Part 13

23 6 0
                                    

"Gimana? Kamu udah tau siapa Pita itu?" tanya ibu kepada anaknya yang sedang duduk di hadapannya sambil sarapan. Dia berani menanyakan hal itu saat sarapan karena suaminya sudah berangkat sejak pagi tadi.

Adolf yang mendapat pertanyaan seperti itu menggelengkan kepalanya. Walaupun dia tahu siapa itu Pita, dia tidak akan memberi tahu pada ibunya.

Adolf tidak sejahat yang kalian pikirkan. Walaupun dia tidak suka Alardo, tetapi dia juga tidak ingin menyakiti orang yang dekat dengan Alardo. Dia tidak sejahat ibunya. Dia tahu dia salah karena menyembunyikan kejahatan ibunya 5 tahun lalu.

"Bunda ada urusan apa sama Pita itu?" tanya Adolf kepada ibunya itu.

"Kamu ditanya kok nanya balik sih. Bunda cuman nanya aja sih. Sebenernya bunda punya rencana sendiri," jawab ibunya itu sambil tersenyum simpul pada Adolf.

Adolf yang mendengar itu menghembuskan napsnya pasrah. Walaupun benci, tetapi dia tidak ingin menghancurkan kehidupan orang lain.

"Bun, kali ini Adolf mau jujur. Jujur aja ya, bunda cuman ada urusan sama Alardo. Kenapa harus bawa-bawa Pita? Dia ngak salah bunda. Dia cuman sahabat Alardo. Bunda jangan hancurin hidup orang uang ngak bersalah," ucap Adolf jujur pada ibunya itu.

Ibunya yang sedang makan pun meletakkan garpu dan sendoknya lalu menatap putra semata wayangnya itu.

"Ini buat kehidupan kamu," jawab ibunya singkat lalu kembali melanjutkan sarapannya.

Adolf tidak puas mendengar jawaban ibunya itu. Bagaimana bisa hanya untuk kehidupannya? Apakah tidak ada maksud tersembunyi dari ibunya itu?

"Apa sih bun. Sumpah ngak lucu banget. Buat kehidupan Adolf? Adolf bahagia aja selama hidup sama bunda. Almarhum ayah juga dulu mengecukupi semua yang Adolf butuhin. Tapi kenapa bunda malah cerai? Ada maksud lain di balik semua ini?" tanya Adolf kepada ibunya. Dia sudah muak mendengar berbagai alasan dari ibunya.

Ibu Adolf yang mendengar semua unek-unek yang anaknya itu keluarkan hanya bisa menghembuskan napasnya kasar. Dia melakukan ini demi anaknya itu. Apakah anaknya tidak memahaminya?

"Adolf. Bunda udah bilang ini semua buat kamu," ucap ibunya itu penuh penekanan.

Adolf yang mendengar itu tersenyum simpul. "Andai aja 6 tahun lalu Adolf ngak selamat, bunda ngak akan lakuin ini semua kan. Bunda minta Adolf buat cari tau siapa Pita itu kan? Walaupun Adolf tau, Adolf ngak akan kasih tau bunda. Walaupun Adolf benci sama Alardo, Adolf ngak akan pernah mau hancurin kehidupan orang yang dia sayang," ucap Adolf mengungkit masa lalunya lalu bangkit dari duduknya dan menyambar kunci motornya. Dia memilih untuk keluar dan segera ke sekolah.

6 tahun lalu, Adolf mengalami kecelakaan dan beruntungnya dia masih bisa hidup hingga sekarang. 1 tahun setelah kecelakaan, ayah dan ibunya selalu bertengkar hebat. Ibunya memutuskan untuk menceraikan ayahnya. Setelah bercerai dari ayahnya, ibunya mulai mendekati ayah dari Alardo dan menghancurkan kehidupan Alardo.

Setelah ibunya menikah dengan ayah Alardo, ayahnya meninggalkannya untuk selamanya. Sampai sekarang, entah mengapa ibunya itu membenci ibu Alardo dan ingin menghancurkan kehidupan mereka.

"Kamu bisa aja ngak nurutin permintaan bunda. Tapi, bunda bisa cari tahu semuanya," ucap ibunya setelah melihat kepergian anaknya itu.

***

Pagi telah tiba, kicauan burung terdengar dimana-mana. Cahaya matahari memasuki kamar Pita lewat celah-celah jendela. Gadis itu bersama sepupunya masih tertidur lelap di atas ranjang.

Kring...
Jam walker milik Pita berdering. Sang pemilik langsung mematikan jam itu dan bangun dari tidurnya. Badannya terasa pegal semua. Dia merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-ototnya.

"Dara, bangun sekarang. Entar telat," ucap Pita sambil mengguncang-guncangkan tubuh Dara.

Dara yang tidurnya terganggu pun membuka matanya perlahan dan bangun dari tidurnya. Dia melihat sepupunya yang sudah bangun terlebih dahulu.

"Lo mandi duluan. Masih dingin gini anjir. Lagian juga ini masih pagi," ucap Dara kembali menutup badannya menggunakan selimut.

Pita yang mendengar itu membelalakan matanya. Hey, bagaimana bisa Dara mengatakan ini masih pagi. Ini sudah pukul 6 lewat 30 menit. Jika mereka tidak bersiap sejak sekarang, mereka berdua akan telat.

"DARAAAA, KATA SIAPA MASIH PAGI. INI UDAH SETENGAH 7 BAMBANG," ucap Pita sambil berteriak kepada sepupunya itu.

Dara yang mendengar teriakan sepupunya langsung menyibakkan selimutnya dan bangun dari tidurnya. Dia mengambil handuk dan seragamnya lalu masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengatakam sepatah kata apapun. Agapita yang melihat itu melongo. Bagaimana bisa sepupunya itu langsung bangun dan mandi? Seperti bukan Dara.

"Itu anak kesambet apaan anjir. Kenapa langsung bangun terus lompat gitu aja? Kan masuknya jam setengah 8. Aneh gue," ucap Pita heran pada dirinya sendiri sambil menggaruk pelipisnya.

Pita memilih untuk menyibakan selimutnya dan keluar dari kamarnya. Agapita memilih untuk turun ke bawah. Saat dia turun ke bawah, dia sudah menemukan asisten rumah tangganya yang sedang menyiapkan makanan.

"Pagi non. Mau sarapan sekarang?" tanya asisten rumah tangganya itu.

"Boleh Bi. Pita cuci muka dulu," ucap Agapita lalu masuk ke dalam kamar mandi. Asisten rumah tangganya yang mendengar itupun mengangguk lalu segera menyiapkan sarapan untuk Pita.

Setelah mencuci mukanya di kamar mandi, Pita pun keluar dan segera memakan sarapannya. Setelah selesai sarapan, baru dia akan mandi. Sata sedang sarapan, dia melihat Dara yang turun dengan terburu-buru dan segera menghampiri Pita yang sedang sarapan.

"Lo kenapa buru-buru? Baru jam setengah 7 ini Dar," tanya Pita pada sepupunya itu.

"Gue harus ada di sekolah jam 7. Gue mau kerjain tugas gue yang belum. Gue duluan Pita sayang. Babay," ucap Dara lalu pergi begitu saja setelah mengoleskan selai di rotinya.

Pita yang melihat sepupunya yang terburu-buru karena belum mengerjakan tugasnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tak mengerti lagi. Setelah sarapan, Pita langsung kembali naik ke kamarnya untuk mandi. Alardo akan menjemputnya jam 7 karena akan ada hal yang dibicarakan oleh Alardo nanti.

***

Alardo mengendarai motornya dengan Agapita yang berada di belakangnya. Saat mendekati area gerbang sekolah, matanya melihat keberadaan sahabat Pita dengan adik tirinya itu sedang mengobrol.

"Pit, itu si Adolf beneran pacaran sama Emon?" tanya Alardo sambil memberhentikan motornya terlebih dahulu dan melihat interaksi antara Adolf dan Charemon.

"Mana-mana?" tanya Agapita kepada Alardo dengan antusias.

"Itu bambang," ucap Alardo sambil menunjuk keberadaan Emon dan Adolf.

Agapita pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Alardo. Benar saja apa yang dikatakan sahabatnya itu. Emon sedang berbincang dengan Adolf. Agapita dapat melihat wajah Emon yang terkadang tertawa saat berbicara dengan Adolf. Begitu pula dengan Adolf yang bahagia dengan Emon.

"Si Adolf ngak ada niat buruk kan deketin sahabat gue? Gue cuman curiga aja dia ada niat buruk," ucap Pita menyampaikan kekhawatirannya.

Alardo menggeleng kan kepalanya pelan mendengar kekhawatiran sahabatnya itu. Dia tidak tahu apa maksud dari Adolf dan ibunya.

"Pit, samperin aja kali ya," ucap Alardo sambil kembali menyalakan motornya.

Pita yang mendengar itu memukul bahu Alardo. Dia takut akan ada pertengkaran jika Alardo menghampiri Adolf dengan Emon di sana.

"Nih ye, kalau lo samperin, ngak akan baku hantam hah? Ini masih pagi Al. Jangan bikin masalah," ucap Pita pada sahabatnya itu.

Alardo yang mendengar itu terkekeh pelan. "Gue ngak akan bikin masalah kecuali dia yang mulai Pita," ucap Alardo lalu melajukan motornya mendekat ke arah Emon dan Adolf.

***

Tbc.
Gimana part ini? Jangan lupa vote, share, comment, dan tambahkan ke perpustakaan.

See you next part.

I'm not perfect [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang