Alardo bersama ketiga sahabatnya berada di kantin. Alardo melamun memikirkan ucapan adik tirinya tadi pagi. Tentang ibu tirinya yang akan mencari Agapita tanpa bantuan Adolf.
Flashback on:
"Wih, pacaran aja lo Mon. Masih pagi dah manasin yang jomblo," ucap Alardo sambil menghampiri Emon dan adik tirinya itu. Agapita langsung turun dari motor Alardo dan menghampiri Emon.
"Jomblo? Terus si Pita lo anggep sahabat doang? Ngak yakin gue," jawab Emon dengan sinis.
Pita yang berada di sebelahnya pun mencubit perut sahabatnya itu. Emon mengaduh kesakitan karena cubitan Pita.
Adolf yang mendengar nama Pita pun langsung melihat ke arah gadis yang bersama Alardo tadi. Gadis putih yang cantik, memiliki mata hitam legam, dan memiliki rambut panjang.
"Al, gue mau ngomong sama lo," ucap Adolf begitu saja.
Alardo dan Agapita langsung menatap heran ke arah Adolf. Tumben sekali lelaki itu ingin berbicara dengan Alardo. Terlihat serius pula wajah Adolf saat mengatakan itu.
"Gue kepo deh. Lo berdua saling kenal? Lewat apaan?" tanya Emon heran menatap kekasihnya itu dan juga Alardo.
"Biar Pita yang jelasin. Lo berdua duluan aja ke kelas. Gue disini dulu," pinta Alardo pada Emon dan juga Pita.
Pita yang mendengar ucapan Alardo kelimpungan sendiri. Dia yang harus menjelaskan kepada Emon? Berarti dia harus berbohong lagi pada sahabatnya itu.
"Tapi kan—" ucapan Emon terpotong karena Agapita menariknya agar tidak menganggu percakapan adik kakak itu.
"Udah Emon. Jangan di ganggu mereka. Ayo ikut gue dan gue jelasin," ucap Agapita kepada sahabatnya itu. Emon yang di tarik paksa oleh Pita hanya bisa pasrah.
Setelah kepergian Emon dan Pita, Adolf baru membuka suaranya kembali. Dia ingin membicarakan tentang rencana ibunya. Bukannya dia tidak sayang dengan ibunya dengan membeberkan rencana ibunya. Tetapi di sisi lain, dia tidak ingin menghancurkan kehidupan orang yang dekat dengan kakak tirinya itu.
"Gue mau ngomong soal rencana bunda yang mau cari siapa itu Pita," ucap Adolf menatap serius Alardo.
Alardo yang mendengar itu mengangkat sebelah alisnya heran. Di hadapannya ini Adolf kan? Kenapa dia ingin memberi tahu rencana ibunya? Biasanya tidak seperti ini.
"Lo serius? Tumben banget lo beberin rencana ibu lo ke gue," ucap Alardo heran sambil menatap adik tirinya itu.
"Gue serius. Kali ini gue jujur sama lo. Gue emang ngak suka ke lo. Entah itu karena apa. Tapi lubuk hati gue ini bilang kalau gue ngak suka sama lo dan benci sana lo. Di sisi lain, gue ngak mau bikin kehidupan orang yang lo sayang hancur," ucap Adolf kepada kakaknya itu.
Alardo semakin heran dengan perkataan adik tirinya itu. Tumben sekali Adolf berkata serius dan tidak mengajaknya bertengkar seperti biasanya.
"Lo kesambet apaan sih? Gue tau ya, lo ada di pihak nyokap lo. Lo pikir, gue bakal percaya gitu aja?" tanya Alardo pada Adolf.
Adolf menggelengkan kepalanya pelan. Dia tau dia salah dengan memberi tahu rencana ibunya. Tapi dia tidak ingin menghancurkan kehidupan orang lain seperti ibunya. Selama ini, dia hanya mengikuti perintah ibunya.
"Gue tau lo ngak akan percaya. Tapi kali ini gue serius Al. Nyokap gue bakal cari Pita tanpa sepengetahuan gue. Walaupun gue udah tau yang mana orangnya, gue ngak akan kasih tau nyokap. Lo mau percaya atau enggak itu terserah lo," ucap Adolf lalu menyalakan mesin motornya dan segera pergi meninggalkan Alardo.
Alardo sendiri masih terdiam meresapi ucapan adik tirinya itu tadi. Apakah benar ibu tirinya akan melakukan itu semua?
Flashback off
"Do, ngapain begong?" tanya Tara menepuk pundak Alardo sambil menyeruput es tehnya.
Lamunan Alardo buyar karena tepukan Tara di pundaknya. Dia masih memikirkan ucapan adik tirinya tadi.
"Ngak papa kok. Gue mau nanya dong," ucap Alardo pada kedua sahabatnya.
"Nanya tinggal nanya. Mo nanya apaan? Nanya cara nembak cewek yang dulu menyandang sebagai sahabat?" goda Leuco pada sahabatnya itu sambil mengaduk gelas berisi es teh menggunakan sedotan yang ada di tangannya.
Alardo yang mendengar itu menempeleng kepala sahabatnya. Kenapa tidak pernah serius saat Alardo membutuhkan bantuan. Memang salah dia hanya bersahabat dengan Pita? Toh selama Pita nyaman dan tidak mempermasalahkan statusnya, itu tidak masalah.
"Sakit bego," ucap Leuco sambil mendengus kesal.
"Makanya jangan asal nyeplos tu mulut. Gue kan sahabat doang ama Pita dari orok. Gue mau nanya dong. Lo berdua punya temen atau kenalan yang bisa lacak plat nomor ngak?" tanya Alardo pada kedua sahabatnya itu.
"Gue ngak yakin tuh. Mana ada cowo sama cewek deket tanpa melibatkan perasaan. Sangat tidak percaya gue. Mau buat apa lo nyari orang kek gitu? Ada masalah lo?" tanya Tara pada sahabatnya itu.
"Gue setuju sama Tara. Nih ya,mana ada sih cewek yang mau di anggep sahabat? Ngak yakin banget sumpah gue. Gue yakin nih ye, di lubuk hati salah satu dari kalian nyimpen perasaan," ucap Leuco membenarkan ucapan Altara.
Alardo kesal mendengar ucapan itu terus sejak pagi. Entah itu keluar dari mulut sahabatnya atau sahabat Pita. Muak rasanya Alardo mendengar itu. Jika dia memang menyukai sahabatnya itu, dia akan langsung membicarakan nya dengan Pita. Dia tidak akan menyembunyikan rasa sukanya.
"Apa salah baim. Kenapa baim punya sahabat kayak dakjal semua sikapnya," ucap Alardo mendramatis. Seolah dirinya menjadi korban. Tapi benar adanya.
Pletek...
Jitakan dilayangkan oleh 2 manusia tak ada akhlak di sebelahnya. Siapa lagi jika bukan Leuco dan Altara."Lagian lo kek orang pacaran bego. Lo mau ngapain sama orang yang bisa lacak melacak? Mo nyari letak camer sekarang di mana?" tanya Leuco pada sahabatnya itu sambil menaik turunkan alisnya.
Alardo yang mendengar itu mendengus kesal. "Gue ngak pacaran sama Pita. Gue mau nikah sama dia. Puas lo. Gue butuh orang yang bisa lacak melacak. Kasih tau napa," ucap Alardo memelas pada kedua sahabatnya itu.
Tara yang mendengar penuturan dari sahabatnya itu membelakakan matanya dan menutup mulutnya seolah tak percaya. Apa tadi? Menikah dengan Pita.
"Heh, lo udah tunangan? Kapan tunangan? Nih gue curiga lo berdua di jodohin sejak orok. Secara deket banget nempel terus kek lem. Beda nasib sama gue. Yang ditinggal doi pacaran sama yang lain," ucap Tara sedih mengingat Emon yang berpacaran dengan anak sebelah. Memang benar ya kata orang-orang, tetangga sebelah memang lebih menggoda.
Alardo cengo mendengar itu. Hey dia hanya bercanda. Jika dijodohkan dengan Pita, mungkin dia tidak akan menolak penawaran itu. Secara Pita kan cantik dan juga pintar. Alardo ikut sedih dengan ke galauan sahabatnya itu. Dia tidak bisa mencegah adik tirinya itu untuk berpacaran dengan siapapun. Asalkan, adiknya tidak akan menyakiti wanita yang telah dia pilih, Alardo tidak akan ikut campur.
"Sabar ya nak. Bapak bakal cariin jodoh buat Tara," ucap Leuco menepuk pundak Tara.
"Jawab pertanyaan gue dong. Punya kagak temen yang bisa lacak orang gitu? Gue butuh," ucap Alardo kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada kedua sahabatnya.
"Gue ada. Anak sebelah. Satu sekolah sama pacarnya my bubu Emon," ucap Tara memberi tahu.
"Bagi kontak," ucap Alardo bersemangat.
"Nanti gue kirim," ucap Tara masih bersedih.
Alardo senang. Akhirnya dia bisa menemukan orang yang mengendarai truk itu dan membuktikan pada ayahnya.
***
Tbc. Gimana kawan part ini? Jangan lupa vote, share, comment juga.Menuju konflik nih.
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALAU BACA] Agapita Feodora Hercilla, gadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak dia lahir. Bahkan ayahnya selalu menyalahkannya tentang kematian ibunya. Hanya paman dan bibi...