Alardo sedang duduk di ruang tamu bersama ibunya. Dia sudah menceritakan semuanya pada ibunya tentang rencananya yang akan memberi tahu ayahnya tentang kebenarannya.
Awalnya, ibunya menolak. Tetapi Alardo tetap memaksa. Dia tidak ingin kebenaran itu disembunyikan.
Alardo melirik jam yang ada di jam dinding. Ini sudah pukul setengah lima. Ayahnya dan pak Anton akan datang sebentar lagi. Dia harap, semuanya akan terselesaikan hari ini.
"Sayang, kamu yakin sama keputusan kamu?" tanya ibu Alardo sambil menatap anaknya itu.
"Al yakin bunda. Muak tau ngak kalau kebenarannya ayah ngak tau. Adolf aja ngak masalah kok bun. Dia juga ngasih tau rencana ibunya ke Al," jelas Alardo pada ibunya.
"Rencana? Rencana apa sayang? Kamu kok ngak ngasih tau bunda?" tanya ibunya dengan cemas.
Alardo menutup mulutnya rapat. Sial, kenapa dia bisa keceplosan tentang itu. "Ah, bukan apa-apa bunda," jawab Alardo mengalihkan pertanyaan ibunya.
"Kamu nyembunyiin sesuatu dari bunda? Jujur sama bunda sini. Kamu— " ucapan ibu Alardo terpotong karena bel rumah berbunyi.
"Bunda tunggu disini. Biar Al buka," ucap Alardo lalu segera berjalan untuk membukakan pintu utama.
Saat membuka pintu utama. Terlihat 2 orang pria paruh baya. Salah satu dari mereka menggunakan jas kantor lengkap. Siapa lagi jika bukan ayah Alardo dan pak Anton.
"Ayah, pak Anton. Ayo masuk," ucap Alardo sambil mempersilahkan mereka berdua masuk.
Pak Anton dan ayah Alardo segera masuk ke dalam rumah. Setelah Alardo menutup pintu, kedua lelaki paruh baya itu mengikutinya sampai di ruang tamu.
"Silahkan duduk," ucap Alardo pada mereka berdua.
"Bi, tolong bikinkan minum," ucap ibu Alardo kepada asisten rumah tangga yang ada di sebelahnya. ART tersebut langsung mengangguk dan meninggalkan mereka berempat.
"Kenapa kamu minta ayah dateng ke sini? Ada yang mau kamu omongin?" tanya ayah Alardo sambil menatap putra nya itu serius.
"Disini Al cuman pengen ayah dengerin penjelasan Al nanti. Al harap, ayah sadar sama penjelasan nanti. Disini Al bukannya mau ngungkit kejadian masa lalu. Tapi, kebenaran itu ayah harus tau," jelas ayahnya pada Alardo.
Ayah Alardo yang mendengar itu mengerutkan keningnya heran. Kebenaran? Kebenaran apa?
"Kebenaran apa?" tanya ayahnya heran.
"Ini semua tentang kejadian 10 tahun lalu. Al selalu bilang ke ayah kan kalau ibu Adolf yang nabrak bunda tapi ayah ngak percaya? It doesn't matter now. Tapi selarang Al punya harapan kalau ayah bakal sadar. Orang yang di sebelah ayah bakal jelasin semua," ucap Alardo pada ayahnya.
"Maksud kamu?" tanya ayahnya masih heran.
"Pak Anton, saya harap bapak bisa jelasin semuanya ke ayah saya. Karena bapak adalah harapan terakhir saya. Saya harap, bapak jelaskan kepada ayah saya dengan jujur. Saya tidak akan menuntut bapak nanti," ucap Alardo penuh harap kepada pak Anton.
Pak Anton melirik ke arah Alardo dan ke arah ibu Alardo dengan cemas. Rasa bersalah itu masih ada hingga saat ini. Ibu Alardo yang melihat kecemasan di raut wajah pak Anton pun mengangguk. Dia memberi isyarat jika tidak masalah diceritakan kisah masa lalu itu.
Pak Anton menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya. Dia akan menceritakan semuanya dengan jujur di hadapan mereka.
"Baik. Saya akan ceritakan semuanya. Bapak masih ingat tentang kejadian 10 tahun lalu? Bapak masih ingat dengan truk putih yang menabrak mobil istri bapak? Itu adalah truk saya. Jujur,saat itu akal dan pikiran saya hilang karena saking membutuhkan uang. Dengan keadaan rumah tangga yang begitu kacau. Saya menerima penawaran seorang wanita untuk mencelakai orang. Dan wanita itu adalah istri bapak yang sekarang," jelas pak Anton sambil menundukkan kepalanya bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALAU BACA] Agapita Feodora Hercilla, gadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak dia lahir. Bahkan ayahnya selalu menyalahkannya tentang kematian ibunya. Hanya paman dan bibi...