Luka yang sama.

246 32 6
                                    

Hi All.

Selamat malam minggu semuaaa.

Jangan lupa vote & commentnya yaaa. Sepertinya hanya tinggal beberapa part saja,

Selamat membaca kisah Shabira, Sahdan dan juga Razeka💕

***

Rumah sakit jiwa Sinar Kasih, menjadi tempat tinggal Leka selama beberapa waktu terakhir.

Kai saat ini berada di depan ruangan bercat putih, menunggu dokter mempersilakannya untuk bertemu Leka.

"Razeka" panggil wanita paruh baya yang tempo hari mengunjungi rumahnya.

Razeka berdiri, menghampiri ibu leka "iya tante, saya sudah bisa ketemu Leka?" Tanyanya

"Dokter mau ketemu kamu" Ucapnya sembari membukakan pintu ruangan itu.

Kai melangkah masuk, terlihat lelaki berjas putih sudah menunggunya.

"Siang Razeka" sapa sang dokter.

Menyunggingkan senyumnya, Razeka membalas sapaan tersebut "Siang dok"

"Perkenalkan saya dokter Andri" ucapnya menjulurkan tangannya pada Razeka.

"Razeka" Kai memperkenalkan diri dan menyambut uluran tangan dokter Andri.

"Silakan duduk"

Kai duduk dikursi tepat didepan dokter tersebut.

"Sebelum kamu bertemu Leka, saya akan jelaskan dulu kondisinya sekarang ini pada kamu. Supaya kamu tau, apa yang akan kamu lakukan ketika bertemu dia" ucap dokter Andri.

Kai mengangguk, memahami apa yang disampaikam dokter Andri.

"Begini, Leka selama ini memang sudah memiliki gangguan kecemasan. Hal ini berawal dari banyaknya tekanan-tekanan dari pihak eksternal yang disini saya bukan bermaksud menyalahkan siapapun. Namun kondisi Leka semakin parah, ketika ditinggalkan oleh kamu Razeka. Leka akhirnya mengalami gangguan suasana hati atau depresi, hal itu diperparah dengan pak Abraham yang juga tempo hari terkena masalah" jelasnya.

"Leka didiagnosis mengalami Depresi Katatonik. Penderita depresi ini cenderung kehilangan kontak dengan kenyataan dan menjadi psikotik. Bentuk serius dari depresi ini adalah halusinasi, paranoia dan delusi ide. Maka dari itu, Leka akhir-akhir ini sering sekali berhalusinasi. Saya harap dengan kehadiran kamu, ini bisa membuat proses pemulihannya berjalan cepat"

Apa yang dikatakan dokter membuat nafas kai tercekat, ia tidak pernah menyangka bahwa leka memiliki gangguan mental. "Baik dok, terima kasih informasinya"

"Saya harap dengan bertemu kamu hari ini, kondisi Leka jauh lebih baik"

Kai mengangguk, dan mengaminkan "Aamiin"

Setelah berbicara dengan dokter, Kai diantar ke ruang rawat Leka.

Pintu perlahan dibuka, Leka terlihat sedang berbaring di ranjang rumah sakit.

Kai menoleh ke arah ibu Leka, yang kini menatap putrinya dengan diiringi air mata. Seolah tak jera, ia lagi dan lagi mengalir di pipinya.

Kembali mengalihkan fokusnya pada Leka, Kai melangkah agar lebih dekat dengannya.

"Leka" panggilnya.

Leka menoleh, menatap Kai dengan pandangan kosong sembari mengusap-ngusap kepalanya sendiri.

"Leka" Kai mencoba mengulang panggilannya, namun nihil Leka tidak merespons.

"Leka, ini Razeka nak" ucap sang ibunda.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang