9. Seperti Mimpi Buruk

7.5K 190 2
                                    

PERHATIAN

Cerita ini berisi adegan dewasa
Mohon bijaksana dalam membaca

_______________________________________

Miya memasuki ruangan yang ditunjukkan pria itu. Saat Miya membuka pintu, terlihat beberapa pria berpasangan di dalam ruangan itu. Miya menghitung. Ada 6 pria asing, dengan 6 pelacur sepertinya. Dan Pak Rudi yang duduk sendirian.

"Kemari, Miya sayang." Pak Rudi menepuk tempat kosong di sampingnya. Bau alkohol menyeruak. Sedikit gemetar, Miya berusaha percaya diri dan duduk di samping Pak Rudi.

Meja panjang berukuran sedang berada di tengah. Dan sofa mengelilingi meja itu. 3 pasangan di kanan. 3 pasangan di kiri. Miya dan Pak Rudi di ujungnya.

Pak Rudi tertawa-tawa dan menciumi Miya.
"Ini wanita yang pernah kuceritakan pada kalian." Nada suaranya bangga.

Teman-teman Pak Rudi tertawa. Mereka semua mabuk.

"Seperti yang diceritakan. Sangat cantik dan seksi." Ujar salah satu pria di sebelah kanan. Mereka tertawa lagi. Miya merasa 6 wanita di ruangan itu menatap iri.

Mereka berbincang ringan, tentang pekerjaan. Pak Rudi menawarkan minum. Miya tidak bisa menolak, Ia sudah dibayar. 1 gelas. 2 gelas. 5 gelas sudah minuman menyengat itu diteguk Miya. Padahal biasanya Miya sebisa mungkin hanya minum 2 gelas.

Mereka sekarang bergosip, membicarakan seseorang. Dan mengolok-olok kejelekannya. Seperti obrolan perempuan. 6 gelas. 7 gelas. Pak Rudi sendiri terlihat sudah sangat mabuk.

Miya berusaha tetap sadar sambil menimpali obrolan saat diperlukan. Pak Rudi terus menciumi dan merabanya. Di depan teman-temannya, Pak Rudi menarik tali gaun Miya yang sebelah kanan dan memainkan putingnya. Sangat tidak nyaman. Apa hal ini diperbolehkan? Sepertinya tidak ada dalam aturan yang Miya tulis. Miya berusaha menjaga ekspresi.

Laki-laki dalam ruangan ini bersemangat tiap kali Pak Rudi menciumi Miya. Miya seperti hidangan utama, dan wanita-wanita itu hanya cemilannya. Beberapa gelas lagi diteguk Miya.

Miya pura-pura tertawa saat ia diangkat dan didudukkan dipangkuan Pak Rudi. Gaunnya disingkap dan Pak Rudi memainkan klitorisnya. Miya tidak bisa menahan desahannya.

"Kau dengar itu?" ujar salah satu teman Pak Rudi. "Dia mendesah. Ohh, gemasnya." Yang lain tertawa.

Mendengar itu Pak Rudi semakin bersemangat. Ia membuat Miya berdiri dan membungkuk. Menyingkap gaun bagian belakang. Bokong Miya berada tepat di depan wajah Pak Rudi. Pak Rudi menjilati Vnya. Miya mendesah lagi, Miya benar-benar tidak bisa bisa menahan suaranya.

Laki-laki dalam ruangan itu bersorak gembira. Mereka pun mulai mencumbu pasangannya. Dan melakukan pesta seks di ruangan ini. Miya memekik waktu Pak Rudi melakukan dorongannya.

"Wanita ini sangat menggairahkan, Rud." seseorang berucap. Miya tidak bisa melihat siapa yang berbicara. Kepalanya pusing.

"Tentu saja. Ini wanita kesayanganku." Pak Rudi menyingkirkan gelas dan botol-botol di hadapannya. Membiarkan benda-benda berjatuhan di karpet. Pak Rudi menidurkan Miya di meja. Miya berusaha bangun tapi badannya lemas sekali. Apa yang dilakukan wanita-wanita yang lain? Miya tidak tau.

Pak Rudi menyobek gaunnya. Sekarang tubuhnya pasti terlihat jelas. Ruangan ini seperti berputar. Miya pusing sekali.

"Liat payudaranya. Kalian akan kaget jika menyentuhnya."

"Apa aku boleh menyentuhnya?"

"Tentu saja." Apa? Bagaimana Pak Rudi bisa bilang begitu? Ia tidak dibayar untuk disentuh sembarang orang. Miya berusaha bangun tapi orang-orang itu mulai menggerayangi Miya. Miya berontak dan mereka malah makin bersemangat.

Miya menangis saat dorongan Pak Rudi menghujaninya. Sementara yang lain menggerayangi tubuhnya, memainkan dan menjilati payudaranya. Untungnya tidak ada satu pun yang mengacungkan penisnya ke Miya. Hanya Pak Rudi.

Sesekali Miya dibangunkan dan seseorang menegukkan minuman ke mulut Miya. Miya sudah tidak mampu menelan. Cairan itu justru membasahi tubuh Miya. Anehnya mereka semakin bersemangat. Mereka mulai membanjiri tubuh Miya dengan minuman. Sengaja mengguyurnya dengan berbotol-botol minuman.

Miya sudah tidak merasakan apa-apa lagi walau Pak Rudi terus menghujamnya. Miya merasakan kesadarannya menghilang, suara-suara tawa itu memudar.

******

Pesta sudah berakhir. Pak Rudi benar-benar tau caranya berpesta. Alex mungkin akan mengadakan pesta seperti ini lain kali.

Alex mencari Pak Rudi karena Alex belum sempat mengucap selamat ulang tahun tadi, namun tidak menemukannya. Salah satu asistennya mengatakan Pak Rudi ada dalam suatu ruangan, tapi tidak tau masih di sana atau tidak.

Alex menuju ruangan yang dimaksud. Pintunya terlihat terbuka, belum masuk saja bau alkohol sudah sangat menyengat. Seseorang pasti mandi dengan alkohol, Alex bercanda dalam hati.

Betapa terkejutnya Alex saat Ia memasuki ruangan itu. Miya sendirian. Telanjang, pingsan di atas meja. Gelas dan botol-botol berserakan di karpet. Alex melepas Jasnya. Berusaha menutupi badan Miya. Tapi jasnya tidak bisa menutupinya dengan baik. Kehadiran Alex sepertinya membuat Miya tersadar, tapi tidak sepenuhnya. Tubuhnya gemetaran. Basah kuyup begini di bawah AC, sudah pasti Ia kedinginan. Sejak kapan Miya di sini? Alex melihat sebuah tas tangan. Itu Tas Miya. Alex meraihnya dan meletakkan di atas tubuh Miya.

Alex bergegas menggendong Miya keluar. Ia berpapasan dengan seorang Office Boy.

"Kau. Bawa ini." Alex menyerahkan tas Miya pada OB itu. "Ikut aku."

Menyadari situasi. OB itu menurut.

Alex bergegas ke parkiran. Dan berjalan ke mobilnya. "Tolong ambil kunci mobil. Ada di kantong jas ini."

OB itu mengambil kunci mobil dari Jas yang menutupi tubuh Miya.

"Buka pintunya" OB itu melakukannya dengan patuh.

Alex mendudukkan Miya di sebelah kursinya. Menurunkan sandarannya agar lebih nyaman. dan memakaikan safety belt. Lalu mengucapkan terima kasih pada OB itu.

Setelah OB itu pergi, Alex berpikir.

"Sekarang apa?"

Alex punya apartemen. Apa Alex bawa saja kesana? Alex melihat Miya gemetaran hebat. Alex mematikan AC mobilnya dan membuka sedikit jendelanya. Alex mengacak-acak bagasinya berharap punya sesuatu untuk untuk menutupi tubuh Miya. Tidak ada apa-apa. Alex mulai frustasi.

"Alex," suara Miya terdengar lemah. Mulutnya sangat bau alkohol. Sebenarnya berapa banyak yang ia minum?

"Miya kamu tidak apa-apa?" Bagus. Pertanyaan bodoh, Alex.

"Telpon... Grace...."

Oh iya. Grace.

Alex mengambil tas Miya dan mengambil ponselnya. Dikunci Pola. Alex mencoba membentuk Huruf M. Terbuka. Alex mencari Grace di kontak Miya lalu menelponnya.

"Grace, tolong aku."

"Siapa kau?" Grace terdengar panik.

"Aku Alex. Miya kondisinya tidak bagus. Aku tidak tau harus bagaimana."

"Apa Miya terluka?"

Alex mengamati Miya, "Tidak. Sepertinya tidak. Ia sekarang... telanjang... dan kedinginan. Ia kelihatan lemas sekali." Alex benar-benar khawatir.

"Aku akan mengirim alamat. Bawa Miya ke sini."

Alex menyetir dengan cepat. Alex memegangi tangan Miya. Tangannya dingin sekali. Tuhan, tolong bantu wanita ini. Alex terus berdoa dalam hati.



______________________________
Jangan lupa masukkan ke koleksi agar kalian dapat notifikasi saat ada bab baru. Berikan like jika kalian menyukai ceritanya. Lalu berikan kritik, saran dan apresiasi agar aku selalu semangat untuk menulis. Terima kasih. Enjoy in Wattpad. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang