22. Kue Ulang Tahun

3.8K 134 2
                                    

Sudah 3 hari , Miya berada di apartemen Alex. Alex selalu bersikap baik dan Miya merasa nyaman di apartemen ini. Miya membeli beberapa baju dan pakaian dalam di toko pakaian yang ada di bawah. Miya juga sudah menyuruh tetangganya untuk menjaga Ibu Mertuanya untuk sementara.

Berada di apartemen ini, seperti liburan untuk Miya. Tidak ada tamu yang harus dilayani. Miya tidak diizinkan memegang sapu oleh Alex karena setiap hari, ada pekerja yang datang untuk membersihkan apartemen. Miya sudah menyuruh Alex untuk berbelanja bahan makanan. Jadi saat ini Miya hanya memasak untuk mengisi waktu.

"Mau masak nasi goreng?" Alex mengamati bahan yang tersusun di sekitar kompor.

"Iya. Nasi gorengnya mau kuberi potongan daging sapi." Miya mengambil mentega dari lemari.

Alex hanya mengangguk-angguk.

"Kau punya alergi makanan tertentu?" Miya tidak mau masakannya membawa bencana..

"Tidak. Tidak ada. Masaklah apapun yang kau mau. Selama ini masakanmu selalu enak, dan aku tidak bisa memasak. Aku cukup berterima kasih kau memasak makanan untukku, pasti merepotkan."

Miya baru mau menjawab saat dering ponselnya terdengar. Sempat khawatir, Miya menjadi lega melihat yang menelpon adalah Ibunya.

"Miya, kamu di mana, Nak? Mama mau ke rumahmu." Suara Ibunya membuat Miya rindu.

"Miya..." Miya berpikir cepat mencari alasan. "Sedang ada pekerjaan di luar kota, Ma."

"Yah..." Suara wanita yang paling dicintai Miya itu terdengar sedih. "Kenapa kau harus ke luar kota di hari seperti ini, sih?"

Miya berusaha berpikir, memang ini hari apa?

Miya menutup lubang microphone ponsel dengan telapak tangannya dan bertanya pada Alex, "Ini tanggal berapa?"

"17 Mei" Alex menjawab.

Ya ampun,

"Ya ampun, Miya lupa kalau ini hari ulang tahun Miya, Ma."

"Kamu tidak bisa pulang cepat?" Keluarga kecil Miya memang terbiasa merayakan ulang tahun setiap anggota keluarganya. Bagi keluarga Miya, hari kelahiran adalah hari yang harus dirayakan walau sekedar makan bersama. Pasti orangtuanya sedih saat ini.

"Maaf ya, Ma. Tapi pekerjaan ini penting dan tidak bisa ditinggal."

"Sudah Miya, tidak apa-apa." Suara papanya.

"Pa? Papa sehat?"

"Papa sehat, Nak. Sudah, kamu fokus pada pekerjaanmu. Jangan pikirkan kata-kata Ibumu. Dia memang suka berlebihan. Nanti, saat pulang beri kabar ya, kita rayakan bersama." Miya juga rindu Ayahnya. Ayah Miya yang bijaksana selalu bisa membuat Miya tenang.

Miya tidak sadar air matanya menetes. Miya harus segera keluar dari masalah ini dan membangun hidup yang baru. "Iya, Pa."

"Kamu ada masalah, Nak?" Terdengar suara berisik Ibunya yang ingin bicara. Pasti orangtua Miya khawatir selama ini.

"Tidak, Pa. Miya baik-baik saja. Sampaikan pada Mama tidak perlu khawatirkan Miya."

"Ya sudah, maaf ya mengganggu waktu kerjamu. Selamat Ulang Tahun, Nak. Papa dan Mama di sini akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."

Air mata Miya menetes lagi. Miya menyadari Alex sedang memandangnya. Miya ingin menghapus air matanya tapi jemari Alex sampai lebih dulu ke pipinya. Miya merasa malu, betapa cengengnya ia.

"Iya, terima kasih, Pa. Papa dan Mama jaga kesehatan ya. Selesai pekerjaan ini Miya akan berkunjung ke sana." Dan mengabarkan perceraianku dengan Ryan, mungkin. Miya bergumam dalam hati. Kemungkinan itu terdengar memilukan.

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang