Elang duduk di sebuah kursi yang dia pesan setelah pulang sekolah tadi. Dia akan memberikan semua hasil dari tugasnya. Dia melakukannya dengan cepat karena tidak ingin berhutang kepada Alardo.
Elang melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Dia sudah menunggu Alardo sejak pukul 15.00 tadi hingga saat ini pukul 15.24. Sudah 24 menit Elang menunggu kedatangan Alardo.
Ting...
Lonceng yang ada di atas pintu cafe berbunyi. Elang melihat ke arah pintu siapa yang datang. Ternyata dia adalah orang yang dia tunggu selama 24 menit.Alardo yang baru saja datang langsung menghampiri Elang yang sudah duduk di kursi yang Elang pesan tadi.
"Kemana aja lo?" tanya Elang sambil menatap Alardo.
"Gue ngurus 2 setan yang berantem mulu dari tadi. Lo yakin udah dapet alamatnya?" tanya Alardo pada Elang tanpa berbasa-basi.
Elang mengeryitkan dahinya heran. 2 setan? Setan apa yang di maksud Alardo. Tapi itu masa bodoh. Dia kemari hanya ingin memberikan apa yang Alardo minta.
"Ini kameranya. Udah nyambung kok sama hp lo. Terus, ini alamatnya. Lumayan jauh sih menurut gue," ucap Elang sambil menyodorkan sebuah kamera dan juga sebuah kertas yang berisi alamat seseorang.
"Ok makasih. Gue rasa, alamat ini deket deh sama rumahnya Dara. Ngak terlalu jauh dari rumah dia," ucap Alardo pada Elang saat melihat alamat yang Elang berikan padanya.
"Serius? Lo mau kesana kapan? Gue ikut dong," pinta Elang pada Alardo.
"Entahlah. Lo mau ikut gue apa ke rumah camer hah?" goda Alardo pada Elang.
"Ya, lebih tepatnya ke rumah camer sih," ucap Elang sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ide jahil muncul di otak Alardo. Dia akan menakut-nakuti Elang dengan ide jahilnya itu.
"Gue denger-denger ya, bapaknya Dara itu galak tau sama cowok yang dateng buat nemuin anaknya," goda Alardo menakut-nakuti Elang.
"Bercanda lo ngak lucu. Gue udah pernah ketemu sama bapaknya," jawab Elang sambil memukul bahu Alardo.
Alardo meringis kesakitan. Pukulan yang diberi Elang lumayan kencang. Rencananya menakut-nakuti Elang gagal sudah.
"Ya gue kira kan belum pernah ketemu. Terus lo ngapain mau ikut gue kalau udah tau rumahnya? Berasa jadi orang bego gue ngomong sama lo," ucap Alardo sambil mendengus kesal.
"Tuh ngaku kalau bego," ucap Elang seolah tak bersalah sambil meminun jus yang dia pesan tadi.
Alardo yang mendengar ucapan Elang tadi langsung memukul bahu lelaki itu. Bisa-bisanya Elang mengatakan dia bego.
"Bego matamu. Gue gini-gini dapet nilai yang begitu memuaskan sehingga mamak gue bangga," ucap Alardo bangga sambil menepuk dadanya.
"Ya biar ada temen aja gitu. Siapa tau gitu kan lo mau minta restu om nya Pita," ucap Elang menggoda Alardo.
"Dih, minta restu itu langsung ke bapaknya. Lagian siapa juga yang jalin hubungan sama Pita. Nih ya, prinsip kita berdua itu kalau suka bilang. Ngak nyaman satu sama lain bilang. Lebih mantep lagi langsung minta restu orang tua. Lagian, gue sama Pita ngak ada apa-apa," jelas Alardo yang sudah muak karena banyak orang yang mengira dirinya dan Agapita menjalin sebuah hubungan. Sedekat itukah dirinya dengan Pita?
"Lo udah deket sama Pita sejak kapan sih?" tanya Elang mengalihkan pembicaraan.
"Dari orok. Puas lo," ucap Alardo sambil mendengus kesal.
"Nah kan. Setiap masa dewasa pasti bakal ada yang namanya benih-benih cinta. Mau deket dari orok kalau yang namanya cinta itu ngak bisa dipungkiri. Masa sih benih cinta lo ngak tumbuh. Atau jangan-jangan lo homo?" tanya Elang menatap curiga Alardo.
Alardo yang mendengar penuturan Elang tadi membulatkan mulutnya tak percaya lalu mengeplak kepala Elang agar pemikiran lelaki itu kembali normal. Alardo tampan seperti ini dibilang homo? Astaga, keterlaluan sekali.
"Matamu homo. Gue gini-gini juga doyan cewek. Contohnya Dara," ucap Alardo memancing amarah Elang.
"Sialan lo Al. Lo jangan rebut calon istri gue ya," ancam Elang sambil menunjuk wajah Alardo. Alardo tertawa renyah melihat Elang yang marah karena ucapannya.
***
Di tempat yang sepi dan terdapat beberapa batu nisan dan gundukan tanah yang dipenuhi rumput, Pita dan ayahnya sedang berdiri. Sesuai dengan permintaan ayahnya tadi pagi, setelah pulang sekolah ayahnya akan menjemputnya dan membawanya ke makam ibunya. Pita berjongkok di sebelah ayahnya sambil mencabut rumput-rumput kecil yang ada di makam ibunya."Sha, maafin mas selama ini udah salahin anak kita. Maafin kesalah mas Sha. Mas udah buat kesalahan fatal dengan lampiaskan amarah mas selama ini ke dia," ucap ayah Pita sambil mengusap batu nisan ibunya.
Pita yang ada di sebelah ayahnya menitikan air matanya haru. Begitu besar cinta ayahnya kepada ibunya. Jika dia bisa meminta kepada tuhan untuk tidak dilahirkan, mungkin mereka masih bisa bersama.
"Ayah, udah ya jangan nyalahin diri ayah terus. Bunda pasti sedih disana kalau ayah gini terus," ucap Pita kepada ayahnya sambil mengusap pundak ayahnya itu.
"Rasa bersalah ayah ini ngak sebanding sama kerusakan mental kamu sayang. Maafin ayah udah bikin mental kamu hancur. Maafin ayah udah lupa akan tugas ayah yang seharusnya menyayangi anaknya. Maafin ayah nak," ucap ayahnya sambil memeluk Pita.
Pita semakin menangis mendengar ucapan ayahnya tadi.
"Ih, udah ayah jangan bahas itu terus. Mending ikut Pita ke toko es krim yang selalu Pita datengin sama mama nya Al. Enak tau es krim nya," ucap Pita pada ayahnya.
Ayahnya terkekeh mendengar ucapan anak gadisnya itu. Dia dan Pita memilih untuk segera mendoakan ibu Pita dan memabur bunga di atas makamnya. Setelah selesai, mereka berdua pergi ke toko es krim yang biasanya mereka kunjungi.
***
Alardo berdiri de depan pintu rumah milik ayahnya. Terlihat sepi. Mungkin ayahnya belum kembali. Alardo membuka pintu dan langsung masuk ke dalam rumah ayahnya itu.
Saat ingin berjalan ke lantai 2 untuk menyelinapkan kamera yang dibuat Elang, dia hanya melihat Adolf di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Tumben lo kesini? Bokap belum balik," ucap Adolf pada Alardo.
Alardo tak mempedulikan pertanyaan Adolf. Dia bertanya balik kepada Adolf.
"Orang rumah pada kemana? Tumben lo sendirian?" tanya Alardo pada Adolf.
"Bokap masih di kantor. Nyokap ada urusan sama temen-temennya," jawab Adolf dengan mata yang masih fokus melihat film yang ada di hadapannya.
Alardo tersenyum senang. Tugasnya kali ini akan sangat mudah karena hanya ada adik tirinya dirumah.
Sebelum pergi ke atas. Adolf memanggil dirinya. Alardo mengurungkan niatnya untuk pergi ke atas.
"Al, lo ngak percaya sama omongan gue waktu itu? Gue rasa bunda udah punya rencan," ucap Adolf tiba-tiba pada Alardo.
"Gue percaya-percaya aja sih. Tapi, gue bisa cari tau itu sendiri. Lo tumben banget ngak berpihak sama bunda lo? Tumben lo mihak gue?" tanya Alardo heran.
"Gue anak bunda gue. Tapi, gue ngak akan mau ngikutin jejak dia dengan ngehancurin hidup orang lain," jawab Adolf pada Alardo.
***
Tbc.Gimana part ini? Jangan lupa vote, share, comment juga yaw.
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALAU BACA] Agapita Feodora Hercilla, gadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak dia lahir. Bahkan ayahnya selalu menyalahkannya tentang kematian ibunya. Hanya paman dan bibi...