-○○-
Sakura terbangun dalam keadaan paling terburuk, kamarnya hancur seperti kapal yang baru dipukul ombak besar, lalu meja riasnya yang hanya retak sedikit akibat tendangan Sasuke dan juga dirinya kini kakinya telah patah.
Kondisi paling terburuk yang dapat dia lihat pagi ini adalah dirinya, matanya bengkak dan mengerikan. Dia menangis semalaman dan tidak tahu kapan berhenti, mungkin hingga dini hari. Sakura malas mengingatnya, karena takut pertengkarannya dengan Sasuke merusak mood-nya.
Mata pelajaran pertama hari ini Kabuto Yakushi, guru psikopat yang hobi menceritakan tentang dunia hancur, kiamat, komet atau apalah itu. Yang jelas, Sakura sedikit tidak menyukai bila guru itu yang mengambil mata pelajaran pertama. Semoga saja dia dapat mempertahankan kewarasannya.
Ino dan lainnya ada di kafeteria melambai terlihat sedang mengosipkan sesuatu, Sakura mengambil tempat di depan Temari yang segera menyodorkan segelas jus padanya. "Apa yang kalian gosipkan." Tanyanya melirik Tenten yang sedang memukul Neji lalu Sai dan Ino yang bermesraan seperti biasa.
Terlepas dari kekacauan yang terjadi di dalam dirinya yang entah apakah disadari sahabat-sahabatnya, Sakura menemukan Sasuke ikut bergabung bersama Naruto dan jelas bertingkah normal. Remaja itu tersenyum hanya seperlunya, sikapnya sudah kembali seperti Sasuke dingin seperti biasa jauh berbeda dengan sikapnya ketika bersamanya.
Satu-satunya kartu andalan lelaki itu bagi penilaiannya adalah mata tajamnya, gadis-gadis disana tidak berani mendekati genk mereka barang sebentar langsung ketakutan. Padahal Sasuke hanyalah lelaki tsundere tukang ikut campur urusannya, pikirnya memalingkan muka saat onyx Sasuke bersirobok dengannya.
Meja mereka diasingkan, Naruto satu meja dengan Shikamaru dan Sasuke. Ketua Osis Nagato dan kedua wakilnya Konan dan Haku entah angin dari mana yang membuat mereka bertiga ikut bergabung dengan genk-nya mungkin sebab mejanya penuh.
"Kau tidak tahu?" Tanya Ino meletak kasar minumannya ke meja. "Ada adik kelas yang memergoki Sasuke mencium gadis di kelas sebelah." Dia mencicit sengaja mengecilkan suaranya agar tidak didengar Sasuke yang mungkin tidak tahu tentang gosip itu.
"Mencium?" Sakura melirik Sasuke, "Siapa yang bilang?" Tanyanya mengerutkan alis.
Tenten memutar matanya, "Jangan percaya Sakura, itu hanya gosip belaka. Belum ada buktinya. Mungkin saja Shion yang menyebar fitnah itu karena dia selalu ditolak Sasuke." Ujarnya masa bodoh.
"Tapi ada fotonya loh." Ujar Ino tidak mau kalah seraya memberi pelototan ke Tenten. "Kau mau lihat?"
"Tidak perlu." Sakura mendatarkan wajahnya, menghentikan Ino yang sedang menekan layar ponselnya. "Bukan urusanku. Sudahlah aku mau ke perpus dulu. Jaa."
"Sakura tunggu! Jidat wo-"
"Hentikan Ino, kau tahu tidak akan mudah melihat Sakura menunjukkan kecemburuannya." Temari menyela sambil melipat tangannya ke dada. "Lagipula, siapa yang mengatakan padamu bahwa Sakura dan Sasuke itu saling mencintai? Sembarangan."
"Aku tidak bicara sembarangan. Apa kalian tidak melihat sesuatu diantara mereka berdua?" Ino melirik Tenten. "Kau melihatnya kan Tenten?"
Tenten mengaruk lehernya, "Sekilas sih. Tapi beberapa hari ini sepertinya sudah tiada." Ujarnya melirik sekilas Sasuke yang sedang sibuk dengan ponsel ditangannya. "Lihat... Sasuke sepertinya sudah punya pacar. Dan kalau kau lupa, Sakura saat ini cinta mati sama Yahiko senpai. Kau lupa?"
"Tapi..." Cicit Ino tidak terima.
"Menyerahlah Ino. Sakura dan Sasuke itu berbeda dari kita yang mudah jatuh cinta." Tukas Temari sepenuhnya membungkam mulut Ino. "Biarkan mereka..." Lanjutnya mendesah samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
Roman d'amourSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...