26 : Waiting

124 16 3
                                    

2 Minggu kemudian.

Rain yang telah memakai pakaian medis, kini berada di dalam ruangan dimana Aeera terbaring lemah. Seluruh alat medis terpasang ditubuhnya.

Matanya hanya terpejam, Rain tak mendengar apapun selain suara mesin medis dan juga oksigen yang terpakai di mulut Aeera.

Ia membawa putrinya, berharap Aeera akan bangun.

"Aeera, lihatlah bayi kita. Ia sangat cantik, bukan? Persis seperti dirimu yang begitu cantik," Ucap Rainer tanpa balasan.

Berminggu-minggu sudah wanita di hadapannya itu tak kunjung membuka matanya.

Harapan yang sebelumnya sangat tebal, kini semakin menipis.

Wanita itu hanya beradu dengan oksigen yang terpasang di mulutnya.

Tak ada pergerakan ataupun suara, kecuali suara hembusan napasnya.

"..."

"Apa kau tak ingin bangun, Aeera? Lihatlah putri kita sudah semakin besar,"

"Jika kau bangun, aku akan mengajakmu kemanapun Aeera. Aku akan memberikanmu segalanya,"

"Ayo buka matamu, sayang. Apa kau tak ingin melihat putri cantikmu ini?"

Rain tak kuasa menahan sesak di dadanya.

"Jika kau bangun, aku berjanji tak akan menyakiti hatimu lagi. Aku berjanji akan menyayangimu dan mempercayaimu selamanya,"

"Izinkan aku membayar semuanya,"

"Aeera,"

~~~

1 bulan kemudian

Hari-hari berjalan dengan normal. Rain dengan hati yang kosong berusaha tersenyum dan menjalani semuanya.

Ia berusaha sabar dan menunggu Aeera kembali.

"Terimakasih atas rapat kali ini, mohon bantuannya,"

Setelah semuanya keluar dari ruang rapat, kini hanya dirinya.

Rain segera mengemasi tasnya, dan beranjak.

"Ah tidak ada? Maaf kalau begitu, saya permisi,"

Rain berusaha mengatur pikirannya.

Ia berharap salah dengar. Karena suara itu mirip sekali dengan suara Aeera.

Segera ia berjalan keluar dengan cepat untuk menemui sumber suara yang didengar,  namun wanita itu sudah tak ada.

"Mungkin itu hanya halusinasiku," Pikirnya.

"Hei Rain!" Tiba-tiba seorang Steff menepuk pundak nya.

"Hei, sobat! Ah ya, selamat atas kehamilan Vio!"

"Hah, terimakasih! Aku benar-benar tak menyangka akan menjadi seorang ayah!"

"Kau awalnya akan seperti itu, tapi lihat setelah kau memiliki anak mungkin itu akan menjadi hal yang biasa. Bahkan kau bisa dicemburui oleh anakmu karena terlalu dekat dengan istrimu sendiri!" Rain tertawa.

"Wah-wah, lihatlah. Rainer kini bisa tersenyum, aku sangat bahagia melihatmu seperti ini,"

Rain tersenyum tipis. "Bukankah seharusnya begitu?"

Steff kembali menepuk pundak Rain. "Kau memang pria dan ayah yang kuat Rain. Aku yakin Aeera akan segera sadar. Aku percaya itu,"

"Dan aku berjanji akan menjadi ayah yang baik, seperti dirimu,"

PERFECTION [LOUIS PARTRIDGE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang