Akal Dinia

10K 1.7K 308
                                    

"Aku Dinia, Tante. Aku teman satu asramanya Davina. Sebenarnya kami tinggal di kamar yang sama," dusta Dinia dalam sambungan telpon.

Tiba-tiba saja Stephani menelpon ke rumah Andrew. Ia kaget mendengar dari pemilik rumah Andrew yang baru bahwa mantan suaminya pindah ke New York. Padahal putrinya sering mengabari kehidupan di Cambridge melalui foto-foto dan video. Tentu semua itu Divan yang merekam.

Tak mau khawatir, Stephani menelpon Davina dan menginterogasi putrinya. Syukur mereka sudah menyiapkan skenario sempurna. Dinia berpura-pura menjadi teman seasrama Davina dan meyakinkan Stephani.

"Baik, Tante. Kami diberi makan selalu tepat waktu. Kami juga diberi uang saku. Davina sangat rajin belajar, jadi dia jarang main ke luar." Kemampuan akting Dinia benar tak bisa dibantah. Ia santai saja menjawab pertanyaan Stephani. Lain dengan Davina yang kalang kabut sendiri.

"Iya, Tante

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya, Tante. Pasti saya jaga Davina. Sama-sama." Panggilan itu berakhir. Dinia langsung berteriak senang akan usahanya sedang Davina bertepuk tangan tanda pujian akibat pintarnya gadis itu beraksi.

"Kamu keren banget!" puji Davina sambil memeluk erat adik iparnya. Dinia balas memeluk Davina. "Aku sungguh berterima kasih padamu, Dinia."

"Semua ini aku lakukan buat Kak Davina, bukan buat Kak Divan. Karena apa? Aku senang Kak Davina ada di sini dan jadi temanku. Pokoknya aku lebih sayang Kak Davina dari pada Papan Skateboard," tegasnya.

Tatapan tajam Divan menghujam tajam ke arah Davina. Mereka sedang duduk di kursi teras luar. Satu hal yang membuat Davina nyaman di sini, suara ombak. Mengingat kenangan indah saat kedua orang tuanya masih bersama dulu. Mereka menuntun Davina berjalan di atas hamparan pasir yang terasa menggelitik kaki.

"Makan camilan!" Mama tiba-tiba datang membawa satu nampan kue dan jus.

Davina lekas mengambil nampan itu dan membantu mertuanya menyimpan hingga ke atas meja. "Padahal Tante manggil Davina saja. Biar Vina yang bawa ke sini," tawar Davina.

Lengan Mama berkacak pinggang. "Kamu ini, kenapa masih manggil Tante? Lupa sudah menikah dengan putraku?" tegur Mama halus.

Terkekeh Davina dibuatnya. Ia mengaitkan rambut ke belakang telinga dan pipinya merona merah. "Maaf, Ma. Mungkin karena baru satu hari."

Masih belum terbiasa Davina memanggil anggota keluarga Divan dengan panggilan baru. Ia masih tak sadar memanggil Papa dengan sebutan Oom jika saja tidak diingatkan.

"Tak apa. Pasti lama-lama terbiasa." Mama duduk di kursi yang Divan dekatkan padanya. "Kapan kalian akan pergi bulan madu? Apalagi semalam kalian tidur terpisah. Tak bertengkar, kan?"

Pertanyaan Mama membuat Divan dan Davina tergegap-gegap. Keduanya hanya melengkungkan bibir. Tangan Divan meraih biskuit dan memakannya untuk mengubah topik pembicaraan.

"Ini enak, Ma. Kue buatanmu selalu enak. Mungkin karena tiga tahun kerja di toko roti." Jempol Divan mengancung ke depan Mamanya.

Gemas sudah, Mama mencubit pipi Divan. "Baru menikah harusnya tidur satu kamar supaya semakin lengket. Kalau kalian pisah ranjang begitu, kapan Mama punya cucu."

"Mereka bangun kesiangan tadi. Pas keluar kamar juga kayak maling ketangkap basah. Nggak mungkin kalau nggak apa-apa." Tak tahu dari mana datangnya Diandre tiba-tiba ikut dalam pembicaraan.

Hendak meminum jusnya, Diandre mengambil gelas jus dari tangan Dinia. Ia membangkitkan amarah adiknya hingga mendapat tonjokan di perut. Untung hanya tonjokan dari gadis centil yang terasa oleh Diandre seperti tergelitik.

"Kamu baru mau lulus bulan ini, tapi otakmu sudah sekotor itu!" sewot Divan. Ia tak ingin diinterogasi terlalu dalam hingga menjadikan Diandre kambing hitam.

Diandre santai saja duduk di sisi meja. "Pelajaran Biologi kelas dua SMP. Apa Kak Divan tidur setiap pelajaran reproduksi?" Ada saja alasannya.

Tak mau kalah Divan pada Diandre. Apalagi secara akademik, Divan jauh lebih pintar. "Dan kamu tidur di pelajaran lain sedang di materi itu baru melek?"

"Diandre, anakku. Kadang ucapan harus sesuai dengan usiamu. Tak semua hal yang kamu tahu perlu diungkap dengan kata. Tahu kenapa?" Mama mengusap lengan Diandre.

Jika sudah dinasehati Mama, Diandre kalah telak. "Karena itu cara orang menilai kebaikan dalam diri kita."

"Mantap, Diandre kena marah!" Ternyata sedari tadi Dinia merekam moment itu.

"Mantap, Diandre kena marah!" Ternyata sedari tadi Dinia merekam moment itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadar akan dipermalukan, Diandre mencoba meraih ponsel Divia. Adiknya berlari masuk ke dalam rumah dikejar Diandre. Pemandangan yang kini menjadi terbiasa Davina lihat setelah beberapa bulan tinggal di rumah ini.

"Besok kami pergi ke New Caledonia. Sepertinya tengah malam kami berangkat agar tak tercium media. Aku pinjam pesawat. Oom Martin juga sudah memberi izin." Divan baru menjawab pertanyaan Mamanya.

Masih terdengar keributan Diandre dan Dinia. Mata Davina terus mengikuti gerakan mereka karena terlihat akibat dinding teras belakang dan ruangan di dalamnya terbuat dari kaca.

"Kalian hati-hati dan nikmati bulan madu. Kalau perlu pulang bawa kabar baik," nasehat Mama.

Dengan yakin baik Divan dan Davina mengangguk. Pengantin baru ini sangat butuh nasehat dari orang yang lebih tua. Apalagi Mama yang selalu sabar menghadapi masalah rumah tangga yang rumit. Termasuk ....

"Ma! Diandre masukin hape Dinia ke aquarium Papa!" adu Dinja sambil merengek. Air matanya mengalir deras.

Mama lekas menghampiri putrinya dan memanggil Diandre. Davina hendak menyusul, tapi Divan langsung menghentikan langkahnya. "Biarkan saja. Itu hanya ponsel. Sebelumnya mereka saling merusak body mobil masing-masing. Bukan salah pola asuh, itu karena masih janin mereka sudah disko dalam perut."

🌲🌲🌲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌲🌲🌲

🌲🌲🌲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikah Karena Sayang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang