Part 5

36 8 0
                                    

Alardo kali ini telah selesai makan. Dia pun menemui Agapita yang tengah menonton televisi. Alardo pun duduk di sebelah Agapita sambil menopang dagunya menggunakan tangan.

"Pit, gimana ya nyadarin bokap gue tentang istrinya itu? Muak gue lama-lama sama istrinya itu," ucap Alardo bercerita kepada Agapita.

"Lo waktu itu liatin bukti ngak? Ya jelas kalau misalnya bokap lo ngak percaya," ucap Agapita kepada Angkasa.

"Ngak Pit. Eh, lo bener juga. Ikut gue sekarang yuk ke tempat waktu itu gue sama nyokap gue kecelakaan. Kita liat ada kamera apa kagak," ucap Alardo kepada Agapita.

"Boleh-boleh. Ini juga masih jam 9. Ayo kesana," ucap Agapita sambil mengambil tasnya. Alardo pun mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

"Eh bentar deh," ucap Alardo begitu saja menghentikan langkah Agapita.

"Apalagi Do. Lo mau bokap lo ngak salah jalan kan? Kenapa harus nunda lagi," ucap Agapita kepada Alardo.

"Bentar deh. Ini kan kejadian udah 5 tahun lalu. Emang masih ada kameranya? Terus emang itu jalang sama anaknya ngak maksa si punya kamera buat tutup mulut?" tanya Alardo kepada Agapita.

Agapita tersenyum mendengar ucapan Alardo. Bagaimana bisa sahabatnya itu sudah patah semangat sebelum mencari tau yang sebenarnya.

"Alardo Damaresh. Lo kok udah nyerah duluan sih sebelum tau yang sebenarnya. Ngak boleh gitu dong. Ayo lah Do. Pasti bisa dan mungkin apa yang lo pikirkan itu belum tentu benar," ucap Agapita menyemangati Alardo.

"Bener juga ucapan lo. Ayo sekarang ke sana," ucap Alardo lalu keluar dari rumah Agapita lalu diikuti oleh Agapita di belakangnya.

Alardo pun segera mengajak Agapita untuk ke tempat dimana saat itu nyawa nya dan ibunya hampir melayang. Membutuhkan waktu 38 menit untuk sampai ke tempat dimana terjadi kecelakaan 5 tahun yang lalu. Tempatnya seperti permukiman biasa yang tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi.

Alardo pun segera memarkirkan motornya di sisi jalan yang terdapat sebuah pohon begitu rindang. Agapita pun segera melepaskan helm dan memberikannya pada Alardo.

Bayang-bayang kecelakaan saat itu langsung berputar di kepala Alardo. Dimana terdengar suara benturan yang begitu keras langsung memekikkan telinganya. Alardo pun langsung menutup telinganya. Agapita yang ada di sebelah Alardo pun menepuk bahu Alardo untuk menyadarkannya.

"Lo ngak papa Do? Kalau bayangan itu masih keinget di otak lo, mending kita balik aja," ucap Agapita khawatir pada Alardo.

"Gue ngak papa kok. Ayo sekarang ke rumah itu. Secara nih ya, rumah dia pas banget waktu itu gue sama nyokap gue kecelakaan. Siapa tau ada cctv. Lagian lampu jalan di sini kagak ada cctv nya," ucap Alardo sambil melihat-lihat lampu jalan yang tidak ada cctvnya.

"Boleh. Nih ya, kalau misalkan rumah itu ngak ada cctv begimana Do?" tanya Agapita pada Alardo.

"Lah, kata lo tadi kan kalau mau tau semua kebenarannya dan bokap gue ngak keras kepala lagi tentang apa yang gue bilang, kita harus nunjukin bukti," ucap Alardo mengulang ucapan Agapita tadi.

"Bisa aja lo ngebalikin ucapan gue tadi. Yaudah ayo kerumah itu," ajak Agapita sambil menarik lengan Alardo.

Alardo pun mengangguk. Dia mengikuti Agapita dari belakang. Sesampainya di depan rumah itu, Agapita pun segera mengetuk pintu. Tak lama kemudian, sang pemilik rumah keluar.

"Anda siapa? Ada keperluan apa anda kemari?" tanya pria tersebut. Pria pemilik rumah begitu menyeramkan menurut Agapita.

"Pak, kami berdua kemari hanya ingin bertanya. Apakah rumah bapak memiliki rekaman kecelakaan 5 tahun lalu? Secara saya lihat rumah bapak yang memiliki cctv," ucap Alardo kepada sang pemilik rumah dengan sopan.

I'm not perfect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang