Enjoy it!
-°°-
Bungkam, seumur hidup Sasuke tidak pernah kalah dari sebarang argumen atau membiarkan seseorang menang dari melawannya mengunakan kata-kata. Dia absolut, dia penguasa, dan dia juga penuh dengan idea yang siap menumbangkan saingan bisnisnya, kecuali kakaknya. Sasuke memilih mengabaikan pengecualian itu, karena baginya, pertarungan bisnis itu harus adil, dan menerima salah satu kelemahan itu adalah bentuk keadilannya. Namun kini, Sasuke merasa belah bibirnya terasa lebih berat dari tangannya yang terpangku di atas satu pahanya.
Bola matanya berair, ingin mengedip barang sejenak karena mulai tidak nyaman dengan udara yang menguar dari benda putih digantung di dinding restoran tersebut. Tapi, Sasuke bergeming, ini adalah kebungkaman yang panjang sekaligus menyakitkan. Tiada alasan, tiada pernyataan, tiada pertanyaan, hanya dirinya yang memandang ke depan, tepatnya mematung ke udara, seakan masih ada seseorang yang duduk di sana dan juga sedang menatapnya. Sasuke melamun ibarat kan Sakura masih berada di depan dan terisak karena dia.
Sepuluh menit berlalu, Sasuke tidak sadar berapa lama dia membiarkan tanya tanda atau aroma cherry yang perlahan memudar disekitarnya, terhapus oleh ketidakberdayaan, ataupun kebungkaman yang amat panjang seumur hidupnya. Satu pertanyaan, yang mulai mendera kepala jenius-nya hanya satu pertanyaan dari Sakura, namun begitu sulit untuk dia uraikan atau terjemahkan. Mengapa dia tidak menyadarinya? Tidak, mengapa dia tidak pernah memikirkan perkara itu. Tidak, ini salah, Sakura dan dia hanya sahabat. Mereka sahabat, dan sahabat adalah cerminan saudara.
"Sir, apa anda ingin saya menghantar menu pencuci mulut terbaik kami...?" Tanya satu pelayan sambil mengerutkan alisnya, memandang cemas ke arah Sasuke yang masih termenung.
"Tidak." Balas Sasuke meminta agar pelayan itu segera pergi, dia mengedarkan pandangannya, terhenti lama ke arah band yang sejak tadi tiada hentinya menghibur pelanggan disana termasuk dirinya. Lalu kembali merenung. Tapi kemudian tersadar, bahwa Sakura hanya sendirian di luar sana, tanpa aba-aba dia berlari menuju pintu resto, mencari siluet pink yang familiar di matanya. Namun nihil, Sakura menghilang tanpa jejak.
"Apa artinya aku bagimu?"
Sasuke terdiam, tubuhnya kembali kaku, napasnya kembali tercekat, dan tangannya kembali gementar, apapun situasi yang dia rasakan saat ini, Sasuke bersumpah, perasaan ini begitu tidak enak, begitu menyakitkan, begitu menyesakkan. Dan begitu menyesatkan akal pikirannya, dan hanya menyisakan Sakura juga ekspresi pilunya. Sasuke sekali lagi dipukul oleh sesuatu bernama rasa bersalah. Apakah ini benar hanya rasa bersalah?
"Sejak kapan kau jadi bodoh, huh?" Bisiknya serak.
.
Dingin, sesak dan lelah, hanya itu perasaan yang dapat Sakura gambarkan mengenai situasinya saat ini, berjalan bagai orang tores yang tersesat di pinggir jalan adalah perkara termanis yang pernah dia lakukan. Setidaknya, Sakura melakukan langkah pertama untuk meninggalkan Sasuke dalam kebingungan yang tidak dia rencanakan. Semuanya mengalir, bagai air terjun yang tumpah ke bawah, sungguh dia tidak tahu, apakah dia harus menyesal atau kembali ke sana lagi dan meminta agar Sasuke melupakan semua perkataannya
Tanpa sadar Sakura terkekeh, betapa bodohnya dia, hanya karena provokasi dari Hinata emosinya langsung tidak stabil, Hinata merencanakan ini semua, Sakura bukan bodoh, cara wanita itu memandangnya ataupun cara dia menarik sebelah bibirnya, dibentuk hanya untuk mengejeknya. Mengejek kebodohannya. Dan mengejek ketidakberdayaannya dulu dalam menjaga hubungannya dengan Sasuke. Kini semuanya hancur, dan Sakura sendiri yang menghancurkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
RomanceSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...