30. Selebar daun kelor

57 12 7
                                    

Randa duduk di depan meja belajarnya. Setelah lebih dari dua jam berkutat dengan tugas yang tiada menemui jalan keluar. Pemuda dengan kaos abu-abu polos itu kemudian tersenyum simpul, teringat serentetan kejadian beberapa waktu silam yang ternyata saling berhubungan.

Gadis bunga lavender di taman itu, yang ia lihat di pantai juga tengah tersenyum dan tertawa ceria. Bahkan, benar saat acara ulang tahun sekolah beberapa waktu silam, gadis dengan kebaya labuh yang sedang menjaga stand tersebut adalah Arumi. Seseorang yang tak sengaja Randa tukar sandalnya. Juga gadis yang mengikuti lomba yang sama dengannya. Gadis itu bernama Arumi. Mustika Arumi.

Iya, adik kelas sewaktu SMA nya dulu. Ternyata dunia hanya selebar daun kelor. Dan Randa baru menyadari bahwa Arumi lah yang beberapa waktu terakhir mengisi pikirannya.

Tawa Arumi terngiang, kembali membuat Randa mengangkat sudut bibirnya. Entah mengapa tawa itu terdengar begitu renyah dan bersahabat.

Gadis yang ia kenal hanya sebatas adik kelas itu dulunya belum tumbuh sedewasa itu. Tidak secantik dan seceria sekarang. Dan Randa hanya melihat sekali dua kali saja waktu SMA. Terpaut jarak dua tahun membuatnya tak banyak mengenal adik kelasnya.

Ting!

Sebuah notifikasi ponsel Randa membuyarkan lamunan pemuda itu. Randa membuka grup WhatsApp lomba, ia seketika tertawa kecil ketika melihat ada satu potret dirinya dan Arumi yang berdiri sebelahan tengah memegang piala lalu saling pandang dan tertawa kecil.

"Mustika Arumi," lirihnya. Senyum itu kembali mengembang.

****

Arumi masih ingat, ketika lelaki dengan paras menawan itu senang hati membersihkan tong sampah di pinggir jalan. Bagaimana gesitnya ia sukarelawan membuat tangannya kotor. Sewaktu ulang tahun sekolah, pria yang sama yang ia lihat di dekat gerbang keluar. Arumi tau sekarang, pemuda yang terpaut umur dua tahun di atasnya itu adalah Randa. Sama-sama mengikuti lomba cerpen yang sama, juga ternyata kakak kelasnya waktu itu. Arumi yang sudah lama tidak melihat wajah itu, sekarang mengenalnya secara sempurna.

"Kak Randa, si sandal ketukar," ucap Arumi lalu tertawa kecil.

"Bisa-bisanya waktu itu sandalnya ketukar. Ada-ada aja," lanjutnya.

Arumi membuka ponsel, dilihatnya beberapa foto dari grup WhatsApp lomba. Ada satu foto dirinya dan Randa yang sedang berdiri bersebelahan dan memegang piala kejuaraan. Keduanya tertawa kecil saling pandang.

Arumi mengulum senyum, kemudian memilih membuka room chat dari beberapa teman sekelasnya.

Arumi telah mengirim format motto hidup dan kesan singkat sewaktu di SMA. Beberapa tulisan kecil itu akan Arumi abadikan dalam tulisannya.

🌾 MEMBER OF SCIENCE THREE

NAMA : Andri Mahesa Putra

MOTTO: Apapun yang terjadi dalam hidupmu, jangan tinggalkan sholat.

KESAN SELAMA MASUK SMA: Banyak pelajaran yang saya ambil dalam memimpin kelas ini, dan kebersamaan yang paling utama.

PESAN UNTUK SEMUANYA: Tetaplah ingat kawan-kawanmu, tegurlah! Secuek-cueknya temanmu, masih cuek chat pacarmu ketika marah pada dirimu.
Jangan lupa sholat kawan!

Arumi tertawa kecil membaca pesan dari ketua kelasnya itu. Benar memang, Secuek-cueknya temanmu, masih cuek chat pacarmu ketika marah. Hmm.

Lanjut membaca chat dari Novan, Arumi semakin tertawa ketika motto hidup nomor satu dari Novan menggelitik diafragmanya.

Mustika (With You In Jannah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang