Orang yang memanfaatkan keadaan

6K 1.3K 107
                                    

"Kalian masih tinggal bersama?" tegur seorang wanita saat Divan dan Davina hendak keluar rumah. Pasangan itu langsung melihat ke arah sumber suara. Jelas wanita pengganggu itu mereka kenal betul. Ivy berdiri sambil berkacak pinggang. Wajahnya terlihat puas sudah memergoki pasangan muda itu keluar dari rumah yang sama di pagi hari.

"Aku sudah minta bantuan Papa kamu padahal. Benar, ya. Orang tuamu sama sekali tak bisa mengambil sikap pada anaknya. Makanya kamu itu nggak punya sopan santun ganggu orang lain. Sadar nggak, sikap kamu itu sama sekali tak menunjukkan orang dari kalangan atas." Divan menatap tajam Ivy, sayang yang ditatap malah meremehkan.

"Dan kamu bangga menyimpan wanita murahan di rumahmu yang bisa kamu tiduri hanya dengan diberi uang," sindir Ivy. Saat itu tangan Divan sudah siap menampar gadis itu, hanya Davina langsung menahan.

"Jangan memukul perempuan. Biar saja dia bodoh dengan caranya sendiri." Davina balas menyindir. Kini mata Ivy menatap Davina dengan tajam. "Kamu cemburu, 'kan. Kamu yang katanya wanita mahal malah nggak bisa menarik perhatian Divan dari wanita murahan ini. Kasihan sekali kamu. Berusaha sejauh ini dan yang kamu dapat hanya kekecewaan. Aku tahu rasanya bagaimana, pasti kamu malu lihatin wajah kamu di depan orang lain karena kegagalan kamu ini."

Ivy maju, tangannya sudah siap meraih Davina hanya langsung Divan tepis. "Jangan sakiti istriku, kalau tidak aku akan buat perhitungan sama kamu. Ingat itu!"

Mata Ivy terbelalak. Ia tatap wajah Divan dan Davina. "Istri? Maksud kamu apa? Jangan bercanda Divan. Kamu bohongin aku, 'kan?" tanyanya tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

"Untuk apa aku bohong? Aku dan dia sudah menikah. Lihat cincin di tanganku. Apa perlu kami perlihatkan sertifikat pernikahan?" tantang Divan. Ivy bergerak sedikit mundur. Ia menunduk dan mengambil napas lalu mengembuskan pelan. Tak lama ia kembali mendongak. Matanya basah, dia pukul tubuh Divan.

"Kamu jahat! Kamu tahu aku sayang sama kamu! Kenapa bukan aku yang kamu pilih? Aku kurang apa? Selama ini aku kejar-kejar kamu, aku memperjuangkan kamu. Malah kamu begini!" Ivy meremas kerah kemeja Divan. Tak lama ia lepaskan. Air matanya mengalir di pipi. "Aku cinta sama kamu Divan. Kamu segalanya untuk aku. Aku mohon kembali padaku, ya?"

Divan mendorong perlahan tubuh Ivy. "Belajar dewasalah, tak semua hal di dunia ini harus kamu miliki. Kamu terlalu terobsesi sampai lupa hal itu. Cari laki-laki lain yang bisa menyayangimu apa adanya. Jangan paksakan perasaan orang, apalagi dengan mengganggu kehidupan orang itu. Kamu sudah cukup dewasa untuk mengerti."

Divan lekas membuka pintu mobil dan meminta Davina masuk. Kemudian pria itu berjalan menuju pintu satunya lagi. Ivy masih di sana sambil menangis. Ia tatap mobil Divan yang meninggalkan parkiran di samping rumah. Napasnya mulai terpenggal-penggal. "Padahal aku seperti ini untuk kamu. Aku hanya mau kamu, Divan."

FLASHBACK

Rasa cinta Ivy pada Divan bukan terjadi dalam waktu singkat. Mereka sekolah di SD dan SMP yang sama dulu. Ivy anak yang populer saat itu hingga sekarang. Divan juga sama. Hanya Divan anak yang tak terlalu senang bergaul dengan banyak orang. Hanya satu atau dua teman di dekatnya. Bisa dibilang Divan tak suka keributan.

Ada saja murid yang tak suka dengan popularitas Ivy. Duduk di kelas tiga SMP tentu siswa di sana sudah bisa terangsang secara seksual sehingga sedikit saja bagian yang sensitif terbuka akan sangat bahaya terlihat remaja lain.

Orang itu iseng menggunting rok seragam Ivy tanpa disadari gadis itu. Alhasil, Ivy melenggang saja jalan keluar kelas. Untung saat itu Divan duduk di kursi yang bersebelahan dengan kelas. Saat Ivy lewat, Divan kaget melihat bagian belakang Ivy terekspos hanya mengenakan celana dalam. Divan lekas berdiri masuk ke kelas membawa jaketnya. Kemudian berlari menghampiri Ivy dan melingkarkan jaket di pinggang gadis itu untuk menutupi bagian belakang tubuh Ivy.

"Kamu ngapain?" tegur Ivy yang kaget ada orang memeluknya dari belakang dan mengikatkan jaket.

"Rok kamu sobek di belakang. Jadi terlihat," jawab Divan lalu melepaskan tangannya. Ivy berbalik dan menatap Divan heran. Ia sengaja melihat ke kaca jendela dan sedikit membuka jaket Divan di belakang. Kaget Ivy melihat robekan besar di roknya. Ia menunduk malu lalu menangis.

Divan mengambil tissue. Ia berikan lembaran itu pada Ivy. "Jangan menangis. Hanya aku yang lihat. Aku janji akan rahasiakan ini."

Benar, janji itu selalu Divan tepati dan di sana Ivy mulai kagum dengan sosok Divan Kenan. Ia sungguh pria yang sangat bertanggung jawab dan tampan. Rasa itulah yang bertahan hingga sekarang. Ivy selalu berusaha meraih hati Divan. Namun, perjuangannya hancur oleh seorang wanita yang tak tahu datang dari mana. Ia kecewa, sangat dan begitu marah dengan keadaan ini.

"Aku cinta sama kamu, Divan. Kenapa kamu nggak mengerti juga."

🌲🌲🌲

🌲🌲🌲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikah Karena Sayang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang