-°°-
Ada banyak perkara di luar akal sehat manusia, contohnya ketika kau sedang baring mendengarkan lagu, dan tanpa disadari ada seseorang yang pada waktu itu merindukanmu, membayangkan kenangan yang pernah dilalui bersama. Kebersamaan yang tidak terlalu dianggap istimewa tetapi bagi orang ianya istimewa. Semuanya hanya dianggap sebagai kewajiban bukan sebuah bentuk pemaksaan agar bisa bersama.
Tetapi terkadang ada pertanyaan yang muncul, sekilas lewat di dalam kepala, dan tiba-tiba pemikiran lain terbentuk di dalam diri. Perasaan yang hadir dan kerinduan yang dirasa membentuk menjadi sebuah rasa yang sulit diartikan. Dan kau mulai bertanya apakah ini namanya kerinduan? Tidak dibatasi sesiapapun hanya saja pengakuan itu sulit datang di saat bersamaan kau ingin mengabaikan satu atensi.
"Kau yakin akan kembali?"
Kedua alis pink wanita itu mengerut, "Ini keputusanku, dan aku yakin akan melakukannya." Ujar Sakura melirik Yahiko Pain sekilas sebelum melempar pandangan kembali ke arah sosok di atas kasur king itu.
"Dengan meninggalkan mereka?" Pain menahan diri untuk tidak meremas bahu mungil Sakura untuk memaksanya memandang kedua matanya dan berkata bahwa dia hanya sedang bercanda. "Kau bisa menjembloskan Hinata tanpa harus meninggalkan keluargamu, mereka membutuhkanmu. And Sarada she need you Sakura."
Belah bibir Sakura semula terbuka meniup udara dari dada, kini merapat. "Aku tahu apa kulakukan Pain, aku tidak sedang memposisikan diriku pada risiko yang bisa membahayakanku." Matanya mencari bola gelap Pain, memberi makna yang sangat dalam. "Untuk mengakhiri semua penderitaan ini aku harus... Setidaknya aku harus pergi menjauh dari keluargaku. Dan ini hanya berlaku untuk sementara." Ujarnya dengan kalimat mutlak, keseriusan dibalik bola zamrud itu membuat Yahiko Pain terpaksa harus meremas belakang leher mencari sesuatu yang bisa menghilangkan aura mendominasi Sakura sesaat yang lalu.
Menelan ludah dengan berat hati, Pain menjatuhkan anak mata pada seorang pria di kasur tamu miliknya itu, Sasuke sedang terlelap nyaman tidak terusik, tidak juga terganggu akan perdebatan singkat mereka. Pain mengerutkan alis, melihat Uchiha Sasuke berada di rumahnya memberi kesan aneh di dalam dirinya, mereka tidak cukup dekat sampai harus membiarkan Uchiha menginap semalaman di rumahnya. Namun ketika dia memandang Sakura, Pain tidak menemukan alasan untuk menolak permintaan wanita itu.
"Dan dia? Apa yang harus kukatakan padanya? Dia melihatmu Sakura,"
Sakura memejamkan matanya sekilas, "Kita akan tahu setelah dia sadar nanti, dan aku ingin setelah dia bangun aku sudah pergi." Katanya memunggungi Sasuke kini memandang penuh bola mata mantan senpai-nya itu, Sakura tersenyum sekilas kekhwatiran Yakiko Pain membuat dia kembali mengingat masa lalu.
"Aku pergi."
Dan benar saja setelah pintu ditutup, kedua kelopak mata Sasuke terbuka mencoba mengenali tempat yang menjadi tempat istirahatnya, setelah merasa tidak mendapat gambaran mencukupi tanda tanya-nya, dia beralih pada satu-satunya sosok berbentuk manusia di hadapannya. "Yahiko? Apa ini rumahmu?" Tanyanya sambil menyibak selimut coklat membungkus sekitar pinggangnya dan duduk membiarkan kakinya merasakan dinginnya lantai yang tidak dilapisi karpet bulu.
"Ya... Apa kau baik-baik saja?"
Sasuke tidak segera menjawab, kepalanya sibuk mengingat kejadian di pemakaman tadi dan ketika sebuah gambaran muncul, dia hanya mampu memejamkan mata dan menunduk memandang datar ke bawah. "Apa yang bisa kulakukan agar bisa menebus dosaku?"
Pain tersentak, tidak menduga Sasuke memberi pertanyaan seperti itu. "Apa kau butuh jawaban?" Dia maju membiarkan Sasuke mengambil posisi nyaman agar bisa menyingkirkan kekhawatiran dibenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
عاطفيةSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...