Tidak tega.
Dua kata itu yang ada dalam diri Randa. Tidak tega dalam hal apapun sebenarnya.
Termasuk perihal tidak tega tidak membantu Vika. Iya, beberapa Minggu lalu Randa sudah menolak tegas untuk kembali menjadi kotak pos antara Vika dan Putra. Namun nyatanya, ia tak bisa menolak ketika Putra kembali memohon untuk mengirimkan pesan kepada Vika.
Randa hanya menghela napas sejenak, lalu mengirim belasan pesan dari Putra untuk Vika.
Begitu pesan tersebut sudah Vika terima, ia meminta Randa mengirim balasannya.
Iya, Randa adalah jembatan penghubung kedua temannya.
"Nasib kalau jomblo pasti jadi obat nyamuk kalau ga jembatan," ujarnya pada diri sendiri.
Vika
Ran, bilang sama Putra, jangan ngebuang barang-barang pemberian gue.Randa.
Oke.Beralih ke room chat putra.
Randa
Pesan diteruskan
Ran, bilang sama Putra, jangan ngebuang barang-barang pemberian gue.Nah.
Putra
Engga, gue ga akan buang barang pemberian dari lo. Bakalan tetep gue simpen.Send ke Vika!
Randa
BaiklahRoom chat Vika
Randa
Pesan diteruskan
Engga, gue ga akan buang barang pemberian dari lo. Bakalan tetep gue simpen.Dan begitulah seterusnya.
Putra yang memblokir semua akun Vika karena tak mau ada komunikasi lagi dengannya. Namun meminta Randa untuk menjadi tali penghubung antar dirinya dan Vika. Apa bedanya?Randa pernah menanyakan itu pada Putra. "Kalau chat langsung, gue takut bakalan sayang lagi sama Vika. Kalau chatnya dari lo, gue ga akan terpengaruh lagi." Begitu kata Putra ketika Randa menanyainya.
"Aneh! Gue punya temen bobrok semua!" ucap Randa menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir.
Di lain tempat, Arumi sedang di rumah sendiri suatu pagi.
Ia ingin membuat sarapan dengan menggoreng sosis. Ketika sudah memotong sosis panjang itu menjadi beberapa bagian di atas teflon, Arumi melihat api dari kompos gas yang tadinya menyala kini telah padam.
Mencoba menyalakannya, namun nihil. Ternyata gasnya habis.
Menghela napas. Arumi sangat lapar sekarang. Dan tidak ada makanan di tudung saji. Ia juga tidak tau kalau gasnya akan habis saat ini. Arumi tidak bisa memasak sekarang.
Tidak mungkin jika harus menunggu ayahnya pulang kerja untuk memasang gas baru. Itu akan memerlukan waktu lama.
Pun, jika meminta mamanya pulang dari rumah nenek, itu sama saja. Karena mamanya juga tidak bisa memasang gas.Tetangga Arumi juga sedang tidak ada. Mereka semua pasti pergi bekerja.
Arumi berpikir cepat. Sebenarnya ia sangat enggan melakukan ini. Namun ini genting, cacing di perutnya sudah bernyanyi riang sedari tadi.
Arumi keluar dari pintu belakang, menuju tungku kayu. Setelah sebelumnya ia membawa dua kantong plastik hitam dan korek api gas.
Arumi mencoba menyalakan korek api gas tersebut dan mendekatkannya pada plastik hitam. Namun apinya terlanjur padam terkena angin.Belum lagi gesekan korek api gas itu yang tersendat, membuat jempol Arumi terasa sedikit panas dan memerah.
Terus mencoba, namun korek api gas itu justru ikut tak berfungsi lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mustika (With You In Jannah)
Teen FictionSpiritual-Comedy Arumi tak pernah menyangka, pertemuannya kembali dengan kakak kelas sewaktu SMA akan menjadi awal kisah perjalanan cintanya. Terlebih, sudah terpaut dua tahun ia tak pernah lagi bertemu dengan laki-laki bermata teduh itu. Sedangkan...