part 26

7.7K 460 7
                                    

*****

Matahari tergelincir di ufuk barat, hari pun telah berganti menjadi malam. Blue begitu lelap dan damai dalam tidurnya tidak ada lagi kegelisahan dan keresahan dalam hatinya,
bahkan mimpi buruk pun sirna seolah mempersilahkan Blue untuk berdamai dengan takdir dan menjalani saja masa depan nya seperti seorang bayi yang baru saja terlahir.

Sebuah tangan besar nan kukuh tanpa lelah mengusap lembut rambut kecoklatan nya yang sangat lembut dan tergerai indah membingkai wajah malaikat nya yang damai.
Vivaldo sama sekali tidak memejamkan matanya, tanpa lelah dia merekam setiap detik kebersamaan nya saat ini bersama gadis tercinta nya.

Vivaldo membawa Blue menginap di rumah lamanya, mengenang kembali masa-masa di mana mereka berdua baru saling mengenal. Vivaldo sangat bersyukur setelah semalaman Blue menangis dan memaki bahkan memukuli nya sepuas hati hingga ia kelelahan dan tertidur sampai saat ini jam menunjukkan hampir menjelang dini hari.

"Daddy"
gumamnya dalam tidur.
Vivaldo mengecup kening nya dalam, mencurahkan segala rasa di hati nya menghirup semua aroma manis gadis nya, lantas ikut memejamkan mata menemani sang gadis menyambut mimpi, terselip doa di benak nya yang kelam agar dapat menemani dan membahagiakan putri nya, gadis tercinta nya sepanjang hidupnya

"I love you Bee"

🍀

Pagi pun tiba, Blue menggeliat dari tidurnya yang nyaman,
ini adalah kali pertama ia bisa tidur nyenyak setelah kepergiannya jauh dari Vivaldo,
"Pagi sayang"
Blue menatap intens sosok yang ada di hadapannya, sosok yang memeluknya hangat dengan tatapan sayu mengagumi netra biru yang juga memandangi nya penuh kasih.

Jari telunjuk besar Vivaldo terulur menyingkirkan surai-surai halus yang menutupi sebagian pipi Blue, menyelipkan nya di belakang telinga,
Blue hanya terdiam bahkan tidak berkedip. Jemari besar itu bergerilya menuruni leher menyusup ke belakang mengusap dan menggelitik tengkuk gadis yang sangat di rindukan.

Blue memejamkan mata saat Vivaldo mulai mengikis jarak antara kedua wajah hingga menyisakan satu helaan nafas,
"Maaf atas keserakahan ku yang tidak bisa berhenti mencintai mu"
bisik nya terasa begitu romantis dan membuat hati siapapun yang mendengarnya bergetar apalagi Blue, bahkan hembusan nafas pria itu menerpa hangat permukaan kulit wajah nya, begitu mendamaikan.

Liquid bening mengintip memaksa untuk keluar dan menetes dari sudut mata Blue, menandakan bahwa kata ajaib itu memberikan pengaruh yang amat besar baginya.

Blue menangkap punggung tangan Vivaldo yang berada di leher nya mendusel nyaman pada telapak nya seperti seekor anak kucing yang sangat menyukai belaian lembut nan hangat.

"Bagaimana jika aku tidak bisa berhenti membencimu?"
Blue membalas penuh dusta, ia bahkan tidak sedikit pun dapat melupakan Vivaldo, bagaimana bisa ia membencinya sedang cara nya pun Blue tidak tahu.

"Tak apa, asal kau tetap berada dalam jangkauan ku, indera penglihatan ku, dan indera penciuman ku"

"Enghhh" Blue melenguh halus saat bibir tipis Vivaldo merengkuh bibir mungil nya menyapu permukaan lembut itu dengan lidahnya yang hangat dan basah, menyusup masuk mengajak sesuatu di dalam mulut Blue untuk saling membelit bertukar saliva.

Blue tidak menolak bahkan ia tak memiliki tenaga untuk itu.
Tubuhnya memanas dan lemas, tulang-tulang nya seketika terasa tidak berfungsi sama sekali.
Yah, Blue sangat merindukan desahan nafas Vivaldo, merindukan sapuan lembut bibir nya. Merindukan belaian nya merindukan seluruh nya yang ada pada diri pria yang tengah mencumbui nya saat ini.

Daging kenyal dan basah itu kini mulai menuruni leher jenjang Blue menghisap nya dalam menimbulkan sensasi aneh yang selalu Blue rindukan, "Akhhhhh"

Destiny (THE END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang