Diamond heart~
-°°-
Suasana kian sepi, ruangannya terasa semakin sesak, AC seakan tidak mampu mengusir kegelisahan menggerogoti perasaannya. Sasuke merenung begitu lama, layar ponsel-nya sudah mati dengan sendiri, namun dirinya tetap berada di posisi-nya. Pikiran membawanya berlari sejauh kilometer, mundur ke belakang, ke waktu di mana semuanya berawal.
Dan berubah.
Lalu tiba-tiba berakhir.
Sasuke mendesah lirih, dentingan jarum di samping kasur mengusiknya untuk segera beredar dari karpet bulunya, ini mengingatkannya kepada undangan makan malam keluarga Haruno. Sasuke sendiri tidak tahu berapa menit berlalu semenjak dia mendengar rakaman suara Sakura. Perasaannya sampai saat ini juga masih merasa terkejut. Atau lebih tepatnya, kegelisahan yang pernah dia rasakan dulu, terjadi lagi.
Dan Sasuke tidak menyukainya.
Mendesah lagi, dia memutuskan untuk meninggalkan tempat pijakannya, menuju kamar mandi, Sakura tidak akan menunggu kedatangannya. Dia tahu karakter sahabatnya itu. Memandang pantulan dirinya di kaca, Sasuke membiarkan pancuran air membasahi tubuhnya, kemeja hitamnya. Disertai pikiran tentang Haruno Sakura.
Sahabat semenjak kecilnya, gadis yang kerap kali menemani kesehariannya ketika kakaknya sibuk terhadap ajaran mengenai persahaman di usia-nya 15 tahun, Sasuke pula terabaikan di taman, kesendirian yang mencekam namun terisi dengan kehadiran Sakura, gadis itu mudah menariknya kembali ke dalam keceriaan, sungguh sebuah kebahagiaan yang menalar ke rongga dadanya.
Sasuke mematikan keran air, berjalan hanya dengan handuk membungkus bawah pusarnya dan berhenti di antara sekitar pahanya. Ac begitu dingin, sebelumnya dia tidak menyadari semilir angin menampar jendela balkon-nya, tidak sebelum dia menangkap lampu di kamar Sakura hidup, menandakan keberadaan gadis itu di sana.
Saat ini hanya ada satu pertanyaan berkelibat di kepalanya, kenapa dia tidak menyadari jurang itu? Ada jarak tidak kasat mata terpantul samar di hadapannya. Sasuke nyaris berhalusinasi, namun kenyataan memang lebih menyakitkan dari sebuah kebohongan. Semua ini bermula saat pertama kali Sasuke jarang ikut serta makan malam bersama Sakura. Atau sekadar menyempatkan untuk mengetuk pintu kamar Sakura yang bersebelahan dengannya untuk mengikutsertakan gadis itu sarapan bersamanya. Atau terlibat pembicaraan menyenangkan dengan pertengkaran kecil mereka.
Sesuatu samar-samar, namun apabila ditatap sedemikian intens Sasuke bisa melihat sebuah lubang gelap, menyakitkan pandangannya, mendorongnya untuk tidak menyelam semakin dalam. Dan Sakura adalah lubang tersebut, menganga, tercipta tanpa dipinta, tanpa diperintah, tanpa izinya. Tidak diundang tetapi justru menekankan sesuatu yang selama ini Sasuke lupakan.
Sebuah fakta menyakitinya secara langsung, kenyataan yang dia abaikan selama hidupnya. Helaan napas menguar dari celah bibirnya, sesak sekali lagi membungkus dadanya, Sasuke mengusir bayangan masa lalunya, kenangan bersama Sakura dan kebersamaan mereka. Membungkusnya ke dalam satu genggaman, mengikatnya menjadi satu.
Menjadi satuan bernama permohonan maaf yang sesungguhnya.
Jurang itu tidak membenarkan dirinya untuk ikut masuk, walau hanya untuk ditatap, direnung, dan memahaminya. Tubuh, dan jiwa Sakura meraung memarahinya dengan cara yang tidak manusiawi mengusir jiwanya untuk tidak mendekati gadis itu. Matanya terpejam erat, garis bibirnya lurus tidak tersenyum maupun menunjukkan sakit atas denyutan didadanya, Sakura telah meninggalkannya.
Meninggalkannya dalam artian yang sesungguhnya. Dan Sasuke tidak lebih dari sekadar merasakan sebuah kehilangan, tetapi juga merasakan ada lubang baru menganga di tubuhnya, tidak dihatinya, tidak juga dijantungnya. Namun sesuatu yang tidak bisa dia prediksi. Tetapi rasa sakitnya terasa samar namun kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
RomanceSasusaku Fanfiction Bagaimana kalau seandainya waktu bisa diputar ulang? Bagaimana jika saat itu dia tidak menyerah? Bagaimana jika Sakura mengakui bahwa dia sangat menderita. Dan bagaimana jika dia jujur kepada lelaki itu bahwa dia mencintainya, ak...