Bab 4- Date

1.8K 154 5
                                    

-○○-

Tanah di luar basah, angin kencang menampar kaca jendela di kamar diwarnai putih-ungu tersebut disusul petir menyambar, Sakura sedang merenungi rintik-rintik hujan dibalik kaca pintu penghubung balkon-nya. Jalanan tampak mengerikan, jarum jam sudah bergerak ke angka tujuh setengah enam.

Dengan keadaan cuaca buruk ditambah petir menakutkan seperti saat ini, apa yang Sasuke lakukan di luar sana? Remaja itu tidak tahu apa, kalau di luar hujan deras. "Kalau memang ya, kau marah, tidak perlu merajuk sampai tidak pulang ayam." Gerutunya meremas ponsel ditangannya, harga dirinya melarangnya untuk menekan kontak Sasuke di sana.

Sakura mengaruk rambutnya, sambil mengigit kukunya dengan tatapan terpusat ke layar ponsel yang di angkat ke udara, dan menekan nomor Sasuke kemudian menekan loudspeker, ada nada dering terdengar, Sasuke tidak mengangkat pada panggilan pertama baru panggilan kedua, suara berat sahabatnya itu terdengar bergumam.

"Hn?"

"Kau pikir sekarang jam berapa, Sasuke? Kau pikir masih jam 3 sore?" Tanyanya datar. "Apa aku perlu menyusulmu ke sana buat mengetuk kepalamu? Mana tahu kau hilang ingatan hingga tidak tahu arah pulang ke apartement, huh?"

"...Aku akan menginap di apartement Na-"

"Tidak. Kau pulang sekarang juga Sasuke, kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku membuang semua koleksi novelmu."

"Sakura! Awas kau jan-"

Bibir Sakura menyeringai, "Dia tahu takut juga ya?" Gumamnya seraya menyetel ponselnya silent kemudian melemparnya ke atas kasur.

Dia harus membungkam sahabatnya dengan makanan kesukaan lelaki itu, kalau tidak, dia takut Sasuke benar-benar akan tinggal di rumah Naruto dan berakhir tertular oleh keberengsekan sahabat pirang mereka itu.

Makanan sudah siap sejak tadi, tapi Sakura sengaja menunggu beberapa jam seberapa kerasnya kepala sahabatnya, dia sedikit salah anggap, mengira kalau Sasuke akan pulang. Tapi walau ditunggu selama dua jam juga, remaja Uchiha itu tetap tidak pulang. Akhirnya dia menyerah dan meruntuhkan sedikit harga dirinya demi kelangsungan kebebasan seperti yang Sasuke rencanakan.

Bukk!

"Sakura! Kau dima-" Pupil mata lelaki itu mengecil, mencari liar buku-buku-nya namun dia tidak menemukannya. "Di mana buku-bukuku? Kau belum membuangnya kan? Sa-"

"Duduklah. Kita akan makan." Sela Sakura berjalan sambil membawa dua pinggan berisi lauk ke atas meja. "Bukumu aman, aku hanya bercanda." Matanya menelurusi pakaian lelaki itu, lalu mendesah. "Ganti baju dulu baru bergabung denganku. Pergilah."

Sasuke masih tidak percaya, onyx-nya tetap mencari buku karya penulis terkenal yang dia beli susah payah tanpa sepengetahuan Itachi tukang ejek nomor satu. "Baik. Aku ganti baju dulu." Ujarnya tampak menyerah. "Kau tidak bercanda kan Sakura, bukuku aman kan?"

"Ya, ayam. Sana ganti baju."

Tidak sampai sepuluh menit, Sasuke muncul di depan Sakura ketika gadis itu sedang membancuh chocolate panas buat Sasuke. "Aku minta maaf tentang tadi pagi." Ujarnya saat pantat Sasuke sudah berada di atas kursi.

Lampu spotlight di dapur mini mereka terlalu terang, Sakura ada mengeluhkan tentang ini ke ibunya tadi usai dia kembali dari sekolah. Tapi ibunya berkata, dia berlebihan padahal lampu di kamarnya di mansion Haruno lebih terang dari spotlight ini, jadi Sakura menyerah, dan memutus sambungan itu.

Sasuke terbatuk pelan, chocolate buatan Sakura sedikit menghangatkan perutnya yang sebenarnya masuk angin karena mengenderai motor dalam keadaan hujan yang deras. Beruntung dia tidak sampai kecelakaan. "Aku juga. Aku tidak tahu kalau kau akan marah hanya sebab aku membantu teman Matsuri." Ujarnya seraya mengambil lauk ke dalam piringnya dan mengunyah-nya pelan.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang