meleburkan jarak diantara mereka, kemudian saling menyatu padukan rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mustika (With You In Jannah)
Teen FictionSpiritual-Comedy Arumi tak pernah menyangka, pertemuannya kembali dengan kakak kelas sewaktu SMA akan menjadi awal kisah perjalanan cintanya. Terlebih, sudah terpaut dua tahun ia tak pernah lagi bertemu dengan laki-laki bermata teduh itu. Sedangkan...