(S2) 16. Bertubi

1.8K 119 10
                                    

Membuat teh untuk Ayah Alex, Miya bersyukur Ayah Alex datang setelah rumahnya rapih. Namun Miya menyesal ia tidak memasak apapun hari ini. Hanya nasi.

"Ini tehnya, Pak. Diminum dulu. Maaf saya tidak bisa menawarkan makanan, saya tidak masak hari ini. Mau saya pesankan sesuatu?" Tanya Miya.

"Tidak perlu, Miya. Saya minum ya, tehnya." Ayah Alex meminum tehnya. Ia terlihat gelisah. Sama halnya dengan Ayah Alex kepala Miya dipenuhi dengan pertanyaan. Tidak mungkin Ayah Alex mengunjunginya hanya karena iseng.

Meletakkan cangkir tehnya, dengan tempo yang lambat Ayah Alex memulai pembicaraan. "Em, begini Miya. Saya ingin berbincang dengan kamu. Mengenai hubungan kalian."

Miya menebak-nebak arah pembicaraan ini.

"Alex sudah mengatakan pada saya, niat kalian untuk menikah secepatnya." Ayah Alex menyusun kalimatnya dengan hati-hati. "Sebelum saya memiliki Alex, saya memiliki seorang anak lain, namun anak itu meninggalkan saya tidak lama setelah Ibunya meninggal. Lalu saya menikah lagi dan lahirlah Alex. Saat ini, Alex adalah anak tunggal saya dan saya baru pertama kalinya akan menikahkan anak saya."

Menutup rasa gelisahnya Ayah Alex meminum tehnya lagi dan melanjutkan. "Saya tidak ingin jadi Ayah yang jahat, yang menghalangi hubungan anaknya. Tapi saya memiliki kekhawatiran yang sangat besar, Miya. Saya takut membiarkan kalian bersama pun bukan hal yang baik."

Miya memahami maksud perkataan Ayah Alex dengan jelas. Menahan perasaan sesak di dadanya, Miya mencoba bicara. "Apakah Bapak tidak percaya pada Alex, atau Bapak tidak percaya pada saya?" Jika Ayah Alex tidak percaya padanya, itu adalah hal yang wajar.

"Jujur, saya tidak mempercayai kalian berdua. Alex bisa saja salah langkah dan gegabah sedangkan kamu tidak terlihat siap untuk menjadi bagian keluarga kami. Saya merasa banyak hal yang kamu tutupi. Maaf, sebagai orang tua saya terkesan kolot. Tapi saya benar-benar harus melindungi anak saya."

Miya hanya memandangi jari-jari kakinya. Ia sesak sekali, matanya panas namun ia tidak mau menangis. Menangis hanya memperburuk suasana. Ayah Alex pun memiliki kesulitan yang sama dengannya.

"Miya, bisakah kalian berpisah?" Tanya Ayah Alex terang-terangan.

"Alex tidak akan mudah melepaskan saya."

Ayah Alex mengangguk. "Itu benar. Sejak kecil, sikap dominasinya sudah menonjol." Ayah Alex kemudian mengganti pertanyaannya, "Maukah kamu melepaskan diri, Miya?"

Air mata yang ia tahan menetes namun dengan cepat Miya menyekanya. "Saya tidak yakin saya mampu, Pak."

"Saya berjanji akan membantu kamu membangun restoran kamu. Sampai benar-benar bisa berjalan. Saya juga akan menyuruh profesional untuk melakukan pendampingan selama kamu mengembangkan restoran itu. Kalau kamu tidak merasa tersinggung, saya juga bersedia memberikan uang tunai." Ucap Ayah Alex sehati-hati mungkin.

"Saya tau, maksud Bapak baik. Bukan tersinggung yang saya rasakan saat ini, Pak. Saya sedih, betapa mudahnya saya dihubung-hubungkan dengan uang." Miya menyeka air matanya lagi. "Saya tidak bisa mundur, Pak. Tidak selama Alex masih begitu keras memperjuangkan saya." Ucap Miya tegas.

"Miya, ini demi kebaikan Alex." Ayah Alex kembali membujuk.

"Saya bisa berjanji dua hal pada bapak." Miya berkata dengan seluruh ketegaran yang ia miliki. "Pertama, jika Alex tidak mengingkan saya lagi saya juga akan melepaskan Alex. Kedua, walau Alex menginginkan kami menikah, saya tidak akan menerima lamarannya sampai mendapat restu dari Bapak. Kami tidak akan memaksakan pernikahan seperti kawin lari atau semacamnya. Tolong percaya pada kami dan beri saya kesempatan untuk memantaskan diri."

Ayah Alex memandang Miya dengan prihatin. "Tidakkah kau pikir , itu menyia-nyiakan waktu? Saya bisa saja tidak memberikan restu selamanya dan Alex menjadi bosan? Saya tau ia tidak bisa puas dengan satu wanita dalam waktu lama. Ia bisa saja meninggalkanmu."

"Saya percaya pada Alex, Pak. Saya tidak ingin mengkhianati perjuangannya. Saya ingin Bapak pun begitu. Jika Alex meninggalkan saya pada akhirnya, setidaknya saya tidak memiliki penyesalan."

Ayah Alex mengangguk mengerti. "Sepertinya, keputusanmu sudah bulat. Ya sudah tidak apa-apa setidaknya kalian tidak akan segera menikah. Tolong jaga janji yang sudah kamu ucapkan, Miya."

"Iya, Pak. Saya juga tidak mau mengkhianati Bapak."

Ayah Alex berpamitan dan meninggalkan rumah Miya. Miya duduk di tempat yang sebelumnya di duduki Ayah Alex, merasa bersyukur Ayah Alex berbicara tanpa terlalu mengintimidasinya. Miya juga bersyukur sudah memilih keputusan yang tepat. Miya berjanji, Alex tidak akan berjuang sendirian. Miya juga akan berusaha memantaskan dirinya.

Beberapa jam berlalu, Miya membuka mata dan menyadari ia tertidur di sofa. Miya mengecek teleponnya dan mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Alex, Miya lupa telah mengatur teleponnya dalam mode senyap. Miya segera menelpon Alex.

******

Alex mengemudikan mobilnya dengan cepat. Rapat hari ini berjalan sangat lama hingga ia terlambat menyadari keadaan di luar sana. Miya mungkin dalam kesulitan saat ini. Ia menghubungi Miya berkali-kali namun Miya tidak juga menjawab teleponnya.

Saat Miya menelponnya, Alex langsung bertanya, "Miya. Kamu di mana sekarang?"

"Aku di rumah, Alex. Maaf aku baru bangun tidur." Suara Miya terdengar baik-baik saja. Baguslah, Alex akan menjelaskannya secara langsung nanti. "Oke, Miya. Jangan kemana-mana. Tunggu aku dalam perjalanan ke rumahmu."

"Baiklah, Alex. Loh, kamu sudah sampai, Alex? Ada yang mengetuk pintuku."

Alex menghentikan mobilnya. "Belum. Aku masih di jalan. Coba kau buka pintunya, tapi jangan matikan sambungan teleponnya. Aktifkan speakernya, Miya."

Alex menguping suara di ujung teleponnya. Miya membuka pintu dan terdengar terkejut. "Polisi?" Ucap Miya. Alex sudah bisa menebak, ia terlambat selangkah.

"Maaf, apa Anda yang bernama Miya?" Terdengar suara laki-laki.

"Betul, ada apa ya? Apa terjadi sesuatu pada orang tua saya?" Miya terdengar histeris.

"Kami menjemput Ibu untuk memberikan kesaksian di kantor polisi mengenai kasus prostitusi."

__ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __ __

Kalau berkenan, author mau buka QnA. Kalian bebas tanya apa aja di kolom komentar. 😊

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang