17. Terkuak

4.8K 162 7
                                    

Ryan tidak mau pulang. Tapi Vino terus mendesaknya pulang.

"Sampai kapan aku harus begini, Vino. Sudah 3 tahun aku rela pisah rumah denganmu. Aku capek begini terus."

Vino membelai kepala Ryan dengan lembut. "Bersabarlah sebentar lagi. Saat Miya tidak diperlukan lagi, aku akan mengakhiri permainan ini."

Ryan lelah sekali. Tapi Ryan tidak tega banyak berkeluh kesah pada Vino.

"Baiklah..." Hanya itu yang bisa Ryan katakan.

Ryan mengecup bibir Vino, dan Vino menyambutnya dengan lembut. Ciuman itu makin kuat dan basah. Ryan membuka resleting celana Vino ingin membebaskan penis yang mulai sesak di dalamnya.

Terdengar suara dari luar.

"Siapa itu?!" Teriakan Vino mengagetkan Ryan. Vino menutup kembali resletingnya dan memeriksa jendela yang terbuka.

"Siapa, Vin?" Ryan mengancing bajunya

Vino menggeleng. "Entahlah. Pasti anak-anak kampung sebelah mengintip lagi." Vino memeluk Ryan, "Maaf ya, kau pasti kaget. Aku yang salah lupa menutup jendelanya."

Dibanding kaget, Ryan lebih kesal karena diinterupsi tadi. Ryan mengambil kunci motornya. "Aku pulang deh, pasti Miya menunggu."

Vino menaikkan sebelah alisnya, "Kau memainkan peranmu dengan sangat baik. Jangan sampai jatuh cinta padanya ya."

Ryan tertawa, "Mana mungkin. Kau tau aku hanya mencintaimu."

Sebenarnya Ryan juga menyayangi Miya. Seperti memiliki adik yang lucu. Selama ini Miya adalah perempuan yang baik. Seandainya saja pertemuan mereka tidak seperti ini, Miya pasti akan jadi teman yang baik. Pasti menyenangkan jika Ryan tidak harus pura-pura maskulin di depan Miya.

Ryan mengendarai motornya dengan cepat. Sambil memikirkan alasan jika Miya bertanya macam-macam.

******


Alex melihat motor menyalip mobilnya. Itu motor yang tadi terparkir di rumah muncikari itu. Tanpa banyak berpikir Alex mengikutinya. Ini kesempatan bagus untuk mencari tau lebih banyak.

Motor itu berhenti dan parkir di sebuah rumah. Alex berhenti tidak jauh, agar bisa mengamati dengan jelas. Alex mengenali mobil yang terparkir di depannya. Mobil Miya. Apa ini rumah Miya? Jangan-jangan banci itu akan menyakiti Miya. Alex turun dari mobil , Ia harus cepat jika terjadi sesuatu.

Saat banci itu membuka sepatunya, pintu rumah terbuka. Alex melihat Miya terlihat senang. Miya mencium tangan banci itu, membereskan sepatu, dan menertawakan sesuatu yang diucapkan orang itu.

Alex tidak mengerti. Tidak. Sebenernya semuanya sangat jelas. Tapi Alex seperti tidak mau percaya hubungannya serumit ini. Miya menikah dengan kekasihnya Muncikari itu yang sudah menikah dengan Grace.

Sekarang, bagaimana Alex memberitahu ini? Waktu Alex memberitahu soal kecurigaannya pada Grace saja Miya tidak mau percaya. Astaga ini rumit sekali. Alex menunggu beberapa menit untuk memastikan Miya aman. Lalu pulang.

Di rumah, Alex memikirkan banyak hal. Selama ini Miya menjaga rahasia dari suaminya, padahal yang Miya jaga justru komplotannya muncikari itu. Bahkan kekasihnya. Kalau Miya tau, berarti masalahnya jadi selesai. Masalah video disebar itu bisa Alex atur. Miya tidak perlu takut suaminya tau. Miya bisa melepaskan diri dari mereka.

Tapi bagaimana cara memberitahu Miya agar Miya percaya? Alex butuh bukti.

******

Sudah beberapa hari Alex tidak memberi kabar. Saat Miya menelpon, Alex menjawab sedang sibuk. Pasti masalah Miya sudah membuatnya repot.

Lama tidak bertemu Alex, membuat Miya merindukannya. Miya tau ini salah. Siapa dia berani-beraninya merindukan Alex. Miya merasa bersalah pada Mas Ryan. Kenapa Miya tidak bisa menjadi istri yang baik sedikit saja?

Miya duduk di sofa. Meluruskan kakinya dan memejamkan mata. Lelah sekali. Miya sudah mencuci piring, mencuci pakaian, mengurus Ibu, bersih-bersih, menyiram tanaman, masakan untuk mas ryan juga sudah rapih di meja makan. Tadi siang juga Miya melayani satu tamu. Untung saja akhir-akhir ini hanya satu tamu sehari.

"Miya," Suara Mas Ryan. Miya membuka mata.

"Mas sudah pulang?"

Mas Ryan duduk disampingnya. Mengelus kepalanya. Rasanya menyenangkan sekali. "Kau pasti kelelahan."

"Tidak juga kok, Mas."

Miya mencium pipi suaminya. "Mas akhir-akhir ini tambah tampan."

Mas Ryan terlihat terkejut. "Benarkah?"

"Ya. Kalau Mas Ryan perempuan juga pasti cantik sekali."

Mas Ryan menghela napas lega. Miya tertawa dibuatnya. "Mas ini kok seperti senang sekali dibilang cantik."

"Miya juga cantik."

Miya menutup wajahnya karena malu. "Mas jarang memuji Miya seperti itu."

Mas Ryan tertawa. "Itu karena kamu terlalu cantik. Mas selalu memujimu dalam hati. Malah sering iri sekali."

Miya memukul suaminya manja. "Mas mau dibuat cantik?"

Mas Ryan pura-pura menjadi banci. "Oh, aku kan sudah cantik."

Miya tertawa keras sekali. Ya ampun, Mas Ryan lucu sekali.

"Sudah sudah. Makan yuk. Miya sudah buatkan udang saus tiram kesukaan mas."

******

Grace menatap Vino yang makan dengan lahap.

"Vino, bisakah kau mencintaiku sedikit saja?"

Vino meletakkan sendoknya. "Kau harus membahas ini saat makan?"

Grace hanya bisa diam.

"Aku tidak mengharuskanmu tinggal, Grace. Dari dulu aku sudah bilang, kau bisa pergi kapanpun kau mau."

"Aku mencintaimu, Vino." Grace berkata lirih

Vino menatapnya kesal. "Aku tidak. Aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu. Uang. Rumah. Baju. Perhiasan. Jangan meminta lebih."

"Aku tidak masalah tidak punya semua itu, vin. Asal aku memilikimu."

Vino tertawa. "Grace, aku mengenalmu dengan baik. Mana bisa orang sepertimu hidup susah. Bersyukurlah aku masih menganggapmu ada di rumah ini. Dan jelas-jelas kau tau aku menyukai orang lain."

"Tapi Ryan bukan perempuan , Vin." Tanpa sadar kata-kata itu meluncur begitu saja.

Vino memukul meja makan dengan keras. Piring Vino terangkat dan pecah di lantai. Grace langsung menyesali ucapannya.

"Aku sudah selesai makan. Kau bereskan ini semua" Vino pergi begitu saja ke ruang kerjanya.

******

"Alex mau melakukan itu, Om."

"Om masih tidak yakin, itu tindak kriminal."

Alex menatap omnya. "Kalau om punya saran lain agar masalah ini cepat selesai, om bisa kasih tau Alex."

Kerutan muncul di antara alis Om Dani. "Bagaimana kalau cara ini tidak berhasil?"

"Alex yakin berhasil. Beberapa hari ini, Alex sudah mengintai mereka."

"Baiklah. Om akan membantu. Sekarang dengarkan om. Kalau tindakan ini salah langkah, ini bisa memperburuk keadaan. Dan masa depan perusahaan kita akan jadi pertanyaan."

Alex mendengarkan

"Kau tidak boleh turun tangan sendiri. Suruh orang profesional untuk melakukannya dan jangan sampai ada yang tau kau yang memberi perintah. Jadi, kalau terjadi sesuatu, kita masih bisa mencari kambing hitam. Lalu sebisa mungkin, jangan ada yang terluka."

Alex mengangguk. "Tidak ada yang akan terluka om. Alex janji. Ini hanya umpan agar Video itu bisa ditangan kita."

______________________________
Jangan lupa masukkan ke koleksi agar kalian dapat notifikasi saat ada bab baru. Berikan vote jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi di kolom komentar agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang