(S2) 1. Alex

2.8K 137 2
                                    

Alex menatap tugas-tugas yang menumpuk di hadapannya. Ada beberapa proyek yang harus ditinjau ulang. Ini semua kesalahan Alex yang kurang tegas dan terlalu lepas tangan. Selama ini Alex berpikir, jika Alex memberi kebebasan penuh pada karyawannya maka akan timbul ide-ide baru yang kreatif dan modern. Tapi ternyata kebebasan itu justu menghilangankan detail-detail dasar yang penting. Sekarang yang bisa Alex lakukan hanya menggunakan metode ayahnya yang kolot agar stabilitas perusahaan kembali seperti semula. Setelah itu Alex akan kembali menggunakan metode modern setelah merevisi beberapa bagian dan  berencana mensosialisasikan metodenya dengan seksama dan perlahan.

Alex merosot dari kursinya dan menghela napas. Tapi keadaan ini tidak boleh terlalu lama, pikir Alex. Alex tidak akan sanggup jika diceramahi ayahnya selama satu jam penuh seperti kemarin. Alex segera memperbaiki posisi duduk saat mendengar suara ketukan pintu ruangannya.

"Masuk." , Alex mempersilahkan.

Seorang wanita dari bagian advertising memasuki ruangannya. Di tangannya terdapat sepiring kue. "Permisi, Pak Alex. Saya membawakan cake untuk bapak. Boleh saya letakkan di meja?"

"Ya, Silvi. Taruh saja di situ. Kue dari mana?"

Silvi meletakkan sepiring kue itu di atas meja dengan hati-hati sambil menjawab, "Ada salah satu staff yang ulang tahun, Pak. Kami baru saja merayakannya. Saya inisiatif membawakan sepotong untuk bapak."

Alex mengerutkan keningnya. Merayakan ulang tahun? Aku sedang pusing memikirkan masa depan perusahaan dan staffku malah bersenang-senang di jam kerja. Alex ingin menggerutu tapi menahan diri. "Terima kasih kuenya. Sampaikan pada semuanya agar segera bekerja lagi."

Kali ini giliran Silvi yang bingung. "Maaf, pak. Apa kami harus lembur?"

Alex mengambil pena dan mulai fokus lagi, "Tidak harus lembur, cukup manfaatkan jam kerja kalian dengan baik."

Silvi tersenyum kecil. "Bell pulang kerja sudah berbunyi setengah jam yang lalu pak. Kami tidak akan merayakannya di jam kerja."

Alex menatap Silvi bingung, "Benarkah?"

Silvi tertawa kecil. "Iya, Pak. Bapak terlalu fokus kerja rupanya."

Alex bersandar di kursinya. "Baiklah kalau begitu. Pantas saja saya lelah sekali."

"Mau saya buatkan teh pak?"

"Tidak. Tidak. Ini bukan jam kerja kamu. Kembalilah."

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Silvi melangkah ke pintu dan terhenti karena mengingat sesuatu. "Oh iya pak. Kami berencana pergi karaoke setelah ini. Bapak mau bergabung?"

"Tidak. Saya tidak mau mengganggu acara kalian. Bersenang-senanglah. Tapi jangan terlalu larut pulangnya, besok kerja harus fresh."

Silvi tertawa sambil menjawab, "Pak, besok weekend. Saya permisi." Silvi menutup pintu dengan hati-hati. Alex masih bisa mendengar tawa Silvi di luar ruangan.

Alex meletakkan dahinya di meja. Memalukan, pikir Alex. Berniat jadi atasan yang baik, sekarang semua staffnya pasti berpikir Alex gila kerja.

Alex mengangkat kepalanya dan menatap sepotong kue di hadapannya. Lagi-lagi Alex teringat Miya. Sudah dua tahun Alex masih saja tidak bisa melepaskan ingatannya tentang Miya. Alex menahan diri mengunjungi rumahnya. Miya mengganti nomor telponnya agar tidak diganggu Vino dan mantan suaminya juga dirinya mungkin. Dulu Alex pernah tidak tahan hingga mencari tahu nomor baru Miya namun Alex tetap tidak bisa mengirim pesan apapun walau ia berulang kali mengetik dan menghapusnya kembali. Alex tidak ingin mengganggu Miya yang sedang berjuang, entah bagaimana pun Miya sekarang Alex hanya bisa berdoa semoga Miya baik-baik saja.

Kadang jika sedang bersama teman-temannya yang nakal, Alex berusaha mencari Informasi kalau-kalau Miya kembali lagi ke lubang hitam itu. Jika itu terjadi Alex akan menemuinya dan memarahinya. Walau hanya rumor sekalipun Alex akan tetap memastikan kebenarannya. Dalam hati Alex tau, Ia hanya mencari-cari alasan untuk bertemu Miya. Alex sangat merindukan wanita itu.

Ini pertama kalinya Alex dibuat lemah oleh perempuan. Awalnya Alex mengira ia akan melupakan Miya setelah sebulan-dua bulan. Tapi sudah dua tahun Alex masih saja memikirkannya. Terlalu memikirkannya hingga wanita lain tidak ada yang bisa membahagiakannya. Alex pernah membayar wanita panggilan yang lebih terkenal dari Miya. Orang-orang mengatakan wanita ini sangat cantik dan sexi. Tidak ada yang bisa menandinginya dalam urusan ranjang. Tapi saat melihat wanita itu, Alex justru tidak bernafsu sama sekali. Alex lebih merindukan kepolosan Miya. Alex rindu memeluk tubuh rapuhnya.

Alex membuka galeri hpnya. Ia tidak punya satu pun foto Miya. Alex berjanji dalam hati, jika suatu saat bertemu lagi dengan Miya , hal pertama yang akan ia lakukan adalah meminta foto bersama.

Tidak adakah cara agar aku bisa bersamanya?

_____________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang