Bab 14 - Save Me

1.4K 170 23
                                    










-°°-





Dalam kehidupan, semuanya didasari dengan kasih sayang juga cinta. Dan wanita terbagi antara dua golongan, antara maju dan menyerah. Artinya pertama, wanita yang tersakiti akan memilih maju melanjutkan hidupnya. Kedua, wanita yang menyerah dan memilih menyakiti hidupnya sendiri. Sakura pernah berpikir kalau dia itu termasuk ke dalam golongan yang pertama, setelah apa yang dia lakukan selama ini, perjuangannya seharusnya setara dengan apa yang ada dipikirannya.

Sakura tidak mencoba menyakiti hidupnya, itu artinya, dengan kata lain, dia baik-baik saja. Apapun yang akan datang ke depannya, artinya dia bisa melewatinya tanpa terluka atau terpikir untuk menyakiti hidupnya. Sakura sihat, pikirannya tidak sedang merana atau terbelenggu oleh perkara-perkara yang membebankan dirinya. Dia tidak mencoba menyiksa hidupnya.

Selalunya dia akan mencoba mencari alasan untuk membela dirinya apapun itu bahkan didepan orang tuanya, dan mengatakan kesalahan itu ada penyebabnya. Bukankah seperti itu, dirinya yang asli. Namun, melihat betapa terpukulnya orang tuanya mendengar fakta mengenai Sarada, membuat entah definasi apakah yang pantas untuk Sakura katakan tentang apa dirasakan saat ini.

Perasaan menusuk ini membuatnya merasakan bahwa dia memang termasuk ke dalam golongan yang kedua. Bukankah yang dia lakukan selama ini hanyalah menyakiti hidupnya, meninggalkan Sasuke, dan melupakan masa lalunya, kehidupannya di Tokyo, dan bermain petak umpet dengan keluarganya. membesarkan Sarada bersama keluarga yang semestinya tidak pantas berada disisinya.

Bukti yang paling kukuh, adalah dirinya yang sekarang berada di mansion orang tuanya dan ada di Kota yang menyimpan segala derita masa lalunya. Dan hanya berjarak berapa meter dari seseorang yang dia hindari selama tujuh tahun ini. Sakura membekap bibirnya, matanya menyipit, hatinya sakit, napasnya sesak. Apa yang harus dia lakukan agar perasaan menyakitkan ini segara hilang didalam tubuhnya.

Dia bukan sembuh, yang ada malah dia semakin sakit. Apa gunanya dia meninggalkan segalanya selama tujuh tahun kalau ternyata berita pernikahan Sasuke dengan Hinata membuat perjuangannya itu tiada harganya. Sakura memejamkan matanya, bola matanya sudah perih, sisi kiri kepalanya juga sudah mulai berdenyut, sampai kapan dia menahan tangis ini didepan semua orang, terutama didepan putrinya?

Bukk!

Secara spontan Sakura mengangkat pandangannya, dan entah kenapa airmatanya kering, sisi kepalanya juga sudah tidak berdenyut begitu melihat wajah lelah Sasuke yang sepertinya habis berlari berada didepan matanya. Kaget, membingkai ekspresi datar sahabat kecilnya itu. Sakura melirik Sarada yang tengah membungkus tubuh kecilnya ke dalam selimut pinknya. Berharap Saradanya tidak terjaga akan dobrakan keras tadi itu.

"Kapan kau pulang?" Pertanyaan pertama terlontar dibibir Sasuke. Keringat didahinya, memancing mata Sakura untuk menatap minat ketimbang bola onxy itu.

Sakura mendengkus samar, "Pagi tadi..." Jawabnya seraya mengeser tubuhnya karena Sasuke yang sepertinya memilih duduk disampingnya ketimbang bangku rias. Tidak lupa memberi ruang antara dia dan Sasuke supaya tidak terlihat lengket. Bibirnya melengkung sedih, namun Sakura mengelak agar Sasuke tidak menyadarinya.

"Kau kemana saja sebenarnya Sakura...?"

Terkekeh kecil, entah apa alasannya, Sakura memeluk dirinya mengusir hawa dingin menusuk sel-sel kulitnya. "Entah, anggap saja aku ber-"

"Aku merindukanmu." Potong Sasuke seraya menyentuh telapak tangan Sakura dan meremasnya, onyxnya tersorot serius, "Aku merindukanmu..." Ulangnya dengan nada keras. Menatap intens bola emelard yang dia rindukan selama ini. "Aku merindukanmu... Aku merindukanmu. Aku merin-"

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang