Happy Reading!
°°°
"Rain, apakah kamu sudah memutuskan siapa yang akan mengurus Abby?"
"Tentu sudah,"
"Siapa dia?"
"Seorang gadis cantik,"
"Apa kamu juga mencintainya?"
"Tidak. Aku hanya ingin dia mengurus Abby. Bukan untuk mencintaiku,"
~~~
"Ini ada sedikit sumbangan dari kami, semoga biaya operasi Aeera akan segera terkumpul. Dan Aeera bisa segera melihat kembali,"
"Terimakasih tuan! Saya tidak akan melupakan kebaikan anda!"
Wanita setengah baya itu berlutut dan mencium tangan pria yang adalah sang donatur.
Ia menangis dan mengucapkan kata terimakasih beribu-ribu kali kepada pria yang juga seumuran dengannya itu.
Wanita itu bertingkah seolah-olah pria setengah baya itu telah menyelamatkan dunia dari kiamat besar
"Sudah sudah, Ibu. Tidak usah seperti itu, kami ikhlas 'kok!" Jawab pria itu sedikit merasa risih akan tingkah wanita yang masih berlutut padanya itu.
"Sekali lagi saya ucapkan terimakasih," wanita itu akhirnya bangkit.
"Baiklah saya permisi. Ah ya, Nak Aeera. Tolong jangan bersedih, saya yakin kamu akan segera dapat melihat lagi," Pria itu mengelus pucuk kepala seorang gadis berkulit putih bersih, dengan penutup mata berenda bunga di yang terikat di kepalanya.
Gadis itu mengembangkan senyum di bibir peach nya.
Ia berusaha mengeluarkan senyuman terbaiknya hari ini.
"Baiklah, Tuan. Saya berjanji saya akan bahagia kembali dan saya tidak akan melupakan jasa Tuan. Semoga Tuan diberkati," Jawab wanita bernama Aeera itu. Ia mengucapkannya dengan lancar, sesuai dengan hafalannya tadi.
"Baiklah, Aeera. Saya permisi," Kemudian, pria itu segera beranjak pergi.
Tiba-tiba suara tepukan tangan nyaring terdengar di telinga Aeera. "Bagus, Aeera. Kau kini sudah mengucapkan kalimat itu dengan alami, "
Gadis itu tersenyum tipis mendengar kalimat wanita setengah baya yang adalah ibunya sendiri.
"Apakah tugas ku sudah usai? Kalau sudah, aku ingin beranjak tidur,"
"Ya, kali ini aku izinkan kau tidur dengan nyenyak sampai esok pagi. Tapi ingat, besok kita akan kedatangan tamu kaya raya yang akan memberikan banyak uang kepada kita. Jadi kau harus berakting lebih baik daripada tadi,"
Aeera mengangguk. "Baik, Ma,"
Ia segera mengambil tongkatnya yang kemudian beranjak menuju kamarnya.
~~~
Aku meraba raba bibir kasur untuk kududuki, setelah aku menemukan tempat yang pas segera aku duduk dengan tenang.
Aku menghela nafasku sembari membuka penutup mata berenda yang selalu aku pakai.
Setelah itu aku taruh ke atas nakas, agar aku bisa meraihnya dengan mudah ketika bangun tidur esok.
Aku kemudian mengambil sebuah kotak musik yang juga berada di atas meja nakas itu.
Segera kubuka, dan lantunan nada yang indah terdengar merdu di telingaku.
Setiap kali aku membuka kotak musik itu, aku selalu teringat betapa bahagianya aku ketika permintaanku dikabulkan oleh Tuhan.
Waktu itu aku menuliskan sebuah surat di pohon harapan, yang isinya aku menginginkan sebuah kotak musik dengan alunan nada yang indah. Ah ya, temanku yang menuliskan itu untukku. Aku memiliki teman, tapi itu dahulu. Sekarang ia sudah pergi ke tempat yang lebih baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECTION [LOUIS PARTRIDGE]✔️
Romance[COMPLETED] • Bahasa Baku • Typo bertebaran di where where "Mengapa kau lebih memilih gadis buta sepertiku?" "Karena kau tak akan melihat wajahku, jadi kau tak akan pernah bisa jatuh cinta denganku," Hujan jika bertemu angin mungkin akan menjadi ba...