Hi All,
Jangan lupa vote & comment ya!😘
—————————————-
Setelah obrolan singkat antara Kai dan Papa Shabira, sang papa berpamitan untuk istirahat sehingga mereka memiliki waktu untuk berdua. Moment ini dimanfaatkan oleh Shabira, untuk menanyakan kelanjutan hubungannya. Shabira sebenarnya merasa malu, karena ia akan terkesan memaksa Kai untuk menikahinya. Namun Shabira mengesampingkan rasa gengsinya itu, ia sudah tidak bisa hanya menyembunyikan kegelisahannya.
"Bii"
Panggil Shabira dengan suara yang sangat lembut."Iya apa sayang?"
Jawab Kai tidak kalah lembutnya."Jadi, apa bener kamu lebih milih lepasin aku dibanding harus menikah sama aku dalam waktu dekat?"
Tanya Shabira langsung kepada intinya. Kai yang ditanya hal itu terkejut."Bii, kamu memang sudah se gasabar itu ya?"
Yang ditanya tidak langsung menjawab, namun balik bertanya kepada Shabira. Kai saat ini benar-benar merasa belum siap, dalam hal materi, mental, dan lain sebagainya. Bukan karena Kai tidak mencintai Shabira, namun memang karena dirinya yang belum yakin bisa menjadi kepala keluarga dalam waktu dekat, dan tidak yakin bisa selalu ada untuk Shabira karena kesibukannya."Bukan gitu bi, kita udah pacaran selama 8 tahun. Ini bukan waktu yang singkat, mungkin kalau cicilan rumah ya sudah mau lunas. Kamu mau nunggu apalagi? Kamu dan aku sudah cukup punya modal untuk memulai rumah tangga bi, kita mulai dari 0 sama-sama. Jangan takut, aku bukan perempuan matre yang akan banyak menuntut."
Shabira berbicara dengan mata yang berkaca-kaca, ia masih bingung apa yang ada dihati dan pikiran Kai. Mengapa ia masih tidak memiliki keyakinan untuk menikahi Shabira."Bi, bukan gitu"
Jawab Kai, yang sudah kebingungan menjawab pertanyaan Shabira. Terkadang, Kai merasa begitu takut kehilangan Shabira dan terlintas dalam pikirannya untuk segera menikahi wanita yang dicintainya itu. Namun, ketika ia kembali mengingat masalalunya, Kai mengurungkan niat untuk menikah demi mencapai cita-citanya, demi mengembalikan status perekonomian keluarganya."Yaudah, kalau gitu kita putus"
Shabira mengucapkan kata-kata itu dengan lantang, tidak ada keraguan lagi di dalam hatinya. Baginya, 8 tahun bukan segalanya, ia bertekad untuk melupakan Kai jika memang Kai tidak berniat untuk menikahinya."Untuk apa aku buang-buang waktu menunggu kamu, kalau kenyataannya kamu gapernah serius sama aku? Ucapan kamu ke papaku tadi, cuma kata-kata manis yang mungkin berbanding terbalik dengan hati kamu. Maaf lebih baik kita akhiri, sesuai perjanjian kita dulu, aku akan terima oranglain yang memang meyakini kalau aku calon istri yang tepat untuk dia"
Lanjut Shabira yang membuat Kai terpaku, tidak menyangka bahwa ia akan diputuskan oleh Shabira tepat di hari anniversary mereka berdua. Ia membisu mendengar perkataan Shabira yang begitu menyakitkan, namun iapun tidak bisa menyalahkan karena ini semua adalah hasil dari egonya.Cukup lama mereka terdiam, bergelut dengan pikiran masing-masing, dan Kai belum merespons permintaan putus Shabira.
"Bii"
Kai akhirnya bersuara."Aku terima keputusan kamu. Tapi tolong kasih tau aku, siapa laki-laki yang bilang siap melamar kamu?"
Tanya Kai, ia masih memenangkan egonya yang masih belum mau menikah dan mengutamakan karirnya. Namun, ia juga ingin tau siapa lelaki yang begitu pintar menikungnya, yang mengetahui celah hubungannya. Ia juga ingin memastikan, bahwa lelaki itu adalah lelaki yang baik untuk Shabira."Kamu ga perlu tau. Makasih udah menerima keputusanku. Semoga karir kamu semakin bagus, dan suatu saat kamu akan temukan wanita yang baik untuk kamu Razeka"
Shabira berbicara sembari menahan tangis, airmatanya sebentar lagi akan tumpah. Ternyata Kai benar-benar mengikuti egonya, Kai tidak secinta itu pada Shabira.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love
Romance"Bukan jarak, tapi ego yang seringkali mengalahkan pertahanan cinta yang dibangun begitu lama" Shabira krystalia adnan, tak perlu banyak tebar pesona untuk memikat para pria. Dengan aura, paras cantik dan sifat ramahnya, ia sudah memenuhi kriteria...