13. Ingin Berhenti

5.2K 171 0
                                    

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau" Mas Ryan mengecup kening Miya lembut

"Benarkah?"

"Iya sayang. Kalau kamu mau berhenti tidak apa-apa."

Miya lega sekali. Bi Ratih pasti salah. Mungkin Mas Ryan kasar pada Bi Ratih karena sangat mengkhawatirkan Miya. Mas Ryan tidak tau soal pekerjaannya. Miya harus berhenti sekarang sebelum Mas Ryan benar-benar tau.

Lalu bagaimana soal pelukan yang ia lihat tadi? Miya harus selidiki itu pelan-pelan.

Miya tertidur memeluk suaminya. Ia tidak mau kehilangan Mas Ryan. Miya harus berubah. Miya akan mencari cara lain agar keuangannya cukup. Miya sudah punya tabungan, cukup untuk beberapa bulan ke depan. Hal lain akan ia pikirkan belakangan.

******

Jam 9 pagi setelah mengurus keperluan Ibunya, Miya menelpon Grace.

"Grace, bisa bertemu sekarang? Ada yang ingin kubicarakan"

"Datang saja ke rumahku."

"Oke"

Miya mendatangi rumah Grace. Sebuah mobil hitam terparkir di depan rumah Grace. Miya teringat pelukan itu.

Fokus, Miya. Miya mengingatkan dirinya sendiri. Selesaikan masalahnya satu-satu.

Grace membuka pintunya. Dan mengajak ngobrol di ruang tamu.

Miya merasa tidak perlu basa-basi lagi, "Grace, aku ingin berhenti."

Grace diam mendengarkan

"Aku berterima kasih kamu dan Papa sudah menolongku selama ini. Berkat kalian aku tidak perlu memikirkan masalah financial selama ini. Tapi aku sadar, yang harus aku perbaiki bukan hanya masalah keuangan, aku harus menjaga hubunganku dengan suamiku. Pekerjaan ini bisa membuatku berpisah dengan suamiku."

Grace menghela napasnya.

Miya merasa bersalah, "Maaf Grace."

"Pikirkanlah lagi, Miya. Bagaimana dengan Ibu mertuamu?"

"Aku sudah punya tabungan untuk beberapa bulan. Hal selanjutnya akan aku pikirkan nanti."

Grace menatapnya dalam-dalam. "Kau benar-benar akan berhenti?"

"Ya."

"Kenapa kau selalu membuatnya jadi sulit, Miya?"

Apa?

"Harusnya kau diam saja jadi anak manis seperti selama ini." Raut wajahnya berubah

"Grace, apa yang kau katakan?"

Grace tidak menjawab, Ia justru menarik tangan Miya dengan kasar. "Grace! Lepaskan! Apa-apaan kau?!"

Miya di bawa ke suatu ruangan kecil. Ruangannya gelap karena lampunya tidak dinyalakan. Ruangan ini seperti ruangan kantor. Ada sebuah komputer di atas meja. Dan seorang laki-laki duduk di kursinya. Wajahnya tidak terlihat jelas.

"Dia benar-benar akan berhenti." Grace berkata pada laki-laki itu.

Jadi Grace sudah tau aku akan berhenti?

"Duduklah, Miya." Suara laki-laki itu serak dan lembut.

Miya duduk di kursi. "Papa?"

"Ya, aku Papamu." Laki-laki itu bangkit dan menghampiri Miya. Sekarang wajahnya terlihat dengan jelas. Laki-laki itu altetis. Tubuhnya kekar. Wajahnya sangat tampan. Seperti pahatan.

"Kau benar-benar akan berhenti?" Papa menunjukkan wajah memelas.

"Aku mau berhenti. Keputusanku sudah bulat." Semakin bulat saat melihat sikap Grace tadi.

Poor SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang