24. Rencana

3.2K 156 6
                                    

Grace tidak mengerti bagaimana keberadaan video-video itu bisa bocor. Hanya ada empat orang yang tau vino menyimpan video-video itu. Vino, Ryan, dirinya sendiri, dan Miya. Ryan adalah orang yang paling tidak mungkin membocorkannya. Vino sendiri selalu berhati-hati, Vino bahkan memasang sendiri kameranya dan tidak pernah memakai jasa orang lain dalam hal itu.

"Kau yakin tidak pernah membocorkan hal tentang video-video itu pada siapapun?", Grace mendengar nada putus asa dalam suara Vino.

Grace mengangguk.

"Coba kau pikirkan lagi, mungkin kau pernah tidak sengaja mengucap sesuatu pada seseorang.", Vino bertanya lagi.

Grace mengangguk lagi. "Aku yakin. Aku tidak pernah melakukan kesalahan."

Suara gelas pecah tidak lagi mengagetkan Grace. Entah ini barang keberapa yang dihancurkan Vino. Di depannya, Vino mondar mandir frustasi. Setelah sekian beberapa saat, Vino terduduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Grace tidak pernah melihat Vino seperti ini sebelumnya. Jujur saja, sebenarnya ada bagian dalam diri Grace yang merasa senang akan situasi ini. Vino berada di dekatnya selama berhari-hari. Grace berharap Ryan menghilang selamanya. Grace hampir-hampir berdoa semoga penculik itu membunuh Ryan. Selama ini Ryan selalu menjadi penghalang dalam hubungan Grace, Ryan selalu memonopoli Vino. Kalau Ryan lenyap, Grace yakin Vino akan mencintainya.

Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semua ini terjadi tepat setelah Miya mengetahui tentang video-video itu.

"Mungkin Miya membocorkannya?", Grace mengutarakan pikirannya.

"Tidak mungkin. Dia tidak akan membicarakan aibnya sendiri." Vino menjawab setengah hati.

"Bisa saja dia frustasi dan menceritakannya pada seseorang."

Vino terlihat berpikir sejenak, "Entahlah. Ku pikir hanya kau orang yang dekat dengannya. Kau tau dia dekat dengan orang lain?"

Grace menghela napasnya, "Benar juga. Aku selama ini berusaha agar dia hanya dekat denganku dan hanya mempercayaiku sepenuhnya. Tidak ada orang lain." Grace mengabaikan perih saat kata-kata itu keluar dari mulutnya. Miya yang malang, pikirnya

"Lagipula, sebenarnya bagaimana bisa Ryan ikut terseret?", suara Vino bergetar. Grace menyadari tangan Vino sudah mengepal dari tadi.

Grace duduk di sebelah Vino dan mengusap tangan Vino. Menenangkannya hingga kepalan itu terbuka. Perlahan dan hati-hati Grace memeluk Vino dan Grace tidak merasakan perlawanan. Grace menyukai keintiman ini, seperti Vino menjadi miliknya seorang. Tangan Grace menyusuri dada Vino, turun ke bawah dan berniat membuka kausnya. Sedetik kemudian Grace menyesali tindakannya.

******

Vino mencengkram tangan Grace dan ingin mematahkan pergelangannya.

"Bisakah kau sembunyikan dengan baik rasa senangmu itu?", Vino geram sekali sampai kata-kata itu terdengar tidak jelas dari sela giginya yang rapat.

"Kau mungkin merasa ini kesempatan baikmu. Tapi biar kuperjelas agar khayalanmu tidak terlalu melambung tinggi. Jika Ryan tidak selamat, aku akan mencampakkanmu. Akan kubuang kau di jalanan dan aku akan pergi sendiri meninggalkan negara ini." Vino merasakan tangan dalam cengkeramannya bergetar. Mata wanita di hadapannya menatap terkejut dan tidak percaya.

Wanita ini memang selalu membuatnya kesal. Selain ketelatenannya dalam bekerja, tidak ada satu pun yang Vino sukai darinya. Vino menjaganya selama ini , hanya karena menghargai perasaannya yang tulus. Dan karena Vino tau ia bisa memanfaatkan hal itu. Tapi semakin lama Grace semakin mengganggunya padahal Vino sudah memberitahu batas-batasnya dengan jelas. Benar-benar memuakkan.

Vino melepaskan tangan Grace dengan kasar dan beranjak ke kamarnya. Vino memikirkan jalan terbaik untuk masa depannya dengan Ryan. Juga satu orang lagi yang sangat Ia sayangi. Setelah menyerahkan video-video itu dan membebaskan Ryan, ide yang tadi Ia ucapkan pada Grace juga terdengar bagus.

Ia akan mencampakkan Grace, menjual semua asetnya, dan membawa pergi kedua orang itu keluar negeri bersamanya. Kekayaannya sudah cukup untuk memulai hidup baru. Alex akan memberikan kebebasan pada Miya. Ia akan memberitahu semua kebenarannya pada Miya di detik-detik terakhir sebelum pergi. Jadi Ia tidak akan sempat melihat reaksi Miya. Ia tidak perlu merasa menyesal sudah membuat seseorang sebaik Miya menderita seperti itu.

Jika Vino percaya adanya Tuhan, Vino tau Ia akan berdoa untuk kebahagiaan Miya. Tapi Vino tidak akan sanggup meminta maaf padanya. Ia juga tidak pantas untuk meminta dan menerima maaf. Vino tau itu. Biarlah Ia akan menanggung semua ini di neraka. Lagipula Vino tidak percaya adanya neraka.

Vino menyiapkan semua keperluannya. Mengunci pintu kamar, meminum obat tidur dan merebahkan tubuhnya. Fisiknya harus dalam kondisi baik. Besok adalah hari penentuan. Jika ia menemukan Ryan tidak dalam kondisi baik, Vino akan menghancurkan semuanya.

******

Ryan tidak tau lagi ini pagi, siang, atau malam. Atau sudah berapa hari ia terkurung di sini. Ryan memahami sebagian besar situasi yang terjadi. Ia adalah tawanan untuk video-video yang ada pada Vino. Vino sudah mengusik seseorang yang berpengaruh. Mungkin salah satu orang dalam video itu.

Ryan tidak mengerti mengapa situasi seburuk ini bisa terjadi. Tapi yang Ia rasakan saat ini hanya rasa takut. Ia takut pada kemungkinan yang akan menimpanya. Bagaimana jika Vino melakukan kesalahan saat barter dan nyawanya terancam. Ia memang tidak terluka saat ini, tapi jelas sekali ini hanya sementara. Orang-orang di luar sana terlihat sudah terbiasa membunuh.

Jika Ia mati, bagaimana dengan Vino dan Ibu? Mereka akan menderita. Ryan juga menyadari Ia tidak akan sempat meminta maaf dari Miya. Ryan sudah pernah membayangkan ribuan situasi dimana rahasia ini terbongkar dan Ia meminta maaf pada Miya. Semuanya terasa buruk. Tapi tidak seburuk ini. Mati sebelum meminta maaf terasa lebih buruk dari apapun.

Ryan memutuskan dalam hati. Jika besok ia keluar dengan selamat, Ia akan memohon pada Vino untuk menghentikan semua ini. Sudah waktunya Miya dibebaskan. Mereka bisa mencari pelacur baru. Dengan lebih transparan. Tidak perlu lagi pernikahan palsu dan kebohongan. Vino dan Grace akan menjalankan bisnis, dan Ryan akan menjaga Ibu sendiri.

Dan walau tidak tahu diri, Ryan akan berusaha mengambil hati Miya. Ryan tidak mau kehilangan Miya. Bagi Ryan, Miya sudah seperti adiknya sendiri. Ryan tau walau butuh waktu Miya akan memaafkannya juga. Miya adalah orang yang seperti itu. Mereka semua akan mendapat akhir yang bahagia.

_____________________________

Jangan lupa masukkan ke koleksi agar kalian dapat notifikasi saat ada bab baru. Berikan vote jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi di kolom komentar agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang