Bab 13 - Sakura's Regret

1.7K 161 39
                                    



-°°-




Gaara sedang mengenakan dasi ketika Janice mendorong pintu kamarnya sambil memegang sesuatu yang seketika memancingnya hingga dia mengabaikan apa yang sedang ia lakukan saat itu juga."Apa yang-"

"Gaara," Panggil Janice melirik sepupunya berambut merah itu, lalu menghampirinya. "Bagus, kau sudah selesai, kau harus bersiap-siap, jam penerbangan kalian tinggal 2 jam lagi, memang masih ada waktu, tapi aku takut Sarada mengecoh karena mengantuk, kau tahu kan jam berapa biasanya keponakanmu itu tidur-"

Gaara mengacungkan tangannya kedepan dan seketika menghentikan mulut Janice yang mengoceh tanpa jeda itu, "Tahan ucapanmu dulu Janice, apa maksudmu, penerbangan apa?" Tanyanya mengangkat alis begitu wanita lebih tua darinya itu mengangkat sebuah tiket yang telah menarik perhatiannya sejak tadi.

"Kau akan terbang ke Tokyo bersama Sakura dan Sarada-chan, kalian bertiga." Ujar Janice dengan nada tegas, sepertinya dia sudah tahu arti tatapan sepupunya itu. "Well, sebenarnya aku tidak setuju Sakura pergi lagi ke pelukan keluarganya atau bahkan bersemuka dengan bajingan itu, tapi Sakura benar, bagaimanapun juga dia masih punya keluarga yang dia rindukan." Lanjutnya mengendikkan bahu ketika sepupunya memunggunginya mungkin sedang menahan sabar atas sikap enaknya.

Ini bukan kali pertama Janice memaksa kehendaknya, dari dulu sebelum Sakura muncul, Janice sering mengatur sepupunya itu sehingga Gaara hanya mengeleng kepala dan kebiasannya seperti saat ini mengingatkan Janice akan sikapnya yang mulai jarang membantahnya. Mungkin Gaara sangat menghormatinya, pikirnya mengangkat alis menunggu tidak sabar respon sepupunya itu.

Janice bukannya bertingkah menyebalkan, tetapi Gaara tidak seperti pemuda lain yang punya rencananya sendiri, sepupunya itu sangat lamban, dan nyaris tidak pernah ada inisiatif atas dirinya sendiri atau bahkan masa depannya sendiri. Karena Janice menyayanginya, jadilah dia terlihat seperti ibu kepada lelaki didepannya ini.

Gaara memejamkan mata, sambil memijat pangkal hidung mancungnya, dan bernapas normal agar Janice tidak mendengar desahannya. "Bukannya kemarin kau menolak gagasan Sakura...?" Tanyanya melirik Janice panasaran, "Kenapa berubah pikiran?"

Wanita berambut ikal pendek itu memutar matanya, "Kau mau atau tidak?" Tegasnya mengacungkan tiket penerbangan ke Tokyo itu ke arah Gaara yang mau tak mau mengambilnya. Bibir Janice melengkung, dia punya rencananya sendiri, Gaara tidak harus tahu kan? Pikirnya tersenyum puas seraya berjalan meninggalkan sepupunya itu.

Mendesah, Gaara meletak tiket tersebut ke meja rias, dan membuka butang kemeja putihnya melepasnya, mengantinya dengan baju kasual serta jaket. Kapan dia bisa memahami cara berpikir sepupunya itu? Dia tidak butuh jawaban Janice atas sebab mengapa dia berubah pikiran secepat itu, karena Janice selalu memprioritaskan Sakura, kalau dia rasa itu bermanfaat pada wanita pink itu, Janice akan, Gaara mengerutkan alisnya, sejenak merenung.

"Ja-"

Masih dengan senyum diwajahnya Janice melirik Gaara dari balik bahu, sambil menahan pintu kamar itu agar terbuka. "Oh ya aku lupa Gaara." Selanya menanti sepupunya itu memandangnya, Gaara sepertinya sudah sadar, tampak sekali rahangnya yang mengeras. "Sakura sudah menerima lamaranku, sekarang kalian berdua sudah rasmi menjadi sepasang tunangan. Selamat sepupu." Katanya kemudian meninggalkan Gaara yang belum sempat protes.

"Kapan kau berhenti berbuat seenaknya Janice..." Bisiknya memandang intens pantulan wajahnya, dan memikirkan ekspresi Sakura ketika menerima lamaran paksaan itu.

Dia keluar setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, kebetulan Sakura juga muncul berberangan dengannya, wanita itu tampil bersih dan cantik sama seperti biasanya, rambutnya telah dipotong sebahu, Gaara menahan lidahnya untuk bertanya, kenapa Sakura harus merubah penampilan fenimimnya itu, dan hanya mengamati saat wanita itu menghampirinya dengan senyum tak sampai mata.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang