Bab Sequel- Haruno Sakura

1.2K 142 66
                                    









_°°_










Malam semakin larut bunyi dedaunan ditampar angin terdengar, detak jantungnya yang tenang mendominasi kesunyian. Kamar dengan warna hijau lembut itu mendadak terasa menakutkan hanya dengan percahayaan sederhana menyorot satu sosok mungil di atas kasur sedang memandang langit-langit kamarnya intens. Sesekali terdengar hembusan napas dari mulutnya menandakan dia masih terjaga meski jarum jam telah bergerak ke angka tengah, pukul 12 tepat waktu tepat mengistirahatkan tubuh.

Tapi Sarada tidak mengantuk, matanya terbuka lebar tidak kunjung tertutup melabuh diri ke alam mimpi, bibir kecilnya juga belum menguap bagi memaksanya terlelap. Bunyi detingan jam semakin terdengar jelas bersamaan satu derap kaki ringan menghampiri posisinya. Bola mata gelap Sarada langsung menemukan ayahnya mengendap-endap, begitu melihat dia masih terjaga Sasuke tersenyum lembut dan naik ke kasur sembari mengusap rambutnya pelan. "Kau masih terjaga, ini sudah pukul 12, sayang." Bisik Sasuke lirih seraya merapihkan selimut melorot dari dada Sarada.

"Sara menunggu papa." Gumam Sarada melihat kebinggungan diwajah ayahnya, dia membawa tubuh menyandar menatap onxy mirip dengannya itu lekat. "Apa papa mencintai mama?"

Sasuke sedikit membeku, perutnya menghangat merasakan kupu-kupu kecil menari-nari disana tapi juga terselip nyeri. "Sangat mencintai kalian berdua." Jawab Sasuke menjewel hidung mancung turunan darinya itu sayang, tapi melihat putrinya termenung, Sasuke mengusap pipinya meminta perhatian. "Apa yang kau pikirkan sayang?"

Manik gelap Sarada terjatuh di antara celah-celah jari terpaut dia dan ayahnya, itu membuat dadanya diremas-remas. "Mama menangis lagi. Sara sudah berjanji tidak akan membiarkan mama menangis lagi." Lirihnya, tapi masih terdengar jelas Sasuke yang langsung bungkam. Jari-jari kecilnya saling meremas, iris hitamnya kini melirik ayahnya yang termenung jauh. "Papa, bisakah Sarada minta sesuatu dari papa?"

Alis tebal Sasuke mengerut, perutnya mendadak mulas dengan alasan tidak diketahui."Katakan saja sayang, papa akan kabulkan apa saja permintaan Sara." Ujarnya tersenyum dengan perasaan tidak mengenakkan didada.

Denyutan samar menyita sedikit perhatian Sarada, dia sudah memikirkan keputusan ini selama lebih delapan jam, sejak ibunya datang kemarin malam dan pergi berselang satu jam kemudian, meninggalkan dirinya yang masih belum terlelap tanpa sepengetahuan Sakura. Sarada tidak tahu kapan dia mulai membohongi kedua orang tuanya, dan kerap mengerutkan alis seperti orang dewasa lakukan. Pikirannya selalu tidak berada ditempatnya membuat Sarada tersenyum miris. Semuanya makin parah lagi melihat keantusiasan ayahnya mendengarkan permintaannya yang belum tentu dapat lelaki itu berikan.

Kepala kecil Sarada menunduk, hidungnya memerah dan terdengar isakan kecil dari bibirnya. Onxynya memerah menemukan kepanikan mengambil seluruh ekspresi sang ayah. "Sarada, apa yang terjadi sayang? Kau rindu mama? Papa akan panggilkan, Sakura pasti berada di kamar-"

"Mama telah pergi papa." Sela Sarada dengan tatapan buram, hingusnya meleleh, tapi dia mengabaikannya dan membiarkan ayahnya mengelapnya sebelum membawa tubuhnya ke dalam pelukan hangat.

"Jangan menangis, papa janji mama akan pulang pada Sarada." Bisik Sasuke lirih sambil mengecup rambut gelap Sarada.

"Papa, bisakah papa melepaskan kami."

Sasuke membeku disusul deguban jantungnya meningkat dan lehernya tercekik hingga bernapas saja susah."A-apa maksud Sarada?" Tanyanya menatap intens mata putrinya yang kosong tapi liquid tidak hentinya turun dari pelupuk matanya. Sasuke diterjang ribuan sakit yang belum pernah dia rasakan selama ini. Tangannya melepaskan pelukan dari tubuh mungil putri semata wayangnya.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang