(S2) 4. Makan Malam

2.3K 116 3
                                    

Pertemuan pertama antara Alex dan Rara berjalan lancar. Sesekali Alex dan Rara saling berkirim pesan. Pertemuan-pertemuan berikutnya juga berjalan tanpa kendala. Alex cukup merasa nyaman dengan Rara.

"Mau menjalin hubungan serius dengan Rara?" , tanya Ayahnya

"Jangan buru-buru, Yah."

"Kau yang jangan lama-lama." Gerutu Ayahnya. "Memangnya kau belum menemukan kecocokan dengannya?"

"Entahlah.", jawab Alex sekenanya.

Sebenarnya Alex merasa cukup cocok dengan Rara. Tapi untuk berlanjut ke hubungan yang lebih serius, Alex belum yakin. Alex juga tidak mengerti apa yang Ia tunggu. Mungkin karena Alex belum mencintai Rara, saat ini yang Ia rasakan hanya perasaan sayang kepada adik. Tapi sepertinya membangun hubungan dengan Rara tidak ada salahnya. Rara baik, cantik, dan tidak membosankan. Jika mereka bersama, hubungan pertemanan Ayahnya maupun hubungan antar perusahaan akan semakin erat.

Orang yang dipikirkan menelpon.

"Mas, temenin makan, Yuk." , ajak Rara.

Malam ini Alex sedang kosong. "Oke. Mau makan di mana?"

"Hehe. Rara belum tau. Ada rekomendasi?"

Alex berpikir sebentar. "Hm, Aku kurang tau rasanya enak atau tidak, cuma ada restoran baru yang sudah lama ingin kucoba."

"Ya sudah, kita coba bersama ya?"

"Oke. Aku jemput di rumahmu, ya."

Alex bersiap dan menjemput Rara. Malam ini Rara menggunakan gaun warna salem. Sudah beberapa kali bertemu Rara, Rara selalu menggunakan gaun kasual yang modis. Rara sangat feminim dan gaun-gaun yang Ia kenakan membuatnya semakin cantik. Alex kembali mengingat Miya dengan balutan jeans dan kemeja juga cantik. Terbayang jelas hal yang mereka lakukan saat itu. Alex segera mengusir imajinasinya. Rendah sekali. Kenapa aku membandingkan mereka berdua? , pikir Alex menyesal.

Alex mengunjungi lagi restoran yang waktu itu Ia datangi. Alex membaca papan nama yang tidak ia perhatikan sebelumnya. Hazel's Resto.

"Restorannya cukup bagus untuk ukuran pemula.", puji Rara. Alex mengingat keluarga Rara juga mengelola bisnis kuliner.

"Ku rasa juga begitu." Alex mengangguk-angguk menyetujui.

"Mari kita coba hidangan utamanya." Rara mulai bersemangat. Alex tersenyum melihat antusiasme Rara yang seperti anak kecil.

Rara mencari tempat duduk yang nyaman dan mulai memilih menu. "Konsep menunya tradisional. Seperti warung makan biasa dengan kemasan modern. Tapi menunya sedikit sekali dan terlalu sederhana untuk disebut restoran. Harus ada tambahan dan perbaikan konsep untuk membuat restoran ini diminati calon pembeli."

Alex mengangguk-angguk lagi. "Menurutku juga begitu. Tapi, Ra," Alex mengamati Rara "Kau semangat sekali ya saat bicara tentang bisnis."

Rara tersipu malu. "Aku hanya mengatakan pendapatku."

Alex tertawa. "Tidak apa-apa. Itu hal yang positif, kok."

Alex dan Rara memesan hidangan utama dan menikmati rasanya. Berbeda dengan kopi dan dessert yang dirasa kurang. Hidangan utamanya enak sekali.

"Restoran ini masih bisa berkembang." Ujar Rara sambil memakan ikan di hadapannya dengan tangan.

Semakin lama Alex mengenal Rara selalu ada hal yang membuat Alex takjub. Alex pikir Rara adalah anak orang kaya yang elegan, tapi rupanya Rara bisa bersikap seperti ini juga.

Merasa diamati, Rara terdiam sejenak dan berkata, "Maaf, cara makanku urakan sekali. Aku biasanya tidak akan begini di depan Ayah dan Ibu."

Alex mengambil tisu dan mengelap punggung tangan Rara yang terkena bumbu. "Tidak apa-apa Ra. Aku suka kau bersikap apa adanya di depanku. Tapi jangan sampai bajumu kotor."

Rara tersenyum lebar. "Siap, Bos."

Alex dan Rara tidak berlama-lama di Hazel's Resto. Di parkiran, Alex baru menyadari kunci mobilnya tertinggal di meja makan. Jadi Ia segera berbalik mengambilnya. Saat meninggalkan resto, entah mengapa lagi-lagi Alex merasakan hal yang sama. Alex tidak mau meninggalkan tempat ini.

"Mas." Suara Rara membuatnya kembali fokus. "Kenapa bengong?"

"Tidak apa-apa. Kamu mau kemana lagi setelah ini?"

"Rara mau beli cemilan untuk di dumah. Kita mampir ke minimarket, yuk?"

Alex membungkukkan badannya, "Sesuai permintaanmu, Putri."

Rara tertawa geli. "Ih apa sih, Mas."

Alex menemani Rara membeli beberapa makanan ringan. Mereka juga membeli ice cream untuk dimakan nanti. Baru beberapa menit berjalan, ban mobil Alex pecah. Dengan sigap Alex menguasai mobilnya dan bertepi.

"Kau tidak apa-apa?" Alex menatap Rara khawatir.

Rara yang masih memegang sabuk pengamannya dengan erat mengangguk. "Iya, Mas. Duh, kaget. Mobilnya kenapa?"

"Sepertinya pecah ban." Alex keluar dari mobil dan mengamati bannya yang pecah. Alex kemudian mengamati sekitar. Ini sudah hampir larut malam dan tidak ada bengkel 24 jam di sekitar sini. Sepertinya mereka harus pulang naik taksi.

Alex masuk lagi dan menjelaskan situasinya pada Rara. Rara hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Oh iya, ice creamnya!" Rara mengambil Ice cream yang mereka beli tadi dari kantong belanja. "Mas, makan dulu Ice Creamnya. Nanti mencair."

Alex mengambil Ice Cream miliknya. "Oke. Mau makan di luar?"

Rara melihat-lihat keluar dan menggeleng. "Takut. Sepi sekali jalanannya. Lebih aman di dalam mobil." Rara membuka ice creamnya dan memakan dengan lahap.

Alex melihat noda ice cream di sudut bibir Rara. Alex menghapus noda itu dengan jarinya. Alex teringat ia pernah melakukan ini pada Miya. Saat itu Miya tanpa sadar malah menjilat jarinya. Alex merasakan hasrat dalam dirinya bangkit. Alex merengkuh wanita di hadapannya dan mencium bibirnya.

______________________________

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang