Tanggung Jawab

284 33 1
                                    

Di mulmed, itu Zara dan Shabira ya hehe. Aslinya mereka itu emang adik kaka, mungkin ada yang gatau disini. Jung sister💖

Jangan lupa vote dan comentnya yaaa.

Selamat membaca kisah Shabira & Razeka.

————————-

Kepulangan Zara, membuat Shabira melupakan kegalauan hatinya saat ini. Zara yang tengah hamil anak pertamanya sangat rindu pada adik kecilnya yang manja. Bagi Zara, meskipun Shabira saat ini sudah dewasa, ia tetap akan menjadi adik kecilnya.

"Dek mba kangen banget"
Ucap Zara berhambur memeluk Shabira saat Shabira baru memasuki rumahnya sepulang kerja.
"Yaampun mba gausah lariii, aku juga kangen banget"
Shabira membalas pelukan hangat dari kakaknya.
"Udah peluk-peluknya, kamu bersih-bersih dulu Sha"
Mama Shabira memotong moment saling memeluk kakak beradik itu. Shabira mengangguk dan bergegas ke kamarnya.

Shabira telah berada di kamarnya, ketika ia berjalan ke kamar mandi ia mendengar handphonenya berbunyi. Ia melihat nama Kai tertera di layar handphonenya, ia mengklik simbol berwarna hijau di layar handphonenya.
"Bi"
Panggilan terdengar dari sebrang sana.
"Iya kenapa?"
Jawab Shabira seperlunya.
"Kita perlu bicara bi, hubungan kita ga baik kalau terus begini. Kamu memutus komunikasi kita, aku ga mau kayak gini"
Kai terdengar lesu, padahal ini adalah pilihannya.
"Kai, aku ga memutus komunikasi kita. Kamu yang tiba-tiba berubah kan sejak aku menagih janji kamu. Kamu bilang, belum bisa memenuhi janji kamu, aku gapapa kok. Plis Kai, ga perlu memperumit karena aku gapapa."
Jawab Shabira yang Kai ketahui bahwa ia sedang berbohong, Kai tau bahwa Shabira pasti tak mengharapkan jawaban lain dari Kai. Shabira pasti kecewa, tapi Kai memang belum siap untuk saat ini.
"Yaudah, bener ya kamu gapapa?"
Lanjut Kai menanyakan kembali.
"Iya, gapapa bi"
Shabira menjawab senormal mungkin agar Kai merasa semuanya baik-baik saja. Shabira tidak ingin memaksa Kai bila memang Kai belum ingin menikah dengannya.

Setelah telepon ditutup, Shabira memutuskan untuk melanjutkan niatnya untuk mandinya. Setelah Shabira selesai mandi, ia mendengar ketukan dari pintu kamarnya.
"Sha, kamu udah selesai bersih-bersihnya?"
Tanya sang Kakak dari luar kamarnya.
"Udah Kak, bentar aku buka kuncinya"
Jawab Shabira, sembari menyelesaikan sisiran rambutnya dan bejalan ke arah pintu kamar.

"Lama amat si Sha mandinya?"
Tanya Zara yang sudah tidak sabar ingin mengintrogasi sang adik.
"Ah biasanya juga sama kok, 25 menitan"
"Gimana hubungan kamu sama Razeka?"
Tanya Zara tiba-tiba, Shabira yang ditanya diam sesaat dan kemudian menjawab
"Baik ka"
"Yakin kamu?"
Zara kembali bertanya seakan tidak percaya bahwa hubungan Razeka dengan adiknya dalam keadaan baik-baik saja.
Shabira menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukan.
"Terus soal janji dia sama kamu gimana? Dia kan udah pulang dari Jepang. Dia menepati janjinya kan?"
Cecar Zara pada adiknya itu.
"Dia belum siap untuk saat ini ka"
Jawab Shabira lesu. Zara yang mendengar hal itu tidak kaget, mengingat Razeka yang memang sangat ambisius dalam mengejar karirnya.
"Terus kamu gimana? Gapapa?"
Zara memastikan keadaan adiknya.
"Aku ya sebenernya kecewa ka, kaka kan tau sendiri aku pengen banget nikah muda. Itu impian aku, ya walaupun buat dibilang nikah muda pun sekarang sedikit terlambat. Aku udah 26 tahun ka, aku kadang mikir apa aku lebih baik cari lelaki lain karena Kai itu ga pasti. Sampe sekarang aku ragu apakah sebenernya dia serius sama aku atau ngga. Kalau dia ga serius, aku hanya buang-buang waktu"
Shabira akhirnya mengeluarkan keluh kesahnya, ia sungguh khawatir dan ragu akan Kai yang selama ini ia akui memang lebih sering mementingkan pekerjaannya daripada Shabira, ia tidak menutup mata. Namun, Shabira berusaha memahami karena ia tau Kai ingin mengembalikan perekonomian keluarganya yang sempat jatuh karena Papanya mengalami kebangkrutan.

"Sha, sini peluk kakak"
Zara merentangkan tangannya agar Shabira dapat memeluk erat dirinya. Ia tau kegundahan hati adiknya, iapun kecewa kepada Razeka yang mengingkari janji.
"Kaka ga bisa berkomentar banyak, kaka cuma bisa memeluk kamu dan berharap beban kamu sedikit terangkat ya Sha"
"Gapapa ka, makasih udah jadi pendengar setiaku"
Shabira mempererat pelukannya pada sang kaka.

Setelah sesi curhat yang cukup melow itu selesai, Shabira dan Zara kembali ke ruang makan untuk menikmati makan malamnya.

