19 : Anniversary

182 27 2
                                    

Happy reading!

••••

"Hai, lama tak berjumpa, Aeera,"

"Steff, a-apa yang kau--"

Tiba-tiba tubuh Aeera ditarik ke dalam pelukan pria itu.

"Izinkan aku memelukmu untuk kali terakhir,"

"Jaga jarakmu Steff!" Aeera mendorong Steff dengan kuat, berusaha melepaskan pelukannya.

"Hei, apa yang kau lakukan di sini!?" Tiba-tiba Rain telah mencengkram erat kerah Steff.

"Apalagi yang kau inginkan dari Aeera? Tak jera kah kau dengan hukuman yang kuberikan?" Bola matanya sudah memerah bak banteng yang siap menyeruduk.

"Sudahlah, Rain!" Aeera berusaha melerai.

"Rain..., Di sini banyak tamu. Jangan sampai semua orang melihat apa yang kau lakukan sekarang,"

Seketika Rain melepaskan cengkeramannya.

Steff membenarkan kerahnya, dan tersenyum tipis.

"Pelukan itu, itu yang terakhir. Aku kemari hanya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kalian,"

"Dan juga..., aku ingin meminta maaf dengan semua yang kuperbuat kepada kalian. Mulai saat ini, aku akan benar-benar menghilang dari kehidupan kalian,"

Steff menepuk pundak Rain.

"Kau sangat beruntung mendapatkannya, Rain. Selamat atas kehamilan Aeera, juga tolong jaga dia," Steff tersenyum.

"Akan kemana kau?" Tanya Aeera.

"Kau tak perlu tahu, yang terpenting aku tak akan ikut campur di dalam kehidupan kalian lagi,"

"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Ah ya, jaga dirimu Aeera," Setelah meninggalkan senyuman, pria itu berbalik pergi.

~~~

Aku berjalan, membiarkan kakiku melangkah dengan lambat di atas jembatan ini.

Jembatan yang dibawahnya terdapat lautan luas.

Aku menatap lautan itu, hari semakin malam dan warna air itu menjadi kegelapan. Terlihat sangat menyeramkan.

Sama seperti kehidupanku yang menyeramkan. Semuanya, semua mimpiku hancur hanya karena sebuah hasrat.

Harus kemana lagi aku? Semua orang seperti menolakku untuk berada di sini.

Apakah mungkin, ini saatnya?

Saat nya aku menghilang dari mereka, karena dimata mereka semua kini aku hanyalah seonggok sampah tak berguna.

Aku sudah berdiri ditepi jembatan, sangat tepi.

Maut memang sangat dekat denganku.

Aku memejamkan mataku, pasrah dengan semuanya.

Ini sudah saatnya.

Grep!

Tiba-tiba seseorang menarikku mundur, membuat niatku terurungkan.

PERFECTION [LOUIS PARTRIDGE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang