47; Less By One

2.3K 475 347
                                    

di mohon untuk tidak mengeroyok author, terimakasih xoxo~
    





















    
PAGI di hari senin menjadi akhir dari mimpi buruk Jihoon. Angin sejuk dan juga dedaunan yang berjatuhan menghiasi upacara pemakaman pagi itu. Jihoon dengan pakaian serba hitam sembari membawa figura foto Yoonbin terus terisak sembari memeluk nisan yang masih hangat dengan ukiran nama Ha Yoonbin disana.

Selurh Keluarga besar Yoonbin, kerabat, dan guru juga datang untuk ikut dalam upacara pemakaman. Tak lupa dengan seluruh teman-temannya yang datang untuk mengantarkan Yoonbin ke tempat peristirahatan terakhirnya, sekaligus menemani Jihoon yang enggan pergi dari sana. Yoshi, Jaehyuk, Asahi dan Junghwan pun ada disana.

Yoonbin menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan ke rumah sakit tadi malam, tubuhnya kehabisan banyak darah karena luka dikepala akibat kecelakaan na'as itu.

Semuanya telah pergi, kini hanya tersisa teman-teman dekat Yoonbin yang sedang mencoba untuk membujuk Jihoon pulang ke rumah.

"Ini semua salah gue.." ucap Jihoon disela tangisannya.

Yedam dan Jeongwoo senantiasa mengusap bahu Jihoon dan mencoba untuk menenangkannya. Mereka berdua tidak tega melihat Jihoon yang terlihat sangat kacau dan terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.

Semuanya sedih, semuanya berduka dan juga merasakan kehilangan yang sangat besar. Kematian Yoonbin tidak bisa mereka sangkal karena semua itu terjadi di depan mata kepala mereka sendiri. Namun, Jihoon lah yang paling kacau disini.

"Ji.. jangan nangis, Ben pasti sedih kalo liat lo kayak gini" gumam Yedam.

"Hiks.. ini semua terjadi karna gue, Dam.. Ben meninggal karna gue!" racau Jihoon semakin mengeratkan pelukannya pada nisan Yoonbin.

"Ji, lo gak boleh salahin diri sendiri" ucap Yoshi.

"Ada satu hal di dunia ini yang gak bisa lo rubah dengan mudah, takdir Tuhan namanya" timpal Asahi.

Jeongwoo menatap ketiga teman dekat Yoonbin dan memberi kode pada mereka untuk membantu menenangkan Jihoon.

Junkyu menghela nafas gusar, sejenak ia berfikir mengapa segala kemalangan terus berdatangan menimpa mereka? Lalu ia berjongkok dan membantu Jihoon untuk berdiri.

"Bangun, Ji" ucapnya.

Jihoon meronta dan enggan meninggalkan gundukan tanah itu. Tapi Junkyu tetap memaksanya dengan sekuat tenaga.

"Gue bilang bangun, Park Jihoon" ucap Junkyu dingin.

Jihoon tetap diam pada posisinya dan mengabaikan ucapan Junkyu.

Junkyu berdecih dan menatap Jihoon dengan wajah sangarnya.

"PERCUMA LO DIEM DI SINI SAMBIL NANGIS-NANGIS, JI!! MAU SAMPE LO NANGIS DARAH PUN.. BEN GAK AKAN BANGUN LAGI!" bentaknya.

Doyoung menyenggol bahu Junkyu dan memberinya tatapan tajam. Mulut Junkyu memang harus di cocot kutang agar tidak sembarangan berbicara.

"Lo apa-apaan sih, Jun?" decak Doyoung kesal.

"Biarin aja, biar dia mikir! Selama ini Ben selalu berjuang buat dapetin hati dia, tapi apa? Dia selalu ngerendahin Ben.. cuma cacian, cibiran bahkan hinaan yang selama ini Ben dapet dari orang yang selau dia perjuangin!"

Junkyu menjeda ucapannya ketika melihat tatapan tajam dari teman-temannya. Tapi Junkyu tidak memperdulikan itu semua.

"Kenapa? Yang gue omongin emang bener kan?Sekarang.. Ben udah gak ada dan lo baru nyesel?"

That's LOVE [MASHIKYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang