part 25

6.3K 457 1
                                    

*****

Vivaldo tengah duduk bersama Choco di kamar Blue, kamar yang penuh dengan kenangan indah. Memandangi lemari dengan sebagian baju-baju yang masih tertata rapih,
Blue tidak membawa semua pakaian nya karena hanya berkurang sedikit dari banyak nya pakaian-pakaian cantik yang selalu Vivaldo belikan,
"Setidaknya kau masih mau memakai baju pemberian ku Bee"
gumam nya pelan, di iringi helaan nafas panjang.

Choco yang ikut memperhatikan pun  nampak tidak bersemangat, tubuhnya terlihat kurus karena jarang menghabiskan makanannya, Anjing besar itu turut kehilangan seseorang yang selalu mengajak nya bermain setiap hari.

"Kau juga merindukan nya hm?"
Choco meringik sebagai jawaban atas pertanyaan Vivaldo lalu kembali meletakkan kepalanya di atas kedua kakinya.

"Bagaimana jika kita mengunjungi nya? Ini sudah hampir dua bulan semoga saja dia sudah tidak marah lagi, apa kau setuju?"
Choco langsung bangkit seolah mengerti dengan perkataan majikan nya itu.

"Kalau begitu kita harus bersiap-siap"
Choco bangkit dengan semangat lalu mengikuti Vivaldo yang berjalan sedikit kesulitan dengan tongkat nya.

🍀

Seperti biasanya Blue selalu menghabiskan waktu di pantai jika menjelang senja, dan akan pulang ketika lampu-lampu di pantai mulai menyala menelan keindahan cahaya yang di suguhkan alam.

Blue hidup sangat berkecukupan dengan harta yang di tinggalkan orang tuanya,
Ia membakar semua berkas-berkas yang ada di ruang rahasia Ayah nya dan menyisakan harta nya saja bagaimana pun Blue butuh itu untuk nya bertahan hidup mandiri di negara kelahirannya itu.

Blue kehilangan arah, ia tidak lagi sekolah, tidak berlatih Balet,
setiap hari ia hanya akan pergi ke pantai dan sesekali mengunjungi rumah lama Vivaldo dari menatap kenangan yang sulit di lupakan dari kejauhan.

Blue tidak mengerti dengan jalan pikiran nya, namun bagaimana lagi sekeras apapun ia mencoba, Vivaldo  terlalu dominasi dalam hidup dan pikiran nya, beratus-ratus kali ia memberikan sugesti pada dirinya sendiri bahwa Vivaldo tidak pantas untuk di ingat kembali, namun semakin ia mencoba semakin kuat pula pria itu mengganggu pikiran nya.

"Blue kau sudah pulang?"
suara Adrien ibu asuh Blue dengan lembut menyambut kedatangan nya.

"Iya bibi, O yah bibi masak apa Blue lapar"
rengeknya, beruntung Blue memiliki Ibu asuh yang sangat baik dan menyayangi nya tulus.
Perempuan paruh baya itu seorang janda satu anak yang sudah meninggal setahun yang lalu, maka dari itu perempuan itu begitu senang ketika pengacara meminta nya jadi wali Blue.

"Masakan kesukaan mu tentunya. Ayo kebetulan baru di hidangkan"

"Hmmm baunya harum sekali"
keduanya saling bercengkrama selayaknya ibu dan anak, terkadang seperti teman akrab. Adrien menceritakan tentang kehidupan nya bersama mendiang putri nya dan segala hal.

Namun Blue tidak menceritakan sedikit pun tentang masalalu nya, terutama yang menyangkut Vivaldo.

🍀

"Daddy... Daddy..."
Blue terus bergerak gelisah dalam tidurnya, bahkan liquid bening menerobos keluar di sudut matanya yang terpejam lelap.

"DADDY!!!"
Blue tersentak dengan nafas terengah-engah dan keringat yang membasahi tubuhnya, ia menangis sejadi nya, meluapkan perasaan yang terasa semakin membelenggu hati nya.
Tidak terasa hampir tiga bulan mereka berpisah, Blue bahkan tidak tahu menahu tentang Vivaldo atau pun Sean.
Blue memutus semua komunikasi dengan orang-orang di masa lalu nya.

"Blue kau baik-baik saja nak?"

"Bibi... hikss... hikss..."
Adrine memeluk dan mengusap punggung nya lembut.

Destiny (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang