(S2) 5. Gairah Yang Tertahan

4.4K 141 9
                                    

Bibir itu terasa begitu manis. Alex menyadari keterkejutan Rara, namun Alex tidak menggubrisnya. Ia memainkan lidahnya , meraih setiap kehangatan di dalamnya. Alex ingin merasakan gairah yang sudah 2 tahun tak terlampiaskan.

"Mas." Saat Alex melepaskan ciumannya, Rara memanggilnya. Maka Alex menciumnya lebih lama.

Mobil ini terlalu sempit. Alex menarik tuas kursinya dengan keras. Rara menjerit terkejut saat tubuhnya jatuh telentang seiring dengan jatuhnya sandaran kursi yang didudukinya. Beberapa mobil melewati mereka dan Alex mengabaikannya.

"Jangan begini!" Rara terengah saat Alex mengecup lehernya.

"Mas Alex! Mas kenapa sih?" Rara mendorong Alex tapi Alex yang terbiasa mendominasi wanita tidak bisa dihentikan begitu saja.

Alex memeluk Rara dengan satu tangan dan dengan lihai tangan satunya membuka resleting gaun di punggung Rara. Dengan sekali tarik, kaitan bra berenda Rara juga dilepaskan. Wajah Alex mendekat untuk merasakan kelembutan gundukan di hadapannya.

"ALEX WIDIANTORO!" Rara berteriak memanggilnya.

Alex terpaku. Ia mendongak dan melihat Rara yang berlinang air mata. Pakaiannya sudah terbuka setengah. Ice cream yang mencair berceceran di mana-mana. Payudara Rara telanjang. Alex membuang muka saat menyadari penampilan Rara saat ini seperti orang yang habis diperkosa. Apa yang sudah ku lakukan?, Sesal Alex.

"Maaf, Ra.", Ujar Alex.

Alex mendengar suara seleting baju. Rara pasti sedang memperbaiki pakaiannya. Alex rasanya ingin memukul diri sendiri. Kenapa Ia bisa lepas kendali begitu. Seperti bukan Alex saja. Padahal hubungan Alex dan Rara sangat baik saat ini, dan Alex sudah merusaknya.

Rara memperbaiki kursinya. Alex melihat Rara sudah berpakaian dengan rapih. Dengan gemetar Rara meraih Tissue dan membersihkan wajahnya. Ia juga mengelap beberapa noda ice cream dari bajunya. Hanya ada keheningan di antara mereka dan suara tangis Rara yang terisak pelan.

"Ra, maaf. Aku tidak bisa mengendalikan diri."

"Aku mau pulang.", suara Rara terdengar sangat serak.

"Iya, aku panggilkan taksi. Tunggu di sini, ya." Alex keluar dari mobil dan memeriksa ponselnya. Tidak ada signal. Alex menunggu taksi lewat sambil beberapa kali mengecek Rara di dalam mobil.

Begitu taksi lewat, Alex segera memanggilnya. Rara masuk duluan dan setelah beberapa detik menimbang, Alex memutuskan untuk ikut mengantar Rara dan membiarkan mobilnya di jalanan. Alex bisa memanggil orang nanti. Sekarang Rara lebih penting.

Rara hanya terdiam sepanjang jalan dan supir taksi beberapa kali melirik curiga kepada Alex. Alex panik setengah mati, setelah ini pasti paman Adhinata akan marah besar. Rara langsung masuk ke rumah dan Alex tidak tau bagaimana menyusulnya. Alex akhirnya pulang ke rumahnya, dan bersiap akan omelan Ayahnya.

Namun esok harinya, tidak ada tanda-tanda kemarahan Ayahnya. Begitupun hari-hari berikutnya. Alex mengirim pesan untuk Rara. Namun Rara tidak membalasnya. Orang seperti Alex memang tidak pantas menjalani hubungan serius. Ia bahkan tidak bisa memperlakukan wanita dengan hormat.

Hari ke - 5 Alex menelpon Rara. Panggilan pertama tidak ada jawaban, Alex mencoba lagi. Terjawab.

"Ra." Tak ada suara jawaban di ujung telepon.

"Aku ingin meminta maaf dengan benar. Bisa kah kau beri aku kesempatan untuk itu?"

Hanya ada keheningan

"Ra,"

"Baiklah." Akhirnya Rara menjawab

Alex menghela napas lega. "Aku akan menjemputmu."

"Tidak perlu. Mari kita bertemu di Hazel's Resto."

"Baiklah kalau begitu."

Alex sebisa mungkin sampai lebih dulu di Hazel's Resto. Ia memesan 2 lemoned dan menunggu. Tak berselang lama, Rara sampai dan langsung duduk di hadapannya.

"Ra, aku minta maaf. Aku menyesal sudah bersikap tidak senonoh dan merendahkanmu. Kalau ada yang bisa kulakukan agar kau memaafkanku, aku akan lakukan. Tentu aku juga memaklumi jika kau memilih untuk menjauhiku." , ujar Alex bersungguh-sungguh.

"Mas Alex menyukaiku?" Pertanyaan Rara sangat tiba-tiba. Tapi sikapnya kemarin memang bisa menimbulkan salah paham.

Alex tidak mau berbohong, jadi Alex mengatakan yang sejujurnya. "Tidak. Jika yang kau maksud adalah rasa suka pada kekasih."

"Jadi yang terjadi kemarin itu maksudnya apa?"

Alex mengumpulkan keberanian dan membuang rasa malu untuk menjelaskan apa adanya. "Aku memang orang yang seperti ini, Ra. Kau mungkin mengenal Alex kecil, tapi tidak dengan Alex dewasa. Aku memiliki kebutuhan yang besar akan seks." Alex membaca ekspresi Rara dan melanjutkan. "Aku sering kali menggunakan wanita penghibur untuk meluapkan hasratku. Yang kemarin itu terjadi karena aku sudah sangat lama menahan diri dalam hal itu. Aku kehilangan kendali."

Rara menatapnya tidak percaya. Keheningan panjang terjadi di antara mereka dan Alex memberikan waktu bagi Rara menyerap informasi itu. Setelah lama menunggu akhirnya suara Rara terdengar lagi.

"Mas, Rara suka sama Mas Alex. Rara mencintai Mas Alex." Alex mendengar jelas penekanan saat Rara mengucap kata cinta. "Ini sisi Mas Alex yang Rara baru ketahui. Dan Rara pikir, Rara bisa terima itu. Rara memaafkan Mas alex."

Alex merasa sangat rendah. "Aku baru mengatakan aku tidak menyukaimu. Lalu kau menyatakan cinta juga memaafkanku. Aku jadi bingung harus bagaimana."

"Mas Alex benar-benar tidak menyukai Rara? Sama sekali?"

Dengan hati-hati dan berharap ketulusannya tersampaikan, Alex menggenggam tangan Rara yang sejak tadi terkepal di atas meja. "Aku bukannya tidak suka sama sekali. Aku hanya tidak ingin memberi harapan yang belum pasti. Apa kau tidak apa-apa jika aku perlahan belajar menyukaimu?"

Akhirnya Alex bisa melihat senyum Rara lagi. "Ya."

Seorang wanita berambut pendek mengantarkan lemonednya. Dan jantung Alex terasa seperti berhenti berdetak.

________________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang