Alardo berdiri di depan gerbang rumah yang terlihat sederhana. Dia melihat kembali kertas yang diberi oleh Elang waktu di cafe. Alamatnya sama semua. Sebelum dia mengetuk bel yang ada di sana, Alardo melirik jam yang ada di pergelangan tangan kirinya. Masih pukul 6 lewat 10 menit. Waktu yang cukup untuk berbicara pada orang tersebut.
Ting... tong...
Alardo menekan bel yang ada di dekat pagar. Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya keluar dari dalam rumah dan membukakan pintu gerbang untuk Alardo. Lelaki itu mengernyitkan dahinya heran. Siapa remaja lelaki yang berdiri di depannya itu? Ada kepentingan apa dia berdiri di sini sepagi ini?"Siapa ya? Ada keperluan apa?" tanya Pria itu menatap heran Alardo.
"Perkenalkan pak, nama saya Alardo. Ini dengan bapak Anton?" tanya Alardo dengan sopan.
Pria di hadapan Alardo mengangguk. "Iya benar saya sendiri. Kamu siapa ya? Teman anak saya? Tapi maaf, dia tinggal sama ibunya sekarang," ucap pria tersebut.
"Maaf pak kalau menganggu waktunya. Tapi saya ingin mempertanyakan beberapa hal tentang kecelakaan 10 tahun lalu," jawab Alardo kepada sang pria.
Pria tersebut tampak terkejut. Itu adalah masa kelamnya. Bagaimana remaja berusia 17 tahun di hadapannya ini mengetahuinya? Apakah dia korbannya?
"Ikut saya masuk. Kita bicarakan di dalam," ucap Pria tersebut lalu mengajak Alardo duduk di kursi yang ada di teras rumahnya.
"Kenapa kamu mempertanyakan tentang kejadian 10 tahun lalu? Dari mana kamu bisa tau? Dan apa kepentingan kamu datang kemari?" tanya pak Anton tanpa basa-basi.
"Saya adalah anak dari orang yang bapak tabrak. Saya dari dulu yakin jika ada seseorang di balik ini semua. Bapak jujur saja pada saya. Apakah bapak disuruh oleh orang ini?" tanya Alardo sambil menunjukkan wajah ibu Adolf.
Pak Anton memperhatikan foto yang di berikan oleh Adolf. Wanita yang sama saat 10 tahun lalu. Wanita yang menyuruhnya untuk menabrak seseorang dengan truknya. Dia mendapatkan bayaran yang begitu besar dan keluar dari penjara lebih cepat. Karena perlakuannya itu, istri dan anaknya meninggalkan nya.
"Ah ya, dia adalah orang yang sama. Maafkan saya telah mencelakai ibu mu. Saya benar-benar membutuhkan uang saat itu," ucap pak Anton sambil menundukkan kepalanya.
"Itu tidak masalah untuk sekarang. Tapi, apakah bapak bisa bertemu saya nanti sore di rumah saya? Bapak adalah harapan satu-satunya yang saya miliki untuk meyakinkan ayah saya. Saya harap bapak bisa berterus terang nanti pada ayah saya," ucap Alardo pada pak Anton penuh harap.
"Ta... tapi, apakah saya akan kembali masuk penjara setelah berterus terang nanti? Jujur, saya tidak ingin masuk ke dalam penjara lagi," ucap pak Anton cemas.
"Tenang pak. Saya tidak akan menuntut bapak atas kejadian waktu itu. Saya hanya meminta kepada bapak untuk berterus terang kepada ayah saya. Hanya itu saja pak. Saya tidak akan menarik bapak ke jalur hukum lagi," ucap Alardo meyakinkan pak Anton.
Pak Anton berfikir sejenak lalu mengangguk setuju. Dia akan membantu remaja lelaki yang ada di hadapannya. Alardo yang melihat pak Anton telah setuju pun tersenyum senang. Dia pun segera memberikan alamat rumahnya pada pak Anton.
"Terimakasih pak. Saya tunggu di rumah pukul setengah lima sore nanti. Saya pamit ya pak," ucap Alardo sopan lalu meninggalkan rumah pak Anton.
Setelah keluar dari halaman rumah pak Anton, Alardo mengeluarkan ponselnya dari saku celananya lalu menelfon ayahnya untuk datang ke rumahnya sore nanti.
"Halo ayah," ucap Alardo saat panggilan telah terhubung.
"Apa Al? Tumben nelfon ayah. Ada hal yang mau di omongin?" tanya ayah Alardo dari sebrang sana.
Alardo menggelengkan kepalanya pelan. "Ngak yah. Al cuman mau minta ayah dateng ke rumah sore ini bisa? Jam setengah lima nanti. Ada sesuatu yang mau Al omongin sama ayah," ucap Alardo.
"Kayaknya bisa Al. Nanti ayah dateng ke rumah. Ayah matiin ya," ucap ayah Alardo lalu memutuskan hubungannya.
Setelah hubungan telfon terputus, Alardo memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celananya dan segera mengendarai motornya menuju ke sekolah. Dia harap, ayah nya akan sadar dengan cara yang mempertemukan sang sopir yang akan menjelaskan semuanya kepada ayahnya.
***
Kring...
Bel istirahat telah berdering di seluruh SMA Cakrawala. Agapita segera merapihkan buku-bukunya lalu di masukkan ke dalam laci meja. Setelah selesai, dia membuka ponselnya yang terdapat nama Alardo disana. Alardo memintanya untuk ke rooftoop setelah bel istirahat berbunyi."Pitaaa, ayo cepetan," teriak Emon dari depan pintu kelas . Bela sudah menghampiri Emon sejak tadi.
"Kalian duluan aja. Gue mau ke rooftop bentar," jawab Agapita dari tempat duduknya.
"Mau ngapain lo?" tanya Bela menatap curiga Pita.
"Kepo. Duluan aja. Nanti gue nyusul," jawab Pita.
"Bela, kamu tidak usah kepo sayang. Mending nyeblak sama Emon yang cantek ini. Ayo Bela," ucap Emon sambil menarik Bela. Bela yang di tarik lengannya oleh Emon hanya bisa mendengus kesal.
Setelah kedua sahabatnya pergi, Pita segera bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Alardo yang ada di rooftop.
Pita segera keluar dari kelasnya dan menaiki lantai 3 yang di huni anak kelas 12 lalu menaiki tangga terakhir yang langsung menuju rooftop. Sesampainya di depan rooftop, Pita segera membuka pintu dan melihat Alardo yang sudah ada di sana.
"Maaf lama," ucap Pita sambil menutup pintu kembali.
"Ngak papa Pit. Hapoy birthday ya partner sejak orok gue. Nih, gue bawa hadiah buat lo," ucap Alardo sambil menyodorkan kotak hitam kecil yang berisi gelang yang dia beli kemarin.
"Tumben banget bukan boneka kesukaan gue? Ini apaan?" tanya Pita sambil membolak-balikan kotak yang di beri oleh Alardo.
"Kata bunda, kado itu di kasih dari hati. Kalau kita beli nya dari hati, pasti sang penerima suka. Awalnya gue mau beli boneka buat lo. Tapi, gue rasa itu udah terlalu sering dan yang pasti lemari koleksi boneka lo udah penuh. Jadi gue cari yang lain kemarin dan nemu benda itu. Pertama gue liat gue udah jatuh cinta sama itu benda. Benda ini bakal ngingetin gue terus. Coba buka," cerita Alardo panjang lebar dan menyuruh Pita membuka kotak yang dia beri tadi.
Pita pun mengangguk lalu membuka kotak yang diberi oleh Alardo. Ternyata berisi gelang dengan liontin mahkota. Begitu indah dimatanya. Gelang bewarna hitam dengan liontin bewarna silver. Liontin mahkota yang begitu menggemaskan.
"Ih, lucu banget sih. Makasih Al," ucap Pita lalu memeluk Alardo. Alardo pun membalas pelukan dari Pita.
"Sama-sama Pit. Lo jaga ya gelang pemberian gue ini," ucap Alardo sambil melepaskan pelukannya.
"Pasti gue jaga. Kenapa lo milih liontin mahkota? Apa kaitannya sama nginget lo?" tanya Pita heran.
"Jadi kan bunda udah ngasih liontin pemberian nyokap lo. Itu sesuai sama nama lo. Nah, kali ini gue ngasih liontin yang sesuai sama nama gue. Biar lo inget gue terus. Kapan pun dan dimanapun. Arti nama gue sendiri pangeran. So, gue ngasih liontin yang ada kaitannya sama pangeran. Yaitu mahkota. Jadi gue pilih ini," jelas Alardo panjang lebar.
"Umumu, gue ngak akan lupa sama orang yang udah selalu ada buat gue. Lo itu kayak abang buat gue. Makasih Al udah selalu ada di sisi gue selama ini. Makasih karena lo selalu ada saat gue susah maupun senang," ucap Pita sambil kembali memeluk erat Alardo.
***
Tbc.
Gimana part ini? Jan lupa vote, share, comment juga yaw. Ramaikan yok.
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not perfect [END]
Teen Fiction[PLAGIAT DILARANG MENDEKAT] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALAU BACA] Agapita Feodora Hercilla, gadis yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak dia lahir. Bahkan ayahnya selalu menyalahkannya tentang kematian ibunya. Hanya paman dan bibi...