-○○-
"Tidak buruk." Komentar Sakura memandang interior ruang apartement tersebut.
Apartement yang dipilih orang tua mereka tidak terlalu jauh dari sekolah, banyak blok disisi kiri dan kanan, mereka ada di blok C. Ada dapur mini lengkap dengan meja makan, di sisinya ada ruang kecil mungkin tempat cuci pakaian. Di sisi kanan pula ada kamar tamu dan kamar mereka, mungkin.
Ruangannya luas, ada televisi berukuran 40 inci dan sofa besar berwarna coklat. Di dekat lemari televisi, ada kulkas berukuran besar. Sakura meninggalkan Sasuke di depan pintu dan berjalan kearah kulkas, membukanya. "Wow, orang tua kita benar-benar sudah merencanakannya." Ujarnya mendengkus melihat isi kulkas tersebut penuh dengan makanan untuk tiga bulan ke depan.
Sakura mengaruk kepalanya, seraya menghempaskan pantatnya ke sofa, Sasuke melewatinya remaja itu berjalan ke kamar. Dia memutar mata melihat tingkah sahabatnya yang sudah berubah suaminya itu. "Ayolah Sasuke, kau masih marah padaku?" Tanyanya memutar tubuh memandang punggung lebar Sasuke yang terhenti sejenak.
"Tentu saja. Kenapa kau menerima begitu mudah syarat mereka? Kau tahu bagaimana mulut ember Itachi kan." Ketus Sasuke kesal, seraya melempar tas Sakura ke bawah yang dia bawa sejak tadi. "Kalau dia tahu rencana kita, kau tahu akibatnya Sakura."
"Aku tahu Sasuke." Desis Sakura mendesah samar sambil menghampiri sahabatnya. Dia melirik tas-nya dan melotot protes. "Ayah dan tousan sudah baik menerima syarat kita tinggal berdua. Sasuke coba pikir konsekuensinya." Dia membungkuk mengambil tas hitamnya dan masuk ke kamar.
"Konsekuensi? Aku sudah memikirkannya Sakura. Ini bukan seperti yang ku rencanakan." Protes Sasuke mengekorinya dari belakang.
"Lalu rencanamu sebenarnya apa?" Tanya Sakura berkacak pinggang, "Kau ingin mereka mengabaikan kita, lalu kau dan aku bebas melakukan apa saja, begitu rencanamu?"
Sasuke memutar matanya, "Bukan seperti itu bodoh." Desisnya meremas surainya. "Aku hanya tidak mau mereka tahu rencana kita yang sebenarnya Sakura. Maksudku, sulit untuk membuat gerakan kalau tousan sudah ikut campur. Kau tahu kan berapa banyak koneksi tousan dan ayahmu?"
"Ya, kau benar Sasuke, tapi aku bisa apa?" Keluh Sakura membuang napas panjang seraya mendekati Sasuke. "Kalau kita menolak, Ayah dan Tousan akan curiga. Mengenai Itachi-nii, tenang saja kita akan memikirkan caranya."
"Terserah." Gumam Sasuke menjatuhkan dirinya ke kasur. "Aku lelah, aku mau tidur."
"Kau tidak sekolah?"
"Tidak. Tousan dan ayah sudah meminta izin. Kemarilah, kau lelah kan?"
Sakura mengusap dagunya, matanya terpusat intens kamar itu. "Sasuke kau tidur di kamar sebelah, kamar ini milikku." Katanya menendang kaki sahabat Uchihanya itu. "Ayam! Bangun!"
"Berisik jidat! Nanti saja, aku benar-benar mengantuk." Ketus Sasuke menepis kaki Sakura, lalu membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengabaikan Sakura.
.
Sahabat-sahabat mereka tidak akan bingung kenapa dia dan Sasuke absen bersama. Biang kepalanya tentu saja ibu-ibu mereka. Sasuke memberitahunya alasan yang diberikan orang tua mereka iaitu dia dan Sasuke sakit sebab terlalu lama bergadang.
Guru Kakashi mau memberikan cuti lebih dari sehari, namun beruntung ibunya masih waras karena masih memikirkan nasib dirinya yang masih anak sekolahan. Dia dan Sasuke ada ujian beberapa hari lagi, mungkin sebabnya adalah itu. Entah Sakura tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
Roman d'amourSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...