Seorang remaja pria memasuki area rumahnya yang begitu sepi. Remaja dengan tubuh tinggi itu segera memarkirkan motornya dan masuk ke dalam rumah. Dia meletakkan helm nya di sofa lalu naik ke lantai 2 untuk menemui ibunya di kamar.
Tok... Tok... Tok...
Alardo mengetuk pintu kamar ibunya itu dengan halus."Bunda ini Alardo. Alardo masuk ya," ucap Alardo dari luar kamar ibunya.
"Masuk aja Do," ucap bundanya kepada Alardo dari dalam.
Alardo pun segera masuk ke dalam kamar ibunya. Dia melibat ibunya tengah membaca buku sambil bersender di kasur. Alardo segera menghampiri ibunya itu lalu melepaskan jaketnya dan duduk di sebelah ibunya dan merebahkan dirinya di paha ibunya.
"Kenapa lagi? Ada masalah apa lagi?" tanya ibunya itu sambil mengelus rambut Alardo dengan halus.
"Alardo capek doang bunda. Nanti jam 9 Alardo ke rumah ayah. Tapi males. Yaudah pulang dulu," ucap Alardo kepada ibunya.
"Loh, kenapa ngak langsung ke sana? Tadi habis main kan sama Pita? Kamu disuruh ayah ke rumahnya?" tanya ibunya itu.
"Males bunda. Nih ya percuma Alardo dateng kesana kalau ujung-ujungnya berantem sama Adolf. Kan Alardo dateng cuman mau ketemu ayah. Lagian males sih Al kesana kalau istrinya ngadu terus ke ayah. Kena marah juga kan Al. Kan Al cuman dateng atas permintaan ayah," jelas Alardo kepada ibunya itu.
"Ayah kamu belum sadar juga tentang istrinya itu?" tanya ibunya kepada Alardo.
Alardo menggeleng mendengar ucapan ibunya itu. Ibunya hanya bisa bernapas pasrah. Walaupun sudah cerai dengan ayah Alardo, tetapi dia ingin mantan suaminya itu mendapatkan istri yang baik.
"Alardo curiga dari dulu kalau emaknya Adolf cuman ngincer harta. Secara nih ya, ayah pengusaha yang sukses," ucap Alardo kepada ibunya itu.
"Hush, ngak boleh ngejelek-jelekin orang Do. Ngak baik. Kamu sekarang mandi terus ke rumah ayah lagi ya," pinta ibunya itu kepada Alardo.
"Tapi kan Al udah bilang tadi sama bunda. Al males kesana," ucap Alardo memelas pada ibunya.
"Ngak, kamu harus kesana. Keadaan Pita gimana?" tanya ibunya kepada Alardo.
"Baik kok. Cuman heran deh Al sama ayahnya Pita. Ngak capek apa ya nyalahin Pita mulu. Kan kasian Pita. Dia ngak salah apa-apa kadang kena tampar," jelas Alardo kepada ibunya itu.
"Heran bunda sama ayahnya Pita. Jujur, dulu waktu Pita lahir dia bahagia banget. Tapi setelah dapet kabar ibunya Pita meninggal setelah beberapa menit ngelahirin Pita, ayahnya cuman ngurus Pita sampai umur 5 tahun doang. Kadang di titipin ke bunda waktu itu atau ke paman dan bibinya Pita. Bunda juga kadang udah ngasih tau ke ayahnya Pita buat ngak nyalahin Pita terus tentang kematian sahabat bunda itu. Tapi tetep aja dia keras kepala. Bunda harap dia sadar sebelum menyesal suatu saat nanti," ucap ibunya itu kepada Alardo.
"Jadi bundanya Pita itu sahabatnya bunda? Pantesan Al waktu kecil sering liat bunda sama anak cewek. Kirain Al nih ya, bunda udah ngak sayang lagi sama Al. Terus bunda adopsi anak," ucap Alardo mengenang masa kecilnya dulu lalu tertawa saat mengingat kejadian itu.
Ibunda Alardo tertawa mendengar penuturan putra semata wayangnya itu. Ternyata Alardo kecil dulu cemburu dengan Agapita karena dirinya selalu dekat dengan anak perempuan itu.
"Bunda baru tau loh kamu dulu cemburu sama Pita," ucap ibunya kepada Alardo.
"Bunda ngak peka. Dulu Al pernah tau ngode ke bunda. Al dulu pernah bilang 'anak sulung- anak sulung udah ngak di sayang' dulu Al bilang kayak gitu tau bund waktu Agapita udah pulang," ucap Alardo mengingat masa lalunya dulu.
"Astaga Al. Kamu sampai segitunya cemburu sama Pita. Astaga, bunda ngak nyangka anak bunda yang ganteng ini cemburu sama anak gadis," ucap bundanya sambil terkekeh mendengar ucapan anaknya itu.
"Habisnya bunda dulu setiap ada Pita, Al selalu kayak seolah-olah tersingkirkan gitu. Kan kayak bukan anak kandung. Dulu nih ya, Al.sering banget nangis di kamar tau," cerita Alardo pada ibunya sambil tertawa mengingat masa kecilnya dulu.
Ibu Alardo menggeleng kan kepalanya tak mengerti lagi dengan sikap Alardo sewaktu kecil. Tidak dia sangka pula, Alardo dulu begitu cemburu kepada Agapita.
"Kamu mandi sana. Terus nanti langsung ke rumah ayah," pinta ibunya itu kepada anaknya.
"Tapi kan Al males. Biarin aja Al kena tampar ayah daripada Al harus dateng ke sana malah bonyok sama Adolf. Kan jadi ngak gue Al dateng kesana," ucap Alardo sambil bangkit dari posisi tidurnya.
"Udah lah. Sana ke rumah ayah. Mandi dulu," usir ibunya itu.
"Iya-iya. Al mandi dulu. Babay bunda," ucap Alardo pada ibunya itu lalu mengecup pipi ibunya dan pergi dari kamar ibunya.
***
2 orang gadis sedang berada di kamar bernuansa abu-abu. Kebanyakan gadis lebih memilih warna cerah atau warna soft lain. Namun berbeda dengan sepupu Agapita. Dia lebih suka warna gelap."Pita, lo di rumah ngak di apa-apa in sama bokap lo kan?" tanya Adara. Adara adalah satu-satunya sepupu yang Agapita miliki. Adara memiliki nama lengkap Adara Cassiopia.
"Ngak ko Ra. Sans aja. BTW, lo satu sekolahan kan sama Adolf? Adiknya Alardo itu. Bener ngak sih lo satu sekolah?" tanya Agapita kepada Adara.
"Si perusuh itu? Suka buat onar terus? Iya gue satu sekolah cuman beda jurusan. Dia anak IPS gue anak IPA. Emang kenapa?" tanya Adara kepada sepupunya itu.
Adara dan Agapita berbeda sekolah. Lagi pula jarak sekolah mereka berdua tidak terlalu jauh. Agapita bersekolah di SMA Cakrawala. Sedangkan Adara bersekolah di SMA Pelita.
"Dia emang di sekolah suka rusuh?" tanya Agapita kepada Adara.
"Kayak ngak tau aja lo. Lo suka liat muka Alardo babak belur ya gegara berantem sama tu anak. Menurut gue ya, ngak di rumah, ngak setiap papasan di sekolah, tu anak ngak akur sama kakaknya itu. Lo suka sama bajingan itu?" tanya Adara memastikan.
Agapita yang mendengar ucapan sepupunya itu pun membulatkan matanya lebar. Bagaimana bisa dia menyukai bajingan seperti Adolf. Agapita memang sayang dengan ayahnya. Tapi, dia tidak ingin memiliki kekasih atau bahkan suami yang seperti ayahnya. Ayahnya lah yang telah mematahkan hatinya selama ini. Jika mungkin dia pacaran, patah hatinya bisa double dan bisa jadi dia akan lebih stress. Agapita tidak bisa membayangkan jika itu terjadi.
"Ih, sepupu laknat lo. Nih ya, nama lo kan Adara Cassiopeia. Arti nama lo aja cantik dan cerdas menurut bahasa yunani. Tapi emang nama gue maupun nama lo pakai bahasa yunani. Lupain bahasa yunani. Nih, dari nama lo udah ketara kalau lo itu cantik dan cerdas. Mikir dong mbak, yakali saya seorang Agapita Feodora Hercilia suka sama Adolf. Gue kan cuman nanya," ucap Agapita tidak terima.
"Ya kan kirain aja. Emang kenapa lo nanya itu ke gue?" tanya Adara kepada Agapita heran.
"Ya nanya aja sih. Jadi tu anak setiap ketemu Alardo baku hantam? Pantes aja, muka si Al babak belur terus," ucap Agapita.
"Ngak cuman Al sih. Adolf juga sering babak belur. Ngak ngerti lagi deh gue sama adik kakak itu," ucap Adara sambil memegang kepalanya.
"Gue kasian sama Al dan bundanya. Bapaknya keras kepala banget anjir. Anak kandung yang ngomong tetep aja ngak dipercaya. Gue bantu Alardo buat cari rekaman dulu kecelakaan. Tapi ngak dapet. Sumpah sih gue kasian sama tu anak," ucap Agapita kepada Adara.
"Tapi lo yakin ngak sih yang lakuin emang emak tirinya alias emaknya si Adolf?" tanya Adara memastikan.
"Alardo yakin banget. Lagian nih ya, Al sering cerita tentang emaknya itu ke gua sama tentang si Adolf. Kayaknya hati bapaknya udah ketutup deh," ucap Agapita.
"Tapi—" ucapan Adara terpotong karena suara ibunya dari luar kamarnya.
"ADARA SAMA AGAPITA CEPET TIDUR. UDAH MALEM JUGA," ucap ibunya dari luar.
"IYA BUNDA. INI MAU," jawab Adara dari dalam.
***
Tbc.
Gimana part ini?Jangan lupa vote, comment, share juga ketemen kalian.
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALAU BACA] Agapita Feodora Hercilla, gadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak dia lahir. Bahkan ayahnya selalu menyalahkannya tentang kematian ibunya. Hanya paman dan bibi...