Part 1

115 16 2
                                    

Kring...
Alarm berdering di atas sebuah nakas bewarna putih. Sang pemilik alarm pun langsung mematikan alarm dan bangun dari tidurnya. Dia meregangkan ototnya.

"Selamat pagi dunia," ucap gadis itu menyapa dunianya yang terlihat begitu suram. Terkadang saat malam hari dia menangis, saat siang hari dia tertawa bersama teman-temannya.

"Haduh, Pita lupa lagi kan cuci muka kemarin. Keliatan banget ini bekas nangis," ucap Agapita saat melihat wajahnya ke arah cermin.

"Mandi aja deh," ucap Pita pada dirinya sendiri. Dia pun langsung mengambil handuknya dengan perasaan riang lalu masuk ke dalam kamar mamdi dengan seragamnya. 10 menit di kamar mandi, akhirnya Pita keluar dengan seragam lengkapnya.

Setelah selesai, Pita pun segera mengeringkan rambutnya. Setelah merasa siap, dia menjepit beberapa helai rambutnya menggunakan jepit yang diberi oleh bibinya dulu saat kecil. Dia selalu menjaga pemberian orang lain. Untung saja bekas tamparan ayahnya sudah menghilang. Tersisa bekas sedikit saja.

Agapita pun langsung mengambil kunci motornya dan turun untuk menemui ayahnya. Saat turun ke bawah, Agapita tidak menemukan ayahnya. Dia menghembuskan napasnya pasrah. Dia yakin ayahnya tidak pulang setelah pergi menamparnya. Agapita sudah terbiasa hidup sendiri.

Agapita memilih untuk berjalan gontai ke arah meja makan. Dia tidak menemukan apapun di balik tudung yang ada di meja makan. Dia memilih untuk meletakkan tasnya lalu berjalan ke arah kulkas untuk melihat isi kulkas. Agapita melihat beberapa butiran telur yang dia stock beberapa minggu lalu. Agapita pun langsung mengambilnya lalu menggorengnya. Setelah dia goreng, dia mengambil nasi yang kemarin karena hari ini telat bangun. Sejujurnya Agapita memiliki asisten rumah tangga. Namun hari ini asistennya itu izin untuk tidak masuk.

Agapita pun membawa sepiring nasi dan telurnya itu ke meja makan. Dia pun mulai memakannya dengan lahap. Setelah selesai, dia pun mencucinya dan mulai memasak nasi untuk nasi. Setelah selesai, dia mengambil tasnya lalu keluar dari rumah.

Agapita menghirup udara segar yang ada di luar rumah. Terasa tentram dan damai. Dia pun segera mengeluarkan motornya dari parkiran. Walaupun ayahnya tidak menyukainya, tapi dia tetap memberi apa yang dibutuhkannya.

Agapita pun mengunci rumahnya dan segera mengeluarkan motornya dari halaman rumah dan segera melajukan motornya ke rumah temannya. Dia setiap pagi selalu berangkat sekolah bersama temannya. Jarak antara rumahnya dan temannya tidak begitu jauh.

8 menit dia mengendarai motornya, akhirnya dia sampai di depan rumah temannya. Siapa lagi jika bukan Belanca Challisa. Bela adalah temannya sejak kecil.

Ting... Tong...
Agapita menekan tombol bel yang ada di rumah Bela. Tak lama pun Bela keluar dengan pakaian seragam lengkapnya.

"Aw, ojek keliling gue udah dateng," ucap Bela sambil memeluk Agapita.

"Seenak jidat lo katain gue ojek keliling. Ayo berangkat. Keburu telat nanti," ajak Agapita sambil melepaskan pelukan Bela.

"Iye teman ku tersayang. Ayo berangkat," ucap Bela sambil memasangkan helm nya.

Agapita dan Belanca pun segera menaiki motor Agapita. Sejak dulu Bela tidak ingin belajar mengendarai motor. Entah mengapa dia tidak ingin melakukan itu.

15 menit Agapita mengendarai motornya, akhirnya mereka berdua sudah sampai. Agapita pun segera memarkirkan motornya. Saat memarkir kan motornya, Agapita berpapasan dengan Leuco Galia. Remaja laki yang memiliki tubuh atletis. Arti namanya mungkin sesuai dengan perawakannnya. Arti nama Leuco sendiri adalah berbahaya. Sesuai dengan tubuh atletisnya.

"Eh Pita. Sendiri aja lo Pit. Bela emang kemana?" tanya Leuco kepada Agapita.

"Bela ke kelas duluan tadi. Lo tumben sendirian. Mana Altara? Tumben banget ngak bareng sama dia. Biasanya lo suka berangkat bareng sama dia," tanya Agapita kepada Leuco.

"Ouh Altara kayaknya telat sih. Kayaknya tu anak masih molor deh. Gue duluan ya Pita," pamit Leuco kepada Agapita.

"Iya Le," jawab Agapita. Leuco pun langsung meninggalkan Agapita untuk ke kelasnya.

Agapita pun segera meninggalkan area parkiran dan menuju ke kelasnya. Saat ingin masuk ke kelasnya lengannya di tarik oleh seorang remaja pria. Siapa lagi jika bukan Alardo Demaresh.

"Alardo. Lo kebiasaan banget sih. Mau ngapain narik gue kesini?" tanya Agapita kepada Alardo.

Alardo pun memberikan kotak P3K kepada Agapita. Agapita pun menerimanya dan meilhat wajah Alardo. Ternyata banyak bekas luka ruam disana.

"Kebiasaan banget sih lo. Berantem aja terus ngak ada beresnya. Ngak capek apa berantem sama saudara lo sendiri?" tanya Agapita kepada Alardo.

Alardo adalah cowok yang lumayan dekat dengan Agapita. Alardo memiliki wajah yang tampan dan tubuh atletis. Agapita juga memiliki wajah cantik dan juga tinggi. Banyak orang yang menginginkan mereka menjalin hubungan karena merasa cocok. Namun, Agapita dan Alardo tidak ingin menjalin hubungan. Mereka hanyalah sebatas teman yang mengetahui kehidupan satu sama lain.

Agapita tau keluarga Alardo yang berantakan dan Alardo tau Agapita yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya.

"Ya jangan salahin gue dong. Orang dia nya duluan. Dari dulu juga gue ngak sudi bokap gue nikah lagi. Gue lebih milih nginep di rumah nyokap dari pada bokap," ucap Alardo kepada Agapita.

"Ya seharusnya lo bersyukur punya keluarga masih lengkap walaupun ya mereka bertengkar mulu. Lah gue, gue ngak punya nyokap," ucap Agapita sambil berhenti mengobati Alardo dan menunduk. Air matanya sudah berada di ujung dan siap untuk menetes.

Alardo paham dengan apa yang dirasakan oleh Agapita. Agapita menceritakan kehidupannya hanya pada Alardo. Begitu pula dengan Alardo. Mereka berdua hidup dibalik topeng. Topeng kebahagiaan yang sebenarnya digunakan untuk kesedihan.

"Udah dong. Jangan nangis. Gue ajak ketemu nyokap gue mau ngak? Nyokap gur nyariin lo mulu tuh. Udah lama dia ngak mau makan. Pengen sama lo doang katanya," ucap Alardo berusaha menghibur Agapita.

"Hayoloh Al, lo apain Agapita hah? Sahabat gue tersayang nangis gitu," ucap Belanca yang masuk ke dalam kelas Alardo. Kelas mereka hanya bersebelahan. Belanca tidak datang sendiri. Dia datang bersama Charemon Egeria. Charemon juga sahabat baik Bela dan Pita.

"Apa sih. Gue kelilipan doang," elak Agapita. Agapita tidak pernah menceritakan masalah yang dia hadapi pada Bela maupun Charemon.

"Bohong lo. Lo apain Pita hah?" tanya Charemon kepada Alardo.

"Lah anjir. Kok gue yang salah. Dia kelilipan doang. Nih mau gue tiupin," ucap Alardo sambil menyingkirkan beberapa helai rambut Agapita.

"Kalian itu udah terlalu cocok. Bener kata orang-orang kalau kalian kek orang pacaran," ucap Bela yang melihat kedekatan antara Agapita dan Alardo.

"Cuman temen," jawab keduanya secara serempak.

"Temen tapi mesra? Gitu Ta? Awas loh kalian berdua kemakan ludah sendiri. Gue curiganya kalian backstreet. Ngak percaya sumpah kalau kalian temenan doang," ucap Charemon kepada keduanya.

"Ngak baik gitu Emon. Lagian gue sama Pita cuman temen kok. Tanyain Pita noh," ucap Alardo sambil membereskan kotak P3K.

"Iye. Lagian buat apaan pacaran. Ngak guna anjir. Buang-buang waktu banget. Mending rebahan dirumah kan ye. Udah lah ayo ke kelas. Bentar lagi Bel," ajak Agapita kepada Bela.

"Iya-iya gue percaya lo berdua ngak backstreet. Sampe sampe ketauan tu backstreet, gue ketawa paling kenceng," ucap Charemon lalu berlari untuk mengindari amukan Agapita.

"IHHH, EMON NGESELIN," teriak Agapita dari dalam kelas Alardo.

***
Tbc.
Asksksksk, baru kali ini nyoba ngak nulis genre thriller. Semoga kalian suka sama ceritanya.

Jangan lupa vote, comment, dan share juga ya. Ini karya ke 3 author.

See you next part.

I'm not perfect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang