Berbalik

6.8K 1.4K 123
                                    

Rein membuat surat terbuka dan bahkan membawa nama Ivy dalam suratnya. Ia tak berani berkoar seperti pertama kali. Tentu Ivy diserang. Bukan sebuah rahasia orang tahu Ivy kenal Divan. Terlebih teman-teman Ivy sendiri dipancing untuk berkhianat dan mengakui kalau Ivy memiliki perasaan pada Divan.

Seketika hujatan berbalik arah. Walau masih ada yang belum sadar dan masih menghujat Davina. Tipe orang yang tak bisa memaafkan kesalahan kecil sekali pun.

Dia memanfaatkan orang tua yang anaknya sakit. Gila apa dia? Saking cinta matinya-

Ini definisi cinta membuatmu buta dan bodoh-

Dia pikir akan berhasil menghancurkan rumah tangga orang. Pelakor zaman sekarang menakutkan-

"Komentar netizen semakin liar akan putri saya Tuan Kenan. Saya takut itu juga akan berpengaruh terhadap bisnis kita," Mr. Nelson datang ke ruangan Papa untuk mengajak berdamai.

"Komentar netizen tentang menantu saya pun akan berpengaruh terhadap bisnis kita. Saya perlu menyelamatkan salah satu dan saya pikir itu bukan putri anda," tegas Papa. Ia sudah tidak bisa menoleransi masalah yang terjadi akibat perbuatan Ivy.

"Saya sudah berusaha untuk menekannya."

"Jika anda sudah berusaha menekannya, kejadian ini tak akan terjadi. Nyatanya anda gagal jadi orang tua hingga menghancurkan bisnis anda sendiri. Perlu saya tekankan, kita mungkin perlu sibuk dengan pekerjaan, bukan artinya lupa mendidik anak. Karena sikap anak kita yang jelek di mata masyarakat akan berpengaruh juga terhadap pekerjaan."

Papa berdiri dari kursinya. Mr. Nelson mengikuti. "Saya akan minta dia meminta maaf pada menantu anda. Saya akan paksa dia. Jadi tolong bantu saya meredam reaksi netizen. Anda sangat mahir dalam hal ini."

"Hanya satu caranya, minta maaf secara terbuka di depan masyarakat. Putri anda membuka tabir pada publik, menutupnya kembali hanya dengan jalan yang sama. Ketahuilah, akan lebih baik anda jangan terus mengalah pada putri anda."

Papa membuka pintu kantor dan berjalan keluar. Mr. Nelson mengusap wajah. Kelihatan sekali pikirannya sudah diperas karena masalah ini. Apalagi banyak orang meneror keluarga mereka.

Sementara di rumah, Davina menonton tayangan televisi saat Divan melakukan konferensi pers. Pria itu sangat keren dan berwibawa. Jauh berbeda sekali jika di rumah, seperti bayi besar yang minta perhatian. Saat Davina melirik ke belakang, Divan malah asyik main game. Bahkan ia tak menggunakan earphone sehingga suaranya terdengar sangat menganggu.

"Divan! Bisa matiin nggak?" pinta Davina.

Divan mengangguk. Beberapa menit kemudian ia langsung mematikan ponsel. "Kamu mau tidur?" tanya Divan.

Davina mengangguk dan lekas naik ke tempat tidur. "Setiap dengar suara tembakan dari HP kamu, perasaanku jadi resah. Maklum, ya? Bukannya aku melarang hobi kamu," ucap Davina.

Divan mengangguk-angguk. Sementara Davina lalu berbaring. Tak ingin ketinggalan moment, Divan ikut berbaring dan memeluk istrinya. Ia kecup kening Davina.

"Makasih," ucap Davina.

"Untuk?"

"Belain aku depan banyak orang. Kamu hebat, Divan. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku akan selamanya jadi bahan hinaan orang dan tak bisa apa-apa," jelas Davina.

"Bukannya begitu fungsi seorang pria, untuk melindungi wanitanya. Kalau wanitanya disakiti, dia akan maju di garda terdepan. Kamu cukup menderita, Vina. Sudah waktunya kamu menikmati perjuanganmu. Berhenti menangis dan tersenyumlah," timpal Divan.

Keduanya saling tatap dan tenggelam dalam irama napas yang mulai berat. Seketika bibir Divan semakin maju dan ia kecup bibir Davina. Kali ini Davina bahkan tak sempat menutup mata. "I love you," ucap Divan lagi dan ia cium kembali bibir Davina.

"Kamu bagaimana dengan Mama?" tanya Divan.

"Mama kenapa? Mama Stephani?"

Divan mengangguk. "Ia minta bantuanku untuk menghubungi pengacara. Katanya ingin melayangkan permintaan gugatan cerai ke pengadilan. Mungkin dia sudah kesal dengan kelakuan Papa tirimu," jelas Divan.

Davina terdiam sesaat. Tak lama ia bangkit dan turun dari tempat tidur. "Aku mau ke Mama dulu!"

Davina membuka pintu kamar dan Divan hanya memperhatikannya dari tempat tidur. Menuruni tangga, Davina turun menuju kamar ibunya. Ia ketuk pintu kamar itu dan tak lama Stephani membukanya.

"Kenapa, Vina?" tanya Stephani bingung.

"Mama, apa benar Mama minta cerai sama Papa Rein?" tanya Davina.

"Dia mengusir Mama, mau bagaimana lagi? Dia mengusir artinya dia tak mau Mama jadi istrinya lagi, 'kan?"

"Mama yakin? Saat Mama kasih surat itu, Papa Rein bilang apa? Kalau Papa Rein nggak mau cerai, lebih baik kalian kembali saja. Jangan berpisah karena Davina. Justru Davina akan merasa bersalah," pinta Davina.

Stephani membelai rambutnya. "Dulu saat bertemu dengan Rein, Mama senang sekali. Dia ayah yang perhatian pada putrinya. Dia juga baik denganmu. Makanya Mama ingin menikah dengannya. Ternyata Mama salah. Justru ketika Mama keluar bekerja dan bergantung hidup dengannya, dia memanfaatkan itu untuk mengekang Mama. Apalagi setelah Leo lahir. Saat itu Mama memang tak berdaya. Sekarang Mama sadar kalau Mama bisa lanjutkan hidup sendiri. Mama melamar kerja di salah satu perusahaan walaupun bukan pekerjaan yang gajinya besar."

"Tapi Mama cinta pada Papa Rein, 'kan? Mama nggak bisa menampik itu!"

🌲🌲🌲

🌲🌲🌲

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menikah Karena Sayang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang