(S2) 6. Pertemuan kembali

2.9K 135 7
                                    

Alex datang lagi, pikir Miya. Rumahnya pasti tidak jauh dari sini. Sepertinya dihindari seperti apapun, mereka pasti akan bertemu juga. Miya melihat wanita yang duduk di hadapan Alex. Wanita itu pasti sangat berarti untuknya. Syukurlah jika Alex sudah memiliki wanita di sisinya.

"Bagaimana, Bu? Perlu saya yang antarkan?" Salah satu pegawainya bertanya.

"Tidak perlu." Miya memutuskan. "Kali ini biar saya saja yang antarkan."

Baru berjalan beberapa langkah Miya melihat Alex menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. Miya mendadak ragu. Apakah ia sanggup melihat mereka berdua? Tapi Miya memutuskan bagaimana pun hal itu harus dihadapi. Ia tidak bisa selamanya bersembunyi. Miya mengantarkan lemonednya ke meja Alex. Alex mendongak dan terkejut saat melihat Miya.

"Miya," suara Alex rasanya seperti baru Miya dengar kemarin. Tapi mendengar Alex menyebut namanya jujur saja Miya hampir tidak sangup berdiri. Miya mengakui dalam hati, sebesar itulah Miya merindukan Alex selama ini.

"Hai, Alex." Miya berusaha biasa saja. "Sudah siap memesan hidangan?"

Alex hanya terdiam menatap Miya.

"Mas. Ini siapa?" Wanita di hadapan Alex bertanya. Sepertinya mereka sudah menikah, pikir Miya.

Alex menoleh dan berusaha menjelaskan. "Ah, Rara. Ini Miya. Temanku." Alex kembali menatap Miya. "Miya, ini Rara."

Miya mengulurkan tangan pada Rara. "Aku Miya, salam kenal."

Wanita bernama Rara itu berdiri dengan sopan. Cara ia bergerak sangat anggun. Rara memiliki wajah dan kulit yang cantik. Ia seperti seorang putri kerajaan. Benar-benar pasangan yang cocok dengan Alex. "Saya Rara. Salam kenal."

"Baiklah. Apa kalian mau memesan sesuatu? Baru ada minuman di atas meja ini." Miya menawarkan.

Rara memandang Alex. "Sebenarnya aku tidak sedang ingin memakan sesuatu. Mas Alex bagaimana?"

Alex hanya terdiam. Apakah aku merusak mood Alex? Miya teringat bagaimana buruknya mood Alex saat awal pertemuan mereka dulu. Alex pasti tidak suka bertemu Miya.

"Baiklah, jika ingin memesan sesuatu silahkan panggil saja ya." Miya mundur selangkah dan hendak berbalik pergi namun Alex memegang pergelangan tangannya.

"Kau akan pergi begitu saja?" Tanya Alex.

"Ada yang ingin kau tanyakan?" Tanya Miya bingung.

Alex melepas tangannya dan menjawab. "Tidak. Tidak apa-apa."

Meninggalkan meja dengan sopan, Miya mengerjakan aktivitasnya dan berusaha tidak memperhatikan mereka lagi. Saat Miya melihat meja mereka, mereka sudah pergi. Miya berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman di hatinya. Namun Miya tidak mood lagi melakukan apapun.

"Dimas, saya mau pulang duluan. Kamu bisa tutup sendiri?" Ujar Miya pada salah satu pegawainya.

"Bisa, Bu." Jawab Dimas.

"Ya sudah, tolong handle dulu, ya." Miya mengambil kunci dari tasnya. "Ini kunci cadangan kamu pegang. Nanti bereskan yang rapih baru kunci pintunya."

"Baik, Bu."

******

"Jika ingin memesan sesuatu panggil saja, ya."

Tanpa sadar, tangan Alex sudah bergerak menahan Miya. Alex tidak mau kehilangan Miya lagi. Alex tidak mau Miya mengabaikannya seperti ini.

"Kau akan pergi begitu saja?" Alex bertanya.

"Ada yang ingin kau tanyakan?"

Tentu saja! Pikir Alex frustasi. Aku memiliki ribuan pertanyaan. Bagaimana kabarmu? Bagaimana kehidupanmu? Apakah perceraianmu lancar? Apakah mereka masih mengganggumu? Apa kegiatanmu saat ini? Apa kau pernah merindukanku? Aku merindukanmu setiap saat.

Alex menyadari Rara sedang memperhatikannya. "Tidak. Tidak apa-apa." Akhirnya hanya itu yang bisa Alex katakan.

Alex melihat Miya pergi. Melihat Miya memunggunginya Alex tidak suka. Alex ingin memeluk dan menghentikannya.

"Mas, teman mas itu pemilik restoran ini?" Tanya Rara.

"Entahlah." Jawab Alex. Alex tidak tau apa-apa tentang Miya. Wanita itu berada di luar jangkauannya sekarang. "Katanya kau sedang tidak ingin makan. Ada tempat yang ingin kau kunjungi?" Alex ingin pulang.

"Sebenarnya di pusat kota ada festival. Dan dalam 3 hari setiap malam ada tarian air mancur. Aku sangat ingin menyaksikannya sekali saja." Pinta Rara.

"Baiklah, kita ke sana ya? Anggap saja ini sebagai permintaan maafku." Alex melembut.

Di pusat kota, Alex memperhatikan Rara yang takjub melihat air mancur di hadapannya menari. Dengan lampu-lampu yang mempercantik setiap gerakannya, air mancur itu memang menakjubkan.

Alex baru saja memutuskan untuk belajar mencintai Rara. Tapi Miya sekarang hadir di hadapannya. Haruskah Alex menarik kembali perkataannya? Alex mengingat lagi pertemuannya dengan Miya tadi. Alex benar-benar ingin memaki. Bagaimana bisa Miya terlihat acuh padahal Alex sudah menderita selama 2 tahun ini? Miya benar-benar keterlaluan.

Alex melempar kerikil ke tarian air mancur di hadapannya. Apa yang harus ia lakukan? Alex ingin mengejar Miya. Miya sudah bukan wanita penghibur lagi, Alex bisa membujuk ayahnya untuk menerima Miya. Tapi di sampingnya sudah ada wanita yang sangat sempurna untuk mendapingi Alex. Rara baik, kelurganya sudah dekat dengan ayahnya, dan Rara mencintainya. Apakah Miya sepadan? Miya bahkan tidak menyukainya. Apakah ia perlu repot-repot memperjuangkan wanita yang bahkan tidak memikirkannya?

Sebuah tangan dengan lembut menggenggam tangan Alex. Alex menoleh dan terlihat Rara tersenyum padanya. "Apa diizinkan?" Tanya Rara.

"Kau sudah seenaknya menggenggam tanganku. Untuk apa minta izin?"

Rara tertawa. "Betul juga. Tangan ini ku sita untuk malam ini."

Jawabannya sudah ada di depan mata, pikir Alex. Miya hanyalah masa lalu, bukan?

________________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang