18. Bobby

4K 131 1
                                    

PERHATIAN

Cerita ini berisi adegan dewasa
Mohon bijaksana dalam membaca

__________________________________________

Miya sedang menunggu tamunya. Tamu kali ini sepertinya spesial karena di dalam kamar sudah disediakan meja makan lengkap dengan lilin dan bunga. Sangat romantis. Apakah ini perbuatan Alex? Perasaan hangat tiba-tiba menyerbunya.

Miya menunggu di meja makan dan menatap keluar jendela. Jalanan sangat sibuk. Sesibuk hatinya. Bagaimana bisa ia memikirkan dan merindukan Alex sementara ia memiliki seorang suami yang ia cintai? Ini perasaan yang salah.

Suara pintu di buka. Dan bukan Alex yang mencul dari balik pintu itu. Itu Pak Bobby. Teringat kembali, apa yang Pak Bobby lakukan padanya, Miya merasa marah.

"Apa yang kau lakukan Pak Bobby? Aku sedang sibuk. Tamuku akan datang sebentar lagi." Miya tidak mengacuhkan Pak Bobby yang duduk di hadapannya.

Pak Bobby menatapnya menyesal. "Kau benar-benar marah padaku."

"Pak Bobby, kau harus keluar sekarang sebelum Grace menendangmu keluar."

Pak Bobby mengambil satu tangkai mawar dari vas. Membuang durinya dengan pisau makan, dan meletakkan bunga itu ke samping piring Miya.

"Miya, aku tamumu. Grace sudah mengizinkan menemuimu lagi." Pak Bobby berkata lembut.

Apa? Apa lagi yang dilakukan Grace?

Miya mengambil ponselnya dan menelpon Grace. "Grace kenapa ada Pak Bobby disini? Kau sudah berjanji tidak akan membiarkan dia mendekatiku."

"Pak Bobby bilang ingin meminta maaf padamu, Miya. Sepertinya dia sangat menyesal. Biarkan dia bicara dulu. Jika dia berbuat kasar lagi, segera telepon aku. Aku akan mengusirnya."

Grace menutup teleponnya. Bahkan sekarang Grace memutuskan sesuatu tanpa diskusi denganku. Aku benar-benar dianggap boneka.

"Miya, aku tau kau marah. Sejak kejadian itu, aku selalu menyesal. Setiap malam aku tidak bisa tidur karena ingin meminta maaf padamu."

Tatapan Pak Bobby membuat Miya iba. "Sudahlah. Kalau Pak Bobby sudah menyesal, apa boleh buat. Aku juga tidak bisa marah terlalu lama."

Pak Bobby terlihat senang. "Benarkah? Miya mau memaafkan aku?"

Miya mengangguk. "Selama Pak Bobby berjanji itu tidak terjadi lagi, aku akan melupakannya."

Pak Bobby hendak memegang tangan Miya, tapi tidak sengaja menumpahkan segelas grenadine ke pakaian Miya. "Maaf Miya. Aku hanya ingin memegang tanganmu." Wajahnya terlihat terkejut.

"Tidak apa-apa, Pak Bobby. Kau kan tidak sengaja." Miya melihat dressnya. Dress putih itu jadi berwarna merah.

Pak Bobby menatapnya khawatir. "Mau aku bantu bersihkan?"

"Tidak. Akan kubersihkan sendiri. Tunggu sebentar ya Pak Bobby." Miya beranjak ke kamar mandi.

Miya membuka pakaiannya. Beberapa menit Miya berusaha membersihkannya. Tapi lengket sekali. Ini pasti tidak nyaman dipakai. Miya melihat jubah mandi yang disiapkan Grace. Mungkin Miya pakai ini saja sementara. Jubah mandi ini justru lebih nyaman karena lebih tertutup dari dressnya yang tadi.

Miya kembali ke meja makan. Melihat Miya memakai jubah mandi, Pak Bobby terlihat sangat menyesal. "Miya, aku sudah menyuruh orang untuk membersihkan lantai dan mengisi ulang gelasmu."

"Thanks, Pak Bobby. Makanlah. Makanannya jadi dingin."

Miya menatap spagetty yang sudah agak mengembang di hadapannya. Namun melihat Pak Bobby makan dengan lahap, Miya merasa harus makan juga. Tidak sopan jika Miya tidak makan. Granadinenya terasa sedikit aneh. Mungkin spagetty dan Granadine bukan paduan menu yang cocok.

Selesai makan, Miya merasa tubuhnya mulai berkeringat. Aneh sekali. Makanannya tidak pedas, ruangan ini juga dingin. Kenapa Miya berkeringat?

"Miya, apa kau kurang sehat?" Pak Bobby menatapnya khawatir.

"Tidak apa-apa Pak Bobby. Hanya sedikit gerah." Miya merasa jantungnya berdebar tidak seperti biasanya. Kenapa ini? Miya tidak punya riwayat sakit jantung.

Miya berjalan ke kasur. Ia harus merebahkan tubuhnya. Semakin Miya berusaha menghalaunya. Rasa aneh ini semakin mengganggunya. Seperti ada yang menggelitik di ujung payudaranya. Tanpa sadar, Miya membuka jubah mandinya. Perasaan ini sangat tidak nyaman.

"Miya wajahmu menggairahkan sekali." Pak Bobby menghampiri dan menatapnya nanar.

"Jangan dekati aku dulu, Pak Bobby. Rasanya tubuhku tidak nyaman. Sepertinya aku sakit."

Miya ingin menelpon Grace, tapi handphonenya ada di atas meja makan. Rasanya Miya sudah tidak mampu berjalan lagi.

"Tidak apa-apa, Miya. Ini reaksi alami. Kau sedang terangsang. Lihat wajahmu. Menggemaskan sekali." Pak Bobby mengamatinya.

Miya tidak bisa berpikir jernih. Apa yang Pak Bobby maksud. V-nya berdenyut-denyut. "Pak Bobby, tolong panggil Grace."

Air liur menetes dari bibir Pak Bobby. "Tidak apa-apa Miya, tidak apa-apa."

Miya menahan diri untuk melawan perasaan aneh dari dirinya. Tapi tubuhnya tidak mau menurut. Tangan Miya memengang V-nya. Berharap denyutan itu mau berhenti. Tapi aliran darah seperti mengalir deras ke sana. Seperti kesemutan, sangat mengganggu.

Miya memegangnya lagi, benar-benar berharap apapun itu berhenti bermain di vaginanya. Payudara Miya mengeras. Ini sangat tidak nyaman. Miya mencengkram payudaranya. Aku mohon berhentilah.

Pak Bobby yang sejak tadi hanya memandangnya, mulai naik ke kasur. Miya tidak tau apa yang ada di pikirannya. Miya memeluk Pak Bobby dengan erat.

"Miya kenapa kau seksi sekali." Napas Pak bobby memburu. Napas Miya juga tidak stabil. Kepala Miya pusing.

"Pak Bobby, tolong..." Miya merintih.

Pak Bobby mengigit bibir Miya. "Tenang saja sayang, aku akan menolongmu." Pak Bobby mengulum bibirnya. Lidahnya bermain di dalam mulut Miya. Bau spagetty.

Miya berusaha memegang V-nya, tapi Pak Bobby menahan tangannya. Miya lemas sekali. Tapi rasa menggelitik di V-nya sangat mengganggu. Miya harus memegang V-nya.

Pak Bobby duduk di atas tubuhnya. Menahan kaki Miya dengan kakinya agar terus terbuka dan menahan tangan Miya. Miya tidak kuat. Miya mendesah dengan kuat.

Pak Bobby mulai menggigiti putingnya. Miya tidak bisa menahan hasrat dalam dirinya. Miya mendorong Pak Bobby, membuka celana Pak Bobby dan memasukkan itu ke dalam V-nya. Sangat nyaman. Miya bergoyang dan merasakan benda itu menjelajahi dinding-dinding di dalamnya.

Pak Bobby meremas-remas payudara Miya dengan kuat. Dan pinggul Pak Bobby mendorong dari bawah dengan irama yang cepat.

Miya merasakan cairannya tumpah. Tapi Pak Bobby belum berhenti. Miya pusing , pengelihatannya memudar. Miya terjatuh di dada Pak Bobby.

Beberapa saat hanya gelap, miya merasakan tubuhnya bergoyang. Miya membuka matanya. Pak bobby berada di atasnya. P itu maju mundur di dalamnya. Miya lemas sekali, tubuhnya tidak bereaksi. Membuka mata saja Miya kesulitan.

Miya merasakan tubuhnya berguling dan diseret. Miya membuka matanya lagi. Pak Bobby menarik kakinya. Kakinya kini menyentuh lantai, dan badan Miya telungkup di kasur. Dari Belakang, Pak Bobby memasukkan P-nya lagi. Miya merintih. Miya mau menyuruh Pak Bobby untuk berhenti, tapi Miya lemas sekali.

Miya membuka mata untuk kesekian kalinya. Grace sedang menggoyang bahunya. "Miya , jangan di lantai ayo pindah ke kasur. Aku tidak kuat mengangkatmu."

Miya menutup matanya lagi.

______________________________
Follow aku. Berikan vote jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi di kolom komentar agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang