Different world~
-°°-
Benar apa yang pernah orang katakan, bahwa kebahagiaan itu memang akan lebih sempurna jika semuanya berkumpul disini, dan dirasakan secara bebas tanpa ada gelombang kesedihan. Tidak perlu memikirkan rencana apapun agar bisa merealisasikan kebahagiaan, hanya cukup merasakannya. Dan semuanya akan lebih mudah.
Sasuke tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengernyitkan dahi, kata hatinya begitu sinkron dengan apa yang dia lihat dihadapannya, tetapi jauh berbeda dengan apa yang otaknya sedang pikirkan. Ada dua hal yang saat ini mendominasi kepalanya. Pertama adalah mengekalkan kebahagiaan dihadapannya agar bisa berlangsung selama-lamanya. Kedua bagaimana caranya dia agar bisa berhadapan dengan Sakura dan menyeru keegoisan dihatinya saat ini pada wanita berambut merah muda itu tanpa penolakan yang mungkin tidak akan bisa dia terima.
Setelah melihat dan merasakan bahwa sumber kebahagiannya, yang sayangnya terlambat dia sadari atau terlambat dia gapai, adalah putrinya dan Sakura. Sasuke dihadapkan kepada kenyataan, dimana dia harus lebih bisa mendorong dan memaksa otaknya memikirkan beribu atau sejuta rencana agar Sakura dapat menerima bentuk penebusan dosanya: dengan menjaga Sarada dan Sakura disisinya tanpa harus merasakan ketakutan terhadap penolakan sahabat sejak kecilnya itu.
Tetapi mungkin semuanya hanyalah buaian semata. Sasuke menemukan ketakutan bersarang lagi didadanya, dia tidak pernah ingin menjadi pengecut. Sudah sepantasnya Sakura memandangnya dengan penuh kebencian, setelah apa yang dia berikan kepada wanita itu. Sungguh Sasuke akan lebih mudah menerima, jika Sakura meneriakkan, memuntahkan semua kesalahannya di depan wajah-nya sendiri. Tidak perlu disembunyikan atau ditahan, Sakura berhak untuk memperlakukan dirinya tidak layak. Termasuk tidak membenarkan Sarada berada di sekilingnya, atau tidak membiarkan Sasuke sedikitpun mengenali rambut hitam Sarada.
Namun Sakura tidak seperti yang dia ingat tujuh tahun yang lalu. Wanita itu tidak berusaha menyingkirkan persahabatan mereka, atau mencoba mengabaikan eksistensi dirinya. Sakura bertingkah layaknya seorang teman yang datang berkunjung setelah begitu lama berada di negeri lain. Tiada pertingkaian mengenai masa lalu mereka, atau amukan kemarahannya atas perbuatan Sasuke.
Alangkah baiknya bagi Sasuke jika Sakura mengujaminya dengan berbagai teriakan, umpatan, pukulan yang sebisa mungkin bisa memukul telak jiwa Sasuke. Dan membuat dirinya sadar diri untuk tidak mengharapkan lebih dari kata maaf dari Sakura. Tapi sekali lagi Sasuke disadarkan bahwa Sakura tidak lagi seperti mana yang dia ingat, bukan lagi gadis temperaman yang mudah emosi terhadap suatu masalah sepele. Bukan Sakura lagi tujuh tahun yang lalu yang dapat dengan mudah mengemukakan kemarahannya.
Dan dirinya lah yang mengubah wanita itu.
Sasuke mengeluarkan napas berat, mengalihkan matanya dari ibu dan Sarada yang sedang bercengkerama dan melepas rindu, ibunya tidak sedikitpun melepaskan pelukan itu dari putrinya. Dan Sasuke tidak tahan untuk tidak beranjak dari dinding tempat sandaran punggungnya dan beralih ke arah jendela besar disana. Satu-satunya tempat yang bisa dia gunakan untuk membuang segala kepadatan sesak dihatinya.
Kalau ada yang bertanya, apakah dia lelah? Ya Sasuke sangat lelah, bukan dari segi fisik. Tapi dari segi mental, keseluruhannya terasa sakit, dan menyesakkan. Sakura muncul tidak hanya menampar wajahnya atas kekacauan yang pernah dia lakukan tujuh tahun yang lalu. Tetapi juga tanggungjawab seorang ayah, yang mana seharusnya dia gelar, sehari setelah kelahiran Sarada ke dunia. Sasuke tidak sedikitpun mau mengelak dari rasa tersebut, dia bisa menyakini hatinya atas tanggungjawab terasa amat baru ini.
Tapi bagaimana dengan Sakura? Apa pendapat Sakura mengenai hal ini? Apakah dia bisa menerima bentuk pertanggungjawabnya ini? Kedua alisnya mengerut, sulit untuk menebak sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dia hanya bisa berandai, dan berharap. Sasuke merasa kacau dengan segala pertanyaan ini. Tidak terbersit sedikitpun dihatinya kini, bahwa empat puluh menit yang lalu dia baru saja melangsungkan pernikahan, dan dia masih berada di gedung hotel ini, dengan ratusan lebih tamu yang berada di aula masih menikmati sisa-sisa pernikahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
RomanceSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...