You Make Me Go {TAYNEW}

19

Tay tiba ke rumah mami New pukul setengah 9.

"Mi,mana New?"

"Dia pergi kerumah temennya sama Pluem, katanya tadi udah kasih tau Sama kamu"

Tay mengangguk kaku.

"Mi aku keatas dulu ya"ucap Tay

Maminya mengangguk.

Tay ingin merebahkan tubuh penat nya di atas tempat tidur sejenak.

Ia masuk kekamar dan menghidupkan lampu kamarnya dan melihat kertas berwarna putih diatas kasurnya.

Halo Tay.
Gimana tidur sama Mild nya? Asik banget ya?sampai lupa hidupin lampu rumah hehe
Enak banget ya dia masuk dan tidur di kamar aku,udah kali keberapa kamu tidur sama dia Tay? Apa seenak itu?
Kamu ngelanggar janji kamu ke aku untuk kesekian kalinya.
Aku tau ini salah aku yang buat kamu nikah sama dia,tapi sepertinya sekarang kalian menikmati kehidupan pernikahan sesungguhnya ya Tay.
Kali ini aku mohon,jangan pernah munculin wajah kamu ke hadapan aku lagi.
Bolehkah aku egois?biarkan aku yang menjadi mama dan papanya Pluem dan anak yang ku kandung ini, lagian kau juga memilki anak dengan Mild,rawat dia dengan baik ya!.
Aku akan mencoba menjaga anak-anak aku sendiri tanpa kamu.
Aku akan nyimpan perasaan ini dan rindu ini sendirian, biarlah aku menjaga nya dan merindukan kau seorang diri.
Kau tau Tay sesungguhnya aku tidak ingin pergi,namun sepertinya ini adalah jalan terbaik untuk kita, kita berpisah saja.
Sekali lagi kuingat kan untuk tidak mencariku, fokuslah mengurus Mild dan calon anak kalian.
Aku pergi,kuharap kau bahagia,aku mencintaimu dengan sangat ,kau pasti tau akan hal itu.
Selamat tinggal,aku pergi.

Pluem's mama

Tay mencoba membaca ulang isi surat itu, sejenak ia termenung,apa yang terjadi, mengapa semua begitu tiba-tiba.

Tay langsung turun kebawah,berkata kepada mami New bahwa New pergi meninggalkan mereka.

Tay menghubungi New namun nihil, handphone nya tidak aktif.

Tay menghubungi mamanya,mamanya segera menyusul ke tempat mami New.

"Apa yang terjadi Tay"

Tay memberikan surat yang New tulis kepada mamanya.

Mamanya menangis membaca surat itu.

Ia menampar Tay.

"Dasar bajingan kamu,mulai sekarang kamu bukan anak aku lagi sampai kamu bisa bawa New pulang"

Tay terdiam.

New meninggalkan dirinya.

Ia membawa anak mereka bersamanya.

Kepala Tay pusing sekali.

Ia mencoba menghubungi Krist.

"Halo Krist,ada New nggak disana,nggak tau aku tiba-tiba di hilang,yaudah kabarin kalo dia ada disana atau kamu ketemu dia ya,gw aku khawatir banget"ucap Tay seraya menangis.

Ditempat Krist juga tidak ada.

Tay mengendarai mobilnya masuk kedalam cafe milik earth, ia langsung memukul wajah earth

"Lo apaan anjing"

"Mana New?Lo bawa kemana dia?"

"New?diakan istri Lo mana gw tau,jelas jelas gw lagi bikin kue,dan perlu Lo tau sejak saat terakhir New kesini gw nggak pernah ngabarin atau ketemu dia lagi"

Tay menatap mata earth, ia tidak menemukan kebohongan disana.

Tay berlalu meninggalkan earth.

Ia mengendarai mobilnya dengan pelan seraya mencari siapa tau ia menemukan New.

Hari ini hujan.

Ia mengkhawatirkan New.

•♪•♪•♪•♪•

Krist menatap wajah New, New mendengar ucapan Tay dan tangisannya.

"New?"

"Udah Krist, keputusan gw udah bulat,tiket udah Lo pesan kan?" Ucap New seraya memangku Pluem yang tertidur.

"Sudah ,Lo jangan khawatir,kita berangkat ke bandara sekarang, pesawat Lo jam 11 nanti"

New mengangguk.

Mereka telah sampai di bandara.

Krist memeluk New erat,ia menangis.

"Sumpah kisah hidup Lo sedih banget anjing, gw yang dengerin aja nggak sanggup,apalagi Lo yang jalanin,Lo sehat-sehat disana ya,kapan ada waktu gw main kesana"

New mengangguk.

"Pluem kamu jangan nyusahin mama ya,mama sekarang harus jagain kamu dan adek kamu sendirian,jadi jangan nakal ya ponakan uncle" ucap singto mencium pipi pluem.

New berjalan pelan masuk ketempat pemeriksaan,ia menarik nafasnya kuat.

Aku yakin aku pasti bisa,ucapnya dalam hati , selamat tinggal Bangkok.

Kini ia sudah berada didalam pesawat.

Ia memeluk pluem yang rewel.

"Gapapa sayang,gak usah takut mulai sekarang kamu akan bahagia,walaupun cuma sama mama" ucap New memeluk pluem dan menenangkan anaknya.

"Selamat tinggal Tay,kekasih hati aku" ucap New memegang jendela pesawat ketika pesawat akan lepas landas.

Ia tersenyum pahit.