Saat keluarga itu akan memulai makan malam, suara ketukan pintu berbunyi 'tok tok tok'
"Siapa tuh ma?"
Tanya papa Shabira pada sang istri.
"Gatau pa, Sha coba kamu lihat siapa yang ada didepan"
Perintah sang mama.
"Yaudah ma"
Shabira menjawab sembari berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu depan, ketika Shabira membuka pintu betapa kagetnya ia bahwa yang datang adalah Kai.
"Kai kamu kesini?"
"Menurut kamu? Ya kalau aku ada disini berarti kan aku kesini Sha"
Jawab Kai sambil mengulum senyumnya yang membuat Shabira jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada Kai.
"Yaudah masuk, semua lagi pada mau makan malam. Langsung ke ruang makan aja yu"
Ajak Shabira.
"Assalamualaikum om, tante, Mba Zara dan Mas Zafran."
Kai mengucap salam dengan sopan kepada semua orang yang ada di ruang makan tersebut.
"Eh ada Razeka, kebetulan mau makan ayo ikut makan malem bareng nak"
Ajak mama Shabira. Razeka pun bergabung dalam makan malam keluarga Shabira.

Setelah selesai makan malam bersama, masing-masing dari mereka memiliki kesibukan yang berbeda. Mama yang memijit papa karena sedang pegal-pegal katanya, Shabira yang membantu bi Sumi mencuci piring, dan Zafran yang sedang sibuk bertelepon dengan bawahannya terkait urusan pekerjaan.

Hanya menyisakan Kai dan Zara yang tidak memiliki kesibukan apapun yang saat ini sedang berada di ruang tamu.
"Gimana kabar kamu Razeka?"
Tanya Zara membuka percakapan.
"Baik mba, mba gimana sama si jabang bayi disana?"
Kai bertanya balik.
"Alhamdulillah Baik, adek mba yang ga baik-baik aja"
Ucap Zara spontan, yang membuat raut wajah Kai berubah kaget dan merasa bersalah.
"Shabira udah cerita ya mba? Saya minta maaf mba belum bisa menepati janji saya sama Shabira"
Kai meminta maaf dengan memasang wajah yang lesu. Ia sungguh-sungguh dan tulus ingin meminta maaf pada Shabira dan kakanya.
"Ga usah minta maaf sama mba kalau kamu ga bisa bertanggung jawab sama janji kamu Ka"
Zara berusaha mengacuhkan wajah lesu yang dipasang oleh Kai, ia harus keras saat ini pada lelaki didepannya. Mengingat adiknya menderita karena harapan palsu lelaki ini.
Yang diajak bicara tidak menjawab apapun namun menunduk. Pada saat yang sama Shabira masuk ke ruang tamu.
"Kai, kamu kenapa?"
Tanya Shabira yang heran dengan Kai yang sedang menunduk.
"Gapapa Sha, tadi aku kayak liat uang logam jatuh dibawah"
Jawab Kai asal.
"Sha, mba ke atas dulu ya mau istirahat"
Pamit Zara sambil memegang perut yang sudah mulai membesar itu.
"Iya mba, hati-hati naik tangganya, mau aku anter?
Tawar Shabira pada kakanya.
"Ga usah, mas zafran udahan tuh teleponannnya"
Tolak Zara, agar Shabira dapat segera mengobrol dan menemukan solusi dari permasalahannya dengan Razeka.

Setelah kepergian Zara, Shabira kembali menoleh ke arah Kai.
"Kamu ditanyain apa sama mba Zara sampe mesem gitu?"
"Ga ditanyain apa-apa ko Sha. Oh iya, aku kesini sebenernya pengen kasih tau kamu kalau aku udah pesen tiket nonton untuk besok. Aku ga mau kamu nolak, kita besok nonton jam 7 ya. Jam 6 aku jemput kamu di kantor oke?"
Ajak Kai tiba-tiba yang membuat Shabira kaget. Jarang sekali Kai mengajaknya duluan untuk menonton, biasanya ia yang akan mengajak kai terlebih dahulu.
"Oh, oke"
Jawan Shabira sedikit kaget dan canggung semenjak kejadian penagihan janji yang ternyata diingkari oleh Kai.
"Yaudah bi, aku cuma mau ngomong itu kok. Aku pamit pulang ya, kayaknya mama sama papa kamu udah istirahat. Salamin aja ya bi ke mereka, makasih untuk makan malamnya. Kamu istirahat, love you bi"
Pamit Kai pada Shabira, Shabira mengangguk tersenyum.
"Besok jemput aku ga?"
Tanya Shabira.
"Maaf bi besok aku ada pertemuan penting sama client, dan itu pagi-pagi banget. Jadi aku gabisa anter kamu ke kantor. Tapi pasti aku jemput kamu ko bi"
"Oh yaudah gapapa kok, yaudah besok pulangnya aku tunggu ya"
Shabira mengantar Kai hingga Kai memasuki mobilbya.
"Iya sayang"
Jawab kai sambil mengelus lengan Shabira dari dalam mobil.
"Yaudah bi, hati-hati"
Shabira melambaikan tangannya saat mobil Kai telah keluar dari halaman rumahnya.
Shabira memasuki rumahnya dengan hati yang bahagia, besok ia akan pergi menonton dengan Kai. Sesuatu yang jarang sekali dilakukannya, karena Kai selalu sibuk dengan pekerjaannya.

Shabira memasuki kamarnya kemudian membersihkan wajah, menggosik gigi dan, mencuci tangan dan kaki. Setelah ritual bersih-bersihnya selesai, Shabira menaiki tempat tidur dan memainkan handphonenya seperti biasa. Ia membuka instagramnya, dan mendapati "66 follow request" dimana seingatnya terakhir kali ia cek, hanya terdapat 65. Ia membuka halaman tersebut, kemudian merasa kaget ketika mengetahui siapa yang meminta persetujuan untuk memfollow akunnya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang