Part 15

15 4 0
                                    

"Dara sayang. Lo mau ikut gue ke supermarket ngak? Atau lo diem di sini sama Emon? Nanti kalau ada yang ngetuk pintu itu si Bela ye. Kalau lo kagak ikut, gue keluar dulu," ucap Agapita kepada sepupunya dan juga sahabatnya sambil menggunakan cardigan miliknya dan meminjam kunci mobil Dara. Kali ini dia akan belanja bulanan.

Emon dan Dara masih memfokuskan mata mereka melihat ke arah laptop. Mereka berdua sedang menonton film di sana. Besok adalah hari libur. Para sahabat Pita akan menginap menemani gadis itu. Sahabatnya tidak mengetahui apapun tentang masalah keluarganya. Sedangkan Dara menginap disini karena ibunya menyuruh untuk menemani sepupunya itu.

"Heh, ikut ngak? BTW, gue pinjem mobil ya Dar. Belanjaan gue bakal banyak," ucap Pita sambil melihat ke arah sepupunya dan juga sahabatnya.

"Lo kalau mau belanja, belanja aja. Gue pinjemin mobil gue. Gue disini sama Emon," jawab sepupunya itu kepada Pita.

"Ok, nanti kalau ada yang pencet bel, itu si Bela. Gue balik nanti, jangan sampai kamar gue kayak kapal pecah," peringat Pita pada sahabat dan sepupunya itu.

Dara dan Emon mengacungkan jari jempolnya sebagai jawaban setuju. Setelah melihat persetujuan dari keduanya, Pita segera keluar kamarnya. Dia menuruni tangga dan langsung keluar rumah. Pita segera mengeluarkan mobil milik Dara dan melajukan mobil itu menuju supermarket yang biasanya dia kunjungi.

Dia begitu bersemangat untuk belanja bulanan kali ini. Dia mendapat kabar dari ayahnya, bahwa ayahnya akan kembali 1 minggu lagi. Ayahnya tidak jadi 1 bulan di luar kota. Ya walaupun masih 1 minggu lagi, itu tidak masalah. Yang penting dia sudah memiliki stok makanan untuk memasakan makanan yang ayahnya sukai.

23 menit Pita mengendarai mobil milik Dara, akhirnya dia sampai di supermarket. Pita langsung masuk ke dalam supermarket dan mengambil beberapa kebutuhan yang dia inginkan. Saat sedang mengambil botol kecap, dia tidak sengaja menabrak seseorang.

"Duh tante, saya ngak sengaja," ucap Pita sambil membalik kan badannya dan meminta maaf kepada orang itu.

"Ngak papa kok. Tante juga tadi kurang merhatiin jalan. Tante duluan ya," ucap wanita itu lalu meninggalkan Pita.

Pita menganggukkan kepalanya lalu memasukan botol kecap ke dama trolinya. 10 menit dia mengelilingi supermarket, akhirnya selesai juga. Dia langsung membayar belanjaannya dan segera pulang ke rumah.

23 menit mengendarai mobil milik sepupunya itu, akhirnya Pita sampai dan langsung memasukkan mobil Dara. Selesai memarkirkan mobil sepupunya itu, Pita melihat mobil Bela yang sudah ada di sebelahnya. Berarti sahabatnya itu sudah datang. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana isi kamar nya.

Pita segera menurunkan plastik belanjaannya dan membawanya ke dapur. Dia akan membereskannya nanti. Setelah semua plastik telah dia simpan, kakinya langsung melangkah untuk menuju ke kamarnya. Dia berharap 3 setan yang ada di kamarnya tidak menghancurkan kamarnya itu.

Ceklek...
Baru saja Pita membuka pintu kamarnya, dia sudah disuguhi oleh selimut yang ada di lantai dan toples makanan yang ada di kasur miliknya. Bantal dan guling sudah berserakan dimana-mana.

Sial, ingin rasanya Pita membunuh semua sahabatnya dan juga sepupunya. Mereka pikir membereskan kamar tidakkah melelahkan? Sungguh, Pita akan memukul ketiganya jika tidak membantunya untuk membereskan kamarnya itu.

"Emon sayang. Gue tadi bilang ke lo sebelum berangkat apa ya?" tanya Pita sambil berdiri di ambang pintu dan menatap sahabatnya itu garang.

Emon yang mendengar suara Pita meneguk salivanya kasar. "Jangan bikin kamar lo jadi kapal pecah," ucap Emon.

"Nah, itu tau. Kenapa sekarang jadi kek gini hah? Gue bakal turun buat beresin belanjaan gue. Tapi, setelah gue balik ini kamar kagak rapih? Gue tendang bokong lo bertiga keluar dari kamar ini," ucap Pita mengancam Emon, Bela, dan Dara.

Mereka bertiga yang mendengar ancaman Pita langsung membereskan kekacauan yang dibuat oleh mereka sendiri. Pita memilih untuk segera turun dan membereskan belanjaannya. Dia tidak sabar akan kepulangan ayahnya. Pita masih tidak percaya jika ayahnya pulang lebih cepat. Apa mungkin ayahnya mendapat hidayah?

***
Lelaki bertubuh tinggi, dengan paras wajah yang tampan, dengan rambut hitam legam sedang berdiri di sebuah rumah. Ternyata nomor ponsel yang diberikan oleh Tara adalah milik Elang. Kini Alardo kembali ke rumah sang pemilik vidio cctv.

Ting... Tong...
Alardo menekan bel rumah. Tak lama kemudian, Elang keluar menggunakan celana boxer nya dan kaos polosnya dengan rambut acak-acakan. Seperti baru bangun tidur.

"Ouh lo. Masuk aja dulu. Bokap sama nyokap gue ngak ada di rumah," ucap Elang kepada Alardo.

Alardo mengangguk lalu seger masuk ke dalam rumah Elang. Elang mempersilahkan Alardo duduk lalu dia pergi ke atas untuk kembali ke kamarnya dan memgambil laptop miliknya.

"Lo mau lacak apaan?" tanya Elang sambil berjalan menyruni tangga dengan tangan kanan yang membawa laptop.

"Gue udah liat vidio kemarin. Gue baru inget kalau si pengemudi itu di suruh. Lo bisa lacak plat nomor nya?" tanya Alardo pada Elang.

Elang yang mendengar itu menganggukkan kepalanya paham. Dia bisa melakukan itu. Tetapi lumayan membutuhkan waktu lama. Karena dia belum terlalu mahir.

"Gue bisa lacak orang itu. Tapi gue minta waktu. Karena gue ngak terlalu mahir tapi gue bisa. Kasih waktu ke gue paling lama 1 bulan. Gimana?" tanya Elang bernegosiasi kepada Alardo.

"Selama itu kah?" tanya Alardo balik kepada Elang.

"Ngak juga sih. Kalau ngak terlalu sulit, gue bisa 1 minggu paling lama. Waktu 1 bulan itu biar gue yakin sama yang gue kerjain. Kan ngak lucu salah alamat. Ibaratnya kayak lo mau nyantet si A malah si B yang kena," ucap Elang sambil mendengus kesal.

"Ok. Gue mau nanya. Selain bisa lacak, lo punya semacam kamera penyadap gitu ngak?" tanya Alardo kepada Elang.

Alardo ingin mengirim beberapa kamera pelacak ke rumah ayahnya agar dia tahu rencana ibu tirinya itu dan memastikan ucapan adik tirinya itu benar.

Elang yang mendengar itu mengerutkan dahinya heran. Untuk apa Alardo membutuhkan alat seperti itu?

"Mau buat apaan? Lo mau jadi detektif hah? Lo ada masalah apa sih?" tanya Elang heran kepada Alardo.

"Gue butuh. Gue mau kirim kamera itu ke rumah bokap gue. Gue mau memastiin ucapan adik gue sama gue mau cari tahu apa rencana bunda tiri gue. Ini semua bakal ngaruh ke depannya. Gur khawatir sama bunda tiri gue yang bakal celakain nyokap gue sama Pita," ucap Alardo khawatir.

"Pita? Cewek yang kemarin kan? Dia emang siapa lo? Kok lo sampai khawatir gitu?" goda Elang sambil menaikturunkan alisnya kepada Alardo.

Alardo mendengus kesal. "Ngak penting buat lo. Lo bisa buat apa enggak? Serius nanya nih gue," ucap Alardo serius.

"Bisa kok. Tapi kasih gue waktu anjir. Gue bukan robot ya yang bisa bikin alat sekali jadi. Buat kamera, gue udah ada bahannya sih tinggal rakit doang. 2 hari deh gue bikin. Nanti gue telfon kalau jadi," jawab Elang.

"Soal kamera ini cuman lo sama gue yang tau. Lo adalah harapan gue terakhir buat ngungkap kebenarannya di depan bokap gue," ucap Alardo penuh harap pada Elang.

***
Tbc.

Gimana part ini? Jangan lupa vote, share, comment juga ya.

Author punya work baru, judulnya Peismatáris. Yok mampir ke work yang baru.

See you next part.

I'm not perfect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang