8. Party dan Pertemuan Ketiga

8.1K 186 1
                                    

Jam 19.00, Miya sudah rapih iya memakai riasan terbaiknya. Miya agak risih memakai dress ini, dressnya sangat cantik tapi apa punggung yang terbuka saja tidak cukup? Miya mengamati bagian bawah dressnya. Dressnya panjang sampai pergelangan kakinya, tapi belahan sampingnya lurus sampai paha.

Ada pesan masuk dari Grace,
"Ingat, jangan pakai celana dalam. Dan pakai heelsnya."

Kalau tidak usah pakai celana dalam, harusnya belahannya sampai lutut saja. Ini sama saja menyuruhku telanjang ke pesta. Miya menggerutu.

Miya mengambil stilettonya dan memakainya. Agak oleng tapi Miya bisa mempertahankan keseimbangan. Ini akan melelahkan. Berjalan saja sudah menguras tenaga.

Miya menelpon suaminya,
"Mas, aku mau berangkat. Mas masih lama pulangnya?" Itu hanya basa basi. Miya sengaja berangkat lebih awal agar tidak berpapasan dengan Ryan. Pakaiannya sangat tidak pantas.

"Kerjaanku masih belum selesai, mungkin pulang telat. Kamu berangkat saja, jangan khawatirkan aku."

"Oke. Jangan lupa makan ya, sayang."

Miya mengendarai mobilnya menuju Bima Hotel. Lokasinya agak jauh, tapi perkiraan waktu Miya sudah tepat. Lewat tol, jam 19.50 Miya sudah sampai.

Di parkiran, Miya mengenali sebuah mobil yang parkir jarak 4 mobil darinya. Itu mobil Alex. Sempit sekali dunia ini. Tapi etika sebagai penghibur professional adalah jangan berlagak akrab di tempat umum, apalagi acara formal seperti ini yang dihadiri tamu-tamu penting. Itu bisa mencemarkan nama baik pelanggannya. Bagaimana pun, memakai pelacur tetaplah aib walaupun sudah menjadi rahasia umum. Apalagi beberapa pelanggannya mungkin membawa istrinya ke pesta ini.

Miya menunjukkan black cardnya kepada petugas dan memasuki ballroom. Ruangan yang sangat besar, beberapa meja berisi makanan tersebar di tengah ruangan. Sedangkan kursi hanya ada di beberapa sudut ruangan. Miya mendesah, memakai heels seperti ini di standing party. Miya melihat beberapa wanita di sekelilingnya, setidaknya Miya tidak menderita sendirian.

Miya mencari Pak Rudy, tapi belum kelihatan. Miya mengambil beberapa kue kecil sambil menunggu. 15 menit kemudian, Pak Rudi memasuki ruangan dengan beberapa orang mendorong Birthday Cake putih yang besar. Miya dan semua orang dalam ruangan memberi tepuk tangan.

Pak Rudi mengatakan berbagai hal dan potong kue, acaranya pun resmi dibuka. Beberapa orang mendekati Pak Rudi untuk mengucap selamat ulang tahun.

Miya berdiri tidak jauh, di tempat yang mudah dilihat oleh Pak Rudi. Berharap arahan dari Pak Rudi agar tau apa yang harus dilakukannya.

Pak Rudi melihat Miya. Miya mengerling manja. Pak Rudi memberi isyarat untuk menunggu dan menikmati pestanya dulu.

Jadi, Miya mengambil beberapa kue lagi dan segelas lemoned. Mata Miya berkeliling, mencari tempat duduk. Miya tidak tahan jika harus berdiri lebih lama lagi. Sayangnya, semua kursi terisi. Miya terpaksa tetap berdiri. Miya melihat orang-orang sekelilingnya. Beberapa orang adalah tamu yang pernah tidur bersamanya. Namun, mereka bukan teman mengobrol di acara seperti ini. Miya adalah masalah yang harus dihindari.

Miya menyadari kedatangan 3 orang pria muda ke arahnya. Salah satunya adalah pria yang pernah tidur dengannya. Miya lupa namanya, sepertinya namanya Tio. Usianya jelas di bawah Miya. Miya tidak menyapa, hanya tersenyum dengan sopan.

Tio dan teman-temannya tertawa-tawa sambil memilih kue di dekat Miya. Jelas sekali mereka sengaja berdiri cukup dekat hingga bisa berdekatan dengan Miya. Miya berusaha menyingkir agar tidak menghalangi, dan terkejut saat sebuah tangan menepuk bokongnya. Miya melihat Tio mengedipkan matanya dan mereka pun pergi.

1 menit. 2 menit. 30 menit. 1 jam. Ya ampun, sampai kapan Miya harus di sini. Kakinya sudah pegal. Jam 10 Miya melihat Alex mendatanginya.

******

Alex hendak membuka pintu mobilnya saat melihat mobil yang masuk ke parkiran khusus ini. Itu Mobil Miya. Rupanya Miya juga diundang ke acara ini. Padahal Pak Rudi bukan orang sembarangan. Miya benar-benar luar biasa.

Miya turun dari mobilnya dan melihat mobil Alex. Miya pasti menyadari ini mobil Alex. Tapi Alex yakin Miya tidak menyadari Alex ada didalamnya karena lampu mobilnya sudah dimatikan.

Alex memperhatikan Miya. Gaunnya seksi sekali. Rambutnya dikeriting dan dijepit dengan anggun , dan terlihat berkilau padahal lampu di parkiran ini tidak terlalu terang.

Miya terlihat tidak nyaman dengan gaunnya. Tangannya beberapa kali mencoba menutup belahan di pahanya. Lucu sekali. Ya ampun, Alex. Alex menyadarkan dirinya. Kenapa ia tertarik pada seorang pelacur. Hari ini ayahnya juga datang. Alex harus menjaga sikap.

Alex menunggu 5 menit setelah Miya masuk, baru memasuki ruangan.

Alex kurang suka pesta seperti ini. Terutama saat Ayahnya juga menghadiri pesta ini. Alex merasa seperti diawasi. Seperti anak kecil.

Jam 9 Alex duduk di salah satu kursi dan melihat Miya di dekat salah satu meja. Miya berdiri dengan anggun. Alex mengamati riasannya, cantik sekali. Walau lagi-lagi Alex tidak suka melihat bulu mata itu.

Alex menyadari ada yang tidak pas. Walau tersenyum dan berdiri anggun, kaki miya tidak mencerminkan keanggunan. Miya sesekali mengangkat kaki kanannya, lalu meletakkannya. Mengangkat kaki kirinya, lalu meletakkannya. Itu dilakukan terus menerus. Seperti jalan di tempat dengan tempo yang lambat. Sepatunya. Pasti sepatunya membuatnya kelelahan. Alex menahan diri saat melihat kumpulan remaja mengganggu Miya.

Alex melihat ayahnya dengan tidak sabar. berharap ayahnya segera pulang. Gelisah selama 1 jam, akhirnya jam 10 malam ayahnya pamit pulang. Yes, Alex bersorak dalam hati.

Alex segera menghampirinya.
"Miya," Alex menyapa.

Miya terlihat kaget namun tetap tersenyum, "Hai, Alex." Miya melihat sekeliling dengan gelisah.

"Kau kenapa?" Alex bingung.

"Sepertinya mengobrol denganku bukan pilihan yang bijak, Alex." Miya menatapnya khawatir.

Oh, Alex paham. Alex juga khawatir sebenarnya. Bukan khawatir seseorang berkata buruk tentangnya, Alex khawatir orang berkata buruk tentang ayahnya karena melihat Alex bersama pelacur.

"Aku hanya ingin menawarimu kursi. Ada kursi yang kosong di sana." Alex menunjuk kursi yang tadinya ia duduki.

"Oh, syukurlah. Ku pikir aku akan mati berdiri." Miya terlihat sangat bersyukur. Ia segera menghampiri kursi itu, takut kursinya ditempati orang lain.

Alex hanya mengamati Miya meninggalkannya dan menuju kursi itu. "Cute," tanpa sadar Alex berucap. Alex benar-benar sudah gila. Miya hanya pelacur, Alex. Jangan tertarik berlebihan padanya.

Saat Miya berjalan menuju kursi, Alex melihat bokong Miya terbentuk sempurna dalam balutan gaun itu. Bukannya dengan bahan seperti itu, garis celana dalamnya akan terlihat ya? Alex bingung. Apa dia tidak pakai celana dalam? Ah, lagi-lagi Alex memikirkan yang tidak penting.

Alex segera pergi ke tempat yang berisi orang-orang yang ia kenal.

******

Alex tidak mengikutinya, sudah pasti. Miya merasa bersalah karena tadi lupa mengucapkan terima kasih.

Miya duduk dengan nyaman, dan menikmati kuenya. Kuenya sangat enak. Apa ya nama kue ini? Kalau ia mencarinya di toko kue, Miya harus bilang mencari apa? Miya penasaran.

Jam setengah 11 malam, MC menjelaskan bahwa night party akan segera di mulai. MC menyuruh tamu untuk memejamkan mata dulu agar terbiasa karena lampu akan padam, dan berganti dengan lampu disko. Terdengar DJ mulai memainkan musiknya.

Seseorang terlihat menghampiri Miya. Miya merapikan duduknya.

"Ms. Miya?" Orang itu menyapanya.

"Ya?"

"Tuan Rudi sudah menunggu, mari ikuti saya."

______________________________
Jangan lupa masukkan ke koleksi agar kalian dapat notifikasi saat ada bab baru. Berikan like jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